Selasa, 25 Juli 2023

Cahaya Yang Kembali

Ini kisah tentang Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy, ulama dari Spanyol saat terjadi inkusisi. Entah siapa yang menulis, saya hanya mendapatkan dari grup WA RT dilingkungan saya. Saya akan Abadikan dalam blog saya ini. Semoga bermanfaat.

Pen.


Saya baca kisah nyata penuh ibrah ini berkali-sekali dan setiap baca tak terasa air mata telah menetes di pipi.

Kisah ini ditahun 1990-an pernah ditulis di majalah SABILI.

Kisahnya di negeri Andalusia Sepanyol ada seorang Jendral Adolfo Roberto, dia pemimpin penjara yg terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.

Setiap sipir penjara membungkukkan badannya serendah mungkin ketika 'Algojo Penjara' itu berlalu di hadapan mereka.

Karena kalau tidak, sepatu 'Jungle' milik tuan Roberto itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar suara seseorang membaca Ayat2 Suci Alqur'an yang amat ia benci. 

"Hai ... hentikan suara jelekmu ! Hentikan ...!!!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakkan mata.

Namun apa yang terjadi ?

Lelaki di kamar tahanan tadi tetap saja membaca & bersenandung dengan khusyu'nya

Roberto bertambah berang.

Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yg sempit.

Dgn congak ia meludahi wajah renta sang tahanan yg keriput hanya tinggal tulang.

Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dgn rokoknya yg menyala.

Sungguh ajaib ...! tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. 

Bibir yg pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo. 

Bibir keringnya hanya berkata lirih, _"Robbi, wa-ana 'abduka ..."

Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, 

"Bersabarlah wahai ustadz ... Insya Allah tempatmu di Syurga."

Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya.

Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai. 

"Hai orang tua busuk...!!

Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu ?!

Aku tidak suka apapun yang berhubungan dengan agamamu....!!!"

Sang Ustadz lalu berucap, "Sungguh ... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah SWT.

Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemui-Nya.

Maka patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk ?

Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk orang2 yg zhalim".

Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya.

Laki-laki itu terhuyung-huyung.

Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah.

Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'Buku Kecil'. 

Adolfo Roberto bermaksud memungutnya. 

Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.

"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu !", bentak Roberto.

"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini !", ucap sang ustadz dgn tatapan menghina pada Roberto.

Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. 

Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. 

Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati.

Namun tidak demikian bagi Roberto. 

Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. 

Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.

Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. 

Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh

Mendadak algojo itu termenung dan berkata dalam hatinya :

"Ah ... sepertinya aku pernah mengenal buku ini.

Tapi kapan ??

Ya, aku pernah mengenal buku ini." suara hati Roberto bertanya-tanya.

Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu.

Jenderal berumur 30 tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. 

Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. 

Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol.

Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustadz yang sedang sakarat melepas nafas-nafas terakhirnya. 

Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam.

Mata Roberto rapat terpejam.

Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang di alaminya sewaktu masih kanak-kanak dulu.

Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.

Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. 

Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). 

Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa.

Beribu-ribu jiwa kaum muslimin yg tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. 

Di ujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. 

Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.

Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.

Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. 

Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua.

Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. 

Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang Ummi (ibu) yang sudah tak bernyawa, sembari menggayuti abaya hitamnya.

Sang bocah berkata dengan suara parau,

"Ummi.. ummi.. mari kita pulang. Hari sudah malam.

Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ....?

Ummi, cepat pulang ke rumah ummi ..."

Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. 

Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. 

Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah.

Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, _"Abi ... Abi ... Abi ..."

Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

"Hai ... siapa kamu?!"_ teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah.

"Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi ..." jawab sang bocah memohon belas kasih. 

"Hah ... siapa namamu bocah ??

Coba ulangi !!!"

bentak salah seorang dari mereka

"Saya Ahmad Izzah ..."_ sang bocah kembali menjawab dengan rasa takut. 

Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah. 

"Hai bocah ...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek.

Aku benci namamu.

Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus.

Namamu sekarang 'Adolfo Roberto' ...

Awas !

Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!"_ ancam laki-laki itu.

Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata.

Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar dari lapangan Inkuisisi. 

Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.

Roberto sadar dari renungannya yang panjang. 

Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. 

Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. 

Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. 

Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, "Abi... Abi ... Abi ..!!."

Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.

Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. 

Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapaknya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. 

Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bagian pusarnya.

Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah.

Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. 

Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, 

"Abi ... aku masih ingat alif, ba, ta, tsa ..."

Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya.

Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. 

Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat orang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya. 

"Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu ..."

Terdengar suara Roberto memelas.

Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. 

Air matanya pun turut berlinang. 

Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. 

Sungguh tak masuk akal. 

Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.

Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap.

"Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy.

Belajarlah engkau di negeri itu".

Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Dua Kalimah Syahadat..!

Beliau pergi menemui Robbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang di bumi yang fana ini.

Beberapa tahun kemudian.....

Ahmad Izzah telah menjadi seorang Ulama Besar di Mesir. 

Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya.

Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru kepadanya ... Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.

Sang Ulama berpesan kepada Seluruh Umat Islam se dunia:

Jangan engkau pilih Pemimpin yang menzhalimi para Ulama dan Jangan kau pilih pemimpin yang suka berdusta.

Firman Allah Ta'ala:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

(QS. 30:30).

Catatan : 

Semoga Kisah Nyata ini menjadi Iktibar bagi kita, untuk berfikir, bersikap, bertindak, dan berpihak kepada Kebenaran yang Hakiki. Karena harta, pekerjaan, pengaruh, pangkat, jabatan, dan kesenangan hidup di dunia ini, hanya sesaat

Selasa, 19 April 2022

Khutbah Nabi Saat Jumat Pertama

 "Segala puji bagi Allah, kepada-Nya aku memohon pertolongan, ampunan, dan petunjuk. Aku beriman kepada Allah dan tidak kufur kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Dia telah mengutusnya dengan petunjuk dan agama yang benar, dengan cahaya dan pelajaran, setelah lama tidak ada rasul yang diutus, minimnyua ilmu, dan banyaknya kesesatan pada manusia di kala zaman menjelang akhir dan ajal kian dekat.

Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah mendapatkan petunjuk. Dan, barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah melampaui batas dan tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh.

Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah. Itulah wasiat terbaik bagi seorang Muslim. Dan, seorang Muslim hendaknya selalu ingat akhirat dan menyeru kepada ketakwaan kepada Allah.

Berhati-hatilah terhadap yang diperingatkan Allah. Sebab, itulah peringatan yang tiada tandingannya. Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah yang dilaksanakan karena takut kepada-Nya, ia akan memperoleh pertolongan Allah atas segala urusan akhirat.

"Barang siapa yang selalu memperbaiki hubungan dirinya dengan Allah, baik di kala sendiri maupun di tengah keramaian, dan ia melakukan itu tidak lain kecuali hanya mengharapkan rida Allah, maka baginya kesuksesan di dunia dan tabungan pahala setelah mati, yaitu ketika setiap orang membutuhkan balasan atas apa yang telah dilakukannya. Dan, jika ia tidak melakukan semua itu, pastilah ia berharap agar masanya menjadi lebih panjang. Allah memperingatkan kamu akan siksa-Nya. dan Allah Mahasayang kepada hamba-hamba-Nya." (QS Ali Imran [3]: 30).

Dialah Zat yang benar firman-Nya, melaksanakan janji-Nya, dan semua itu tidak pernah teringkari. Allah berfirman, "Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah, dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku." (QS Qaf [50]: 29).

Karenanya, bertakwalah kalian kepada Allah dalam urusan sekarang maupun yang akan datang, dalam kerahasiaan maupun terang-terangan. "Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya." (QS At-Thalaq [65]: 5). "Barang siapa bertakwa kepada Allah, sungguh ia telah memperoleh kemenangan yang besar." (QS Al-Ahzab [33]: 71).

Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah menghindarkan dari kemarahan, hukuman, dan murka-Nya. Takwa kepada Allah akan membuat wajah bersinar terang, membuat Allah rida, dan meninggikan derajat. Lakukanlah dengan sepenuh kemampuan kalian, dan jangan sampai kurang di sisi Allah.

Dia telah mengajarkan kepada kalian dalam kitab-Nya dan membentangkan jalan-Nya, untuk mengetahui siapa yang benar dan untuk mengetahui siapa yang dusta. (QS Al-Ankabut [29]: 3).

Maka, berbuat baiklah, sebagaimana Dia berbuat baik kepada kalian, dan musuhilah musuh-musuh-Nya. Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad. Dia telah memilih dan menamakan kalian sebagai Muslim. (QS Al-Hajj [22]: 78). Agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata. (QS Al-Anfal [8]: 42).

Tiada daya upaya, kecuali hanya dengan kekuatan Allah. Karenanya, perbanyaklah mengingat Allah, dan beramallah untuk kehidupan setelah mati. Sesungguhnya orang yang membangun hubungan baik dengan Allah, Allah pun akan membuat baik hubungan orang itu dengan manusia lainnya.

Karena Allah yang memberi ketetapan kepada manusia, sedang manusia tidak mampu memberi ketetapan kepada-Nya. Dia menguasai manusia, sedang manusia tidak bisa menguasai-Nya. Allah itu Maha Agung. Tiada daya dan kekuatan selain dengan kekuatan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung."

Sumber: Hanafi al-Mahlawi dalam bukunya Al-Amakin al-Masyhurah Fi Hayati Muhammad (Tempat-Tempat Bersejarah yang Dikunjungi Rasul SAW)

Senin, 14 Desember 2020

Dan Saatnya Telah Tiba



 Demi Masa..

Yang datang bergilir menanti

Memburu kepada setiap jiwa

Dalam keadaan siap atau tidak siap

Dalam keadaan senang ataupun susah

Dalam keadaan kaya ataupun papa


Demi waktu

Yang mengalir mengiring kalbu

Membatasi zaman setiap insan

Mengukir kisah dalam ukiran bathin

Apakah menjadi teladan atau menjadi beban


Wahai enam pemuda terpilih

Engkau pergi dengan kemuliaan

Melindungi seorang ulama dari serangan orang tak dikenal

Menjaga marwah agar tak menjadi hinaan

Meski mereka menyerang mu dengan membabi buta

Meski mereka memfitnah mu dengan caci-makian


Kami tahu dan percaya kepadamu

Engkau bukanlah teroris seperti yang mereka sangkakan

Engkau bukanlah preman yang para buzer teriakan

Engkau bukanlah penjahat seperti yang askar katakan

Engkau hanyalah pemuda lugu yang mencintai ulamanya

Yang tergerak menjaga dan mengawal pimpinannya


Saat masa itu datang, dan sekaranglah saatnya...

Engkau menjadi martir bagi pemuda-pemuda muslim lainnya

Yang tergerak hatinya karena kesamaan hati dan misi

Menjaga negeri ini dari kemunafikan dan kecongkakan

Para munafiqun dan kafirun pembenci syariah ini


Ya Rabb...

Engkau yang maha mengetahui apa-apa yang tersembunyi

Engkau yang maha perkasa akan segala sesuatu

Kuatkan hati kami dalam menjaga amanah ini

Tunjukan yang benar adalah benar dan beri kami kekuatan untuk mengkutinya

Tunjukan yang salah adalah salah dan beri kami kekuatan untuk menjauhinya

Sampaikan salam kami untuk baginda Rasul SAW

Dan sibukan orang zhalim dengan orang zhalim lainnya

Dan selamatkan kami dari makar-makarnya...


o0o



Sabtu, 11 Februari 2017

Pada Akhirnya Akhirat Adalah Tempat Kembali.

Pada Akhirnya Akhirat Adalah Tempat Kembali.
(Sebuah Renungan)

Sahabat..
Apapun yang kau lakukan didunia ini meski sebesar zarah(atom), semua akan dibalas oleh sang pencipta.
Ia menciptakan qolbu(hati) untuk mu agar memahami tanda-tandaNYA.

Sahabat..
Jika hatimu bergetar karena cinta,
Tidakkah hatimu lebih bergetar saat kitab suciNYA dihinakan,
Jika kau tak merasakan getaran itu, sementara ribuan ummat lainnya bergetar hebat, bertanyalah pada nurani mu, apanya yang salah?
Bukankah kita tau, hanya hati yang penuh zikir yang sanggup peka terhadap tanda-tanda dari NYA.
Jika hatimu tak jua bisa merasakan getaran itu, tanyakan pada dirimu kembali, jangan-jangan itu pertanda bahwa sel-sel hatimu mulai mati.

Sahabat..
Jika engkau lebih peduli kejayaan dunia, Jika engkau lebih peduli kemakmuran dunia,
dari pada keberkahan hidup entah sebagai pribadi atau sebagai bangsa,
Ketahuilah, dunia hanya sementara,
Dan kesementaraan kita dunia bukan hanya untuk kesejahteraan dunia saja, tapi untuk semata-mata beribadah kepadanya, menyembah kepadanya dan bertauhid kepadanya.
Seperti perjanjian kita pada Allah saat masih di alam ruh, yang kelak janji itu akan ditanyakan kembali pada saatnya nanti.

Sahabat...
Kelak Allahpun akan mengumpulkan kita dalam satu golongan bukan atas nama suku bangsa, bukan pula atas nama negara, tapi atas nama ummat yang diridhoi, atas nama ummat islam, ummat yang akan dibanggakan oleh sang Nabi, terhadap ummat-ummat nabi lain, sejak Nabi Adam as hingga Isa alaihi salam.
Datangnya kita kedunia ini, adalah bukan tanpa tugas sia-sia, tetapi dalam rangka membuat sang rasul bangga, meramaikan dunia dengan risalahNya dan menegakkan kalimatNYA.
Jika menyingkirkan duri dijalan saja engkau bisa mendapatkan pahala, apalagi membantu menegakkan kalimahnya. Membantu meramaikan jumlah pengikut kalimat tauhid bersama para pemimpin yang diberkahi, bukan para pemimpin yang dimurkai karena menyekutukanNYA.

Sahabat...
Negeri mu bukanlah milik mu, Ia adalah milik penguasa alam semesta. Tugasmu hanya sebagai khalifah, sebagai pengelola yang kelak akan dimintai tanggung jawabnya. Kejayaan negeri bukan hanya soal fisik, tapi juga keberkahan, dan ampunan dari Allah SWT, sebagaimana isyarat tentang sebuah negeri yang baldhatun toyyibatun wa robbun gofuur. Sebuah Negeri idaman yang bukan semata-mata berjaya secara fisik saja, Tetapi juga  mendapat keridhoan dari Tuhan, baik keridhoan untuk rakyat atau untuk pemimpinnya.
Kita tak mau negeri ini seperti negeri babilonia, makmur dan berjaya secara materi tetapi mendapat murka dari Allah SWT, seperti juga negeri kaum Tsamud dan Kaum 'Ad.

Sahabat..
Jika kita diperintahkan untuk adil terhadap manusia, maka berbuat adil pula kepada Tuhanmu, sebelum Tuhanmu mengadili kita dihari pengadilan kelak.
Jika engkau disuruh mematuhi perintah dan menjauhi larangan, maka patuhi dan jauhilah, meski hati mu menolak dan lidahmu membantah, karena godaan dunia yang tidak seberapa.

Sahabat..
Dunia ini hanyalah perjalanan, bukan tujuan.
Dan setiap detil perjalanan itu dicatat serinci-rincinya untuk dimintai pertanggung jawaban.
Apapun langkahmu hari ini, apapun pilihanmu hari ini, mempengaruhi hari-harimu kelak di hari akhir.

Sekuat apapun kita berpendirian, sekuat apapun kita bertahan..
Ketahuilah pada akhirnya akhiratlah tempat kembali selama-lamanya.

-o0o-


Senin, 14 Maret 2016

Mencari Berkah Yang Hilang, Sebuah Ikhtiar


Berkah; adalah sesuatu yang tak terlihat tetapi nyata dalam kehidupan. Contoh membahagiakan kedua orang tua terutama ibu membuat hidup menjadi berkah. Hidup yang penuh berkah dambaan setiap manusia. Berkah kadang diasosiasikan dengan harta, ketika kita memilih antara harta yang sedikit tapi berkah atau harta yang banyak tapi tidak berkah, maka kita akan memilih harta yang banyak dan juga berkah sebagai idealnya, tapi jika kenyataan harus memilih, apapun itu baik sedikit atau banyak, tetap  keberkahan menjadi pilihan utama.

Selain kehidupan yang berkah, kaum muslimin juga mendambakan negeri  yang berkah. Sebagaimana dicontohkan oleh ummat terdahulu, tak asing bagi kita mendengar istilah baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dalam alquran. Ketika kita dihadapkan pilihan sesuai dengan analogi diatas, maka memilih keberkahan negeri adalah lebih utama dari pada kemakmuran dan kekayaan saja. Betapa  banyak negeri-negeri terdahulu yang kaya raya, makmur dan gemah ripah loh jinawi, tapi kemudian diazab dan dihancurkan oleh Allah karena tidak berkah, atau berapa banyak negeri-negeri makmur dan kaya raya yang tidak membawa sedikitpun keberkahan bagi rakyat nya, bahkan keberkahan itu dicabut oleh Allah SWT.

Negeri  ini sudah merdeka lebih dari 60tahun, tapi keadaan tidak menunjukan bahwa negeri  ini  adalah negeri yang berkah, rakyat masih banyak yang menderita. Ada apa? Padahal penduduknya mayoritas muslim. jika dibandingkan dengan negeri-negeri tetangga mayoritas muslim lainya yang merdeka belakangan, mereka terlihat lebih sejahtera. Apanya yang salah dengan negeri ini. Secara tendensius saya boleh menyatakan bahwa negeri-negeri  jiran makmur karena mengadopsi syariat islam dalam kehidupan bernegara mereka, tauhid menjadi panglima, bukan sekedar teks yang tercantum  dalam konstitusi mereka. Suatu ketika dalam satu kesempatan di Makkah, saya pernah berbicara dengan seorang kawan brunei  beberapa waktu lalu. Mereka dengan jelas menyatakan, hidup dalam syariatlah yang membuat negeri mereka berkah. Ketika saya tanya bagaimana kehidupan non muslim disana, mereka menjawab, non muslim hidup nyaman dan damai, terjamin dan terlindungi. Sebab syariat islam hanya untuk kaum muslimin, tetapi imbas keberkahannya untuk semua pemeluk agama.

Islam adalah rahmatan lil alamin, bukan cuma untuk satu bangsa,  tetapi seluruh dunia bahkan alam semesta  termasuk tumbuhan dan binatang. Agama bukan cuma perilaku, bukan cuma budi pekerti  tetapi komprehensif dan menyeluruh(kaffah).  Ia menata kehidupan manusia dari lahir hingga wafat, dari bangun tidur hingga tidur lagi. Dari setiap hela nafas dan aliran nadi, dari setiap keinginan hingga perbuatan nyata.
Ketika bangun tidur, kita diajarkan untuk berdoa, pergi mandi, sarapan pagi, berangkat bekerja, sedang bekerja, kembali kerumah semua tak luput dari doa yang diajarkan agama. Begitupun dengan akhlak ketika bangun tidur, dikamar mandi, dimeja makan, dikendaraan, semua diatur oleh agama yang sempurna ini. Tak satupun helaan nafas, atau alirah darah dalam nadi yang terlepas dari pengawasan Rabb semesta alam. Melakukan hal yang kecil saja harus sesuai syariat, apalagi sesuatu yang besar seperti memilih pemimpin, yang mempengaruhi hayat hidup orang banyak, yang mempengaruhi masa depan generasi anak cucu, yang mempengaruhi kesinambungan kehidupan agama ini yang akan di tanyakan oleh sang nabi bagaimana nasib ummatku nanti, ummati-ummati!.
Bagaimana bisa kita mempertaruhkan kemuliaan  agama ini kepada orang  lain?, bagaimana mungkin mereka mau peduli?, jika kita sendiri tak pernah peduli, Kepada siapa tanggung jawab ini kita berikan, kepundak siapa nasib ummat ini kita titipkan. Ketika halal dan haram tak lagi menjadi acuan sang pemimpin, ketika miras dilegalkan, ketika perjudian di halalkan, ketika perzinahan berbalut prostitusi diizinkan, apa kata anak cucu kita nanti Jika mereka terjerat itu semua? Mereka, para anak cucu akan meminta pertanggung jawaban kita di akhirat nanti. Wahai ayah, wahai ibu, mengapa engkau menaruh masa depan kami dipundak orang yang tidak bertauhid?, mengapa engkau membiarkan negeri ini diurus oleh orang yang mempersekutukan Allah, mengatur kehidupan kami dengan aturan sekuler, memisahkan kami dengan Robb kami. Memisahkan kami dengan agama kami, sedang engkau mungkin saat itu sedang gagap menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur.Saat itu mungkin kami memang kaya raya, tapi sepi dari iman, didunia kami memang sejahtera, tapi akhirat kami kering. Engkau memberikan kami kenikmatan dunia yang sementara, tetapi menghancurkan masa depan akhirat kami yang kekal abadi. Setega itukah engkau ayah dan ibu?

Di negeri ini kaum fasik dan para politisi kotor selalu menyalahkan islam, padahal oknum pemimpin itu yang tidak mengamalkan islam secara kaffah, korupsi secara pribadi, tetapi jamaah kaum muslimin yang disalahkan. Padahal koruptor dari kalangan non muslim lebih banyak dan lebih dahsyat nilainya. Tapi itu seolah tertutupi. Entah oleh kebencian, atau oleh kedunguan nurani.
Tegas dalam islam, korupsi adalah perbuatan keji, jika syariat dilaksanakan maka pelakunya harus dipotong tangan. Tak ada yang berani mencuri jika syariat ditegakkan, tapi sayangnya seperti diawal tadi, negeri ini bukanlah negeri syariat, tak ada kesempatan kaum muslimin menegakan hukuman anti koruptor itu. Hanya sejarah yang bercerita selama 13 Abad sejak abad ke tujuh sejak Nabi diutus  sampai awal abad 20,dan kini hanya sedikit negeri-negeri muslim yang menegakkan hukum itu .  Selama 13 abad itu, Islam adalah rahmat bagi alam semesta, semua agama hidup nyaman dalam naungan penguasa muslim, hak-hak terpenuhi, tidak ada yang teraniaya. Tapi sejak kekhalifahan itu runtuh, sebaliknya, ketika muslim hidup minoritas, hak-haknya terbelenggu bahkan dibantai, mereka dihina dan dinafikan.

Ketika kaum muslimin rindu pemimpin yang sholeh.
Apakah salah jika kaum muslimin merindukan pemimpin yang sholeh, yang diharapkan dengan kesholehannya itu keberkahan akan turun menaungi negeri ini, menaungi semua rakyat Indonesia dari suku agama dan ras apapun, sebagaimana telah dinikmati oleh ummat-ummat terdahulu. Jika ia sholeh, ia pasti takut akan korupsi, takut akan berlaku aniaya, sebab kepemimpinannya akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat nanti. Jika ia adil ia akan duduk bersama nabi, jika ia zhalim, ia akan menjadi penghuni neraka yang paling dasar.

Jangan paksa muslim memilih pemimpin non muslim, karena kamipun tidak memaksa seseorang
non muslim untuk memilih pemimpin muslim.  Sebagaimana Allahpun melarang nabi untuk memaksa seseorang itu beriman atau tidak. Sebab Allah pernah menyatakan dalam quran, jika Allah mau, bisa saja ummat manusia dijadikan satu ummat, selesai sudah. Bukan disitu pointnya. Sebab hidayah hanya milik Allah, seorang muslim hanya berkewajiban memberi peringatan, bukan memaksa.

Demokrasi adalah kebebasan berpendapat. Jika mayoritas menginginkan pemimpin sholeh, jangan sebut mereka dengan ucapan SARA, begitupun jika mayoritas tidak menginginkan pemimpin sholeh,  wajib dihormati. Kita hanya sedang berikhtiar, dan mengharapkan pahala dari ikhtiar kita. Hasilnya, baik atau buruk hanya Allah yang menentukan. Mudah-mudahan saja setelah ikhtiar itu, ada  doa yang terkabulkan yang menyertai, yaitu semoga siapapun pemimpinnya diberi hidayah oleh Allah swt, dan dapat memimpin dengan adil dan menjadikan negeri ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Penutup

Ketika bumi ini masih berputar, ketika kebaikan dan keburukan masih saling berebut pengikut, maka satu hal yang perlu difahami oleh kita semua; didunia ini seorang “nabi Musa” dan seorang “Firaun”, mempunyai kesempatan yang sama untuk berkuasa. Biarkan takdir mengalir dari lauhul mahfudz, menggenapi kehidupan manusia sampai masa itu tiba. Sementara dajjal dan Imam Mahdi  sedang menunggu kita diujung jalan, dan nabi Isa menanti takdirnya sebagai pamungkas akhir zaman. Terserah kita mau ikut yang mana.

Senin, 10 Februari 2014

Ketika Tuhan Memenuhi JanjiNYA

Ketika Tuhan memenuhi JanjiNya
Nikmat mana lagi yang kamu dustakan
Sabar dan sholat sebagai penolong
Berbaik sangka sebagai panduan

Sayang...
dulu kita berpeluh hati menahan sedih
meratap pedih memendam resah
saat asa tak sejalan dengan mimpi
saat cita-cita hanya berbalas kecewa

Nun..
Kehidupan tetap berjalan
nafas-nafas ini harus tetap melanjutkan kehidupan
meski hati kecewa, meski harapan belum tiba saatnya

Doa-doa dan amal sedekah menjadi pengobat
Nadi-nadi dan aliran darah berubah menjadi energi
Ketika ikhlas mengajarkan tentang kesabaran
Ketika ikhlas merekatkan hati dengan kepasrahan
Saat itulah sang takdir datang menjawabnya.

Sayang..
Sujud syukurlah kehadirat illahi robbi...
atas semua karunia ini
DIA yang dulu memberi coba
Kini memberimu bahagia
Jangan lupakan juga mereka yang berhak atas rizki itu
semoga keberkahan selalu menaungi hari-harimu.

Selamat menikmati dunia dengan mensyukuri nikmat dari Rabb mu.
Semoga duniamu menjadi bekal akhiratmu pula.
Selamat bersyukur...

Selasa, 10 Desember 2013

Cinta itu (seharusnya) bahagia

Prolog:
Tak sengaja seorang kawan berkonsultasi tentang temannya yang sepasangan suami istri yang rumah tangganya sedang dilanda prahara. Mereka menikah karena patuh kepada orangtua, dijodohkan.
Kisah ini bukan tentang perselingkuhan tapi tentang kelainan sang suami yang hobi menyiksa istrinya sebelum bertugas.
Saya terhenyak dan iba, hingga tak kuasa memenuhi permintaan sang teman untuk membuatkan puisi bagi sang istri untuk diteruskan kepada suaminya.
Saya tahu, sang istri lebih memilih untuk berpisah kepada suaminya ketimbang mendapat siksaan fisik dan bathin. Tapi saya masih menaruh harapan agar sang suami berubah, berobat kepada dokter atau psikiater, sehingga keutuhan rumah tangga mereka dapat tercipta seutuhnya.

Inilah goresan pena saya.



Assalamu’alaikum wr wb

Untuk Abangku di sana

Kutulis puisi ini sambil menata hati yang tercerai berai
Kutulis puisi ini sambil menyusun jemari dan merangkai doa
Kutulis puisi ini bersama sajadah yang basah oleh bulir air mata tak henti  mengalir…

Abang…
Tahukah engkau…
Ketika ayahku bertanya apakah aku siap menikah dengan mu
Aku meminta Allah yang menjawabnya
Ketika ibuku bertanya apakah benar-benar aku akan menjadi istrimu
Aku meminta Allah untuk menjadi penguat jawabanku
Dan aku menikahimu dengan Allah sebagai sandaranku
Dan aku menikahimu dengan ikhlas sebagai pondasinya.

Perlu abang tahu…
Sebelum abang datang, sebenarnya aku sudah mempunyai pilihan
Tapi pilihan orangtuaku lebih utama dari pilihanku
Aku ingin berbakti kepada mereka dan pasrah akan pilihan mereka yaitu kamu
Aku merelakan sudut hatiku sakit demi membahagiakan hati kedua orangtuaku
Aku merelakan mimpi-mimpiku melayang, demi sebuah bakti anak kepada orangtuanya
Dan aku melepas kebahagiaan ku demi kebahagian orangtuaku, demi kebahagiaanmu dan demi kebahagiaan orang-orang yang menginginkan kita bersatu.
Aku yakin, melepas satu kebahagian demi kebahagian orang lain akan membuat aku lebih bahagia dari sebelumnya.
Dan aku yakin, aku akan bahagia bersamamu, mengapa?
Karena melalui kasih sayang dan cinta tulusmu kepada ku
Membawaku kepada bahagia sesungguhnya

Aku yakin ikhlasku akan mu dalam pernikahan ini
Akan membawaku kepada sakinah, kepada mawaddah dan kepada rahmah sesuai dengan janji Allah kepada kita.
Aku yakin pula, ketika keikhlasan menjadi dasar perkawinan, maka ia akan mengabadi hingga akhir zaman nanti.

Tapi abang
Engkau dan aku adalah manusia biasa
Yang kadang bodoh dan sulit mengerti bagaimana mendefinisikan bahagia
Kadang tak mengerti bahwa yang kita berikan sebenarnya adalah penderitaan, bukan kebahagiaan kepada kekasih kita
Kasih sayang yang seharusnya hadir bersama kelembutan dalam percintaan
Kurasakan bagaikan siksa dineraka
Syahwat kepada lawan jenis yang seharusnya menjelma menjadi kebahagiaan saat ia saling berpagut
Justru kurasakan sebagai azab yang tak terperi
Hasratmu kepadaku yang seharusnya membuat aku damai, tenang dan berujung kenikmatan tiada tara
Kurasakan sebagai derita yang tak biasa
Aku tak mengerti mengapa bercinta bagiku seperti berjalan di api yang membara
Menghanguskan jasad dan jiwaku, dan menggoreskan luka dihati begitu dalam.

Abang
Aku tak tahu
Apakah ini adalah ujian bagiku
Aku hanya berharap semoga allah memaafkan dirimu dan diriku
Aku hanya berharap keikhlasanku saat menerima pinanganmu berbalas pahala dariNYA

Abang
Yang aku ingin hanya sederhana
Saat aku benar-benar berusaha mencintaimu, dengan darah dan airmata ini
Aku berharap semoga bahagia hidup bersamamu,
Menjalin cinta dan rasa bersama
Dalam suka maupun duka, dalam sedih atau bahagia
Aku hanya ingin seperti teman-temanku yang lain
Yang menemukan surga dirumah tangganya.

Abang
Aku tak tahu apakah ada sesuatu dalam dirimu
Yang melanggar syariat yang dibenarkan
Sehingga bukan kelembutan dan kesyahduan yang aku dapat saat kita bercinta
Abang, sungguh aku tak ingin suamiku mendapat murka dari Allah
Tatkala ia menyiksa istrinya
Bukankan sang nabi pernah bersabda
Laki-laki terhormat adalah laki-laki yang memuliakan dan membahagiakan wanita
Dan sang nabi adalah orang yang paling memuliakan wanita

Memang aku tak ingin engkau sesempurna sang nabi
Tapi aku tak ingin engkau sezhalim kaum nabi luth
Yang tega menyiksa kaum wanita termasuk istrinya
Demi mendapatkan kepuasan syahwatnya

Abang
Jika engkau tahu ada yang salah dalam dirimu
Tolong obati dirimu kemanapun engkau bisa
Dan obati hatimu dengan taubat nasuha

Abang
Jika engkau mencintaiku
Aku yakin engkau tahu apa yang harus engkau lakukan
Demi kebahagiaan seorang wanita yang kini telah menjadi istrimu
Yang merelakan dirinya, hatinya dan jasadnya untuk mengikuti kemana engkau pergi
Demi membangun generasi  berikutnya yang diidam-idamkan ayah dan bunda kita

Tapi Abang
Jika engkau tak bisa berubah
Atau engkau sulit menerima permintaanku
Aku pasrahkan diriku untuk engkau ceraikan
Kau kembalikan diriku kepada orangtuaku
Yang pastinya akan menangis pilu menyaksikan anak gadisnya terlunta dan teraniaya
Sebab patuh kepada perintah kedua ibu bapaknya

Tapi aku yakin
Mereka akan menerima
Sebab menikah seharusnya membawa sakinah
Sebab cinta itu seharusnya membawa bahagia

Maafkan aku abang.




Kamis, 30 Mei 2013

Standing Party, Menggugat Sunnah Yang Hilang

Standing Party
Menggugat Sunnah Yang Hilang


Dewasa ini pesta pernikahan kaum muslimin lebih sering diselenggarakan di gedung-gedung. Selain alasan praktis, faktor gengsi mungkin menjadi pertimbangan. Sejatinya tidak ada yang salah jika perayaan pernikahan atau pesta apapun di gedung-gedung, yang menjadi masalah adalah bahwa jumlah undangan tidak sebanding dengan jumlah kursi yang disediakan. Loh apa masalahnya, bukankah memang hampir semua seperti itu, undangan 1000 orang, kursi yang disediakan 10 buah, bahasa kerennya standing party. Dan itu jamak dilakukan oleh manusia modern saat ini. 

Ya bagi mereka yang terbiasa standing party memang tak masalah, tetapi bagi orang tertentu, seperti saya berdiri berjam-jam tentu tidaklah nyaman, apalagi sambil memakan hidangan atau membawa minuman. Belum lagi kalau yang datang adalah para orangtua renta yang terlihat lelah berdiri berlama-lama. Tapi bukan itu masalah utamanya. Masalah utamanya adalah bahwa nabi MELARANG kita untuk MINUM dan MAKAN sambil BERDIRI. 

Dari Abu Hurairah r.a :Bahwa Nabi s.a.w bersabda,”Janganlah kalian minum sambil berdiri ! Apabila kalian lupa, maka hendaklah ia memuntahkannya !” (HR. Muslim)

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Adi dari Sa’id bin Arubah dari Qatadah dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang seseorang minum dalam keadaan berdiri. Kemudian ditanyakan kepada beliau, “Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab: “Terlebih lagi dalam makan.” Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih.(H.R Tirmidzi)

Jadi ada larangan jelas bahwa minum dan makan sambil berdiri adalah berdosa, bahkan kalau lupa kita diharuskan untuk memuntahkannya, persis seperti kita tertelan makanan haram atau terminum minuman khamr, segera kita muntahkan!

Sunnah yang begitu agung, perlahan kini mulai ditinggalkan oleh kaum muslimin. Sunnah yang mulia ini tergerus oleh budaya luar yang bernama 'Standing Party' yang ironisnya kaum muslimin bangga akan hal itu. Jika itu semua telah terjadi dalam suatu acara pesta, siapakah yang paling bertanggung jawab atas dosa kolektif itu? Yang paling bertanggung jawab adalah sang tuan rumah, yang membiarkan tamunya minum dan makan sambil berdiri karena kursi yang dibatasi, meskipun sebenarnya bisa saja samg tuan rumah menyediakan jumlah kursi yang memadai.

Alangkah ironisnya, jika sebuah pesta perkawinan yang seharusnya membawa barokah, justru tanpa sengaja malah membawa dosa yang terjadi karena kealpaan sang tuan rumah.

Semoga tak ada lagi standing party yang sebenarnya membuat sangat tidak nyaman para undangan itu dalam pesta pernikahan kaum muslimin.


Jumat, 02 November 2012

Dan rasa itu bernama Iba



“Dan rasa itu bernama Iba”
13th Love Anniversary

Bertemu dirimu adalah  kesempatan terindah dalam hidupku
Mengenal dirimu adalah berkah terindah dalam hari-hariku
Mencintai dirimu adalah pekerjaan paling indah dalam hidupku
Dan hidup bersamamu adalah anugerah terindah yang Allah berikan kepadaku

Meski pada awalnya kamu tak mengenal aku dan aku sangat asing bagi dirimu
Meski pada awalnya jiwaku berdarah-darah karena terjebak mencintai dirimu
Meski pada awalnya tanganku harus bertepuk tak sempurna
Karena lubuk hati yg tulus ini tak terbaca jernih oleh jiwamu
Dan alasan sahihpun tak mampu menjernihkan airmata kesungguhan itu
Dan aku, dalam luka yang perih, dalam gundah yang dalam, terpapah-papah menjelaskan kepadamu, mengapa harus ada wajahmu bersemayam di sudut hati ini.

Man jadda wa jada
“Siapa berusaha dia akan mendapatkan apa yang ia usahakan “
Kalimat sakti itu mampu membuat pijakan kaki ini tetap berdiri
Kalimat sakti itu mampu membuat tubuh ini tetap tegak tanpa goyah
Dan
Ketika kesengsaraan dan nestapa hanya bisa diobati dengan doa
Ketika luka dan perih hanya bisa sembuh dengan kembali kepadaNYA
Ketika asa dan rasa hanya bisa terwujud karena takdirNYA
Maka aku tak menyia-nyiakan malam-malamku untuk mengadu kepadaNYA
Maka sajadah panjangpun menjadi teman setia disetiap ujung malam
Dan dingin kalbupun menjadi hangat karena menghadirkan cintaNYA
Lalu, kurangkai jemari dan kususun kata pinta
Memohon ampun atas segala lalai dan dosa
Memohon maaf atas segala kekhilafan dan kehinaan
Seraya meminta dirimu kepada Sang Pemilik Semesta
Atau membiarkan mu pergi dari lubuk hati karena mungkin bukan pilihan terbaik dariNYA

Ketika kepasrahan telah menyelimuti diri
Ketika keikhlasan menaungi disetiap denyut nadi
Dan ketika bayangmu tak lagi menghantui hari-hari
Di saat itu Sang Pencipta menurunkan RahmatNya
Diberinya engkau setitik rasa dari milyaran rasa keagunganNYA
Rasa yang membuat duniaku berputar seratus delapan puluh derajat
Rasa yang membuat dunia seolah-olah berada dalam genggaman
Rasa yang membuat bahwa aku seolah-olah hanya mahluk yang paling disayang olehNYA
Meski rasa itu bukan SUKA, bukan CINTA, bukan pula SAYANG
Tetapi rasa itu mampu melahirkan suka, cinta dan sayang sekaligus, bersenyawa menjadi satu dalam bentuk yang sangat dahsyat
Dan rasa itu bernama IBA.

Setelah itu
Pinanganku kau terima atas nama iba, atas nama simpati dan atas nama empati,
Atas nama rasa kasihan yang membuatmu bersedih setiap kali mengingat itu, melihat kesungguhanku berjuang memugar kembali puing-puing mimpi yang menghantui jiwa setiap insan muda.
Yang ingin menyempurnakan separuh agama dan meninggikan kehormatannya
Melalui pernikahan yang tulus dan suci
Melalui keluarga sakinah mawaddah wa rohmah.

Sejak saat itu aku belajar memahami makna
Bahwa ada rasa yang lebih dahsyat dari suka, cinta ataupun sayang
Rasa yang hadir dari keikhlasan menerima apa adanya
Tanpa embel-embel dunia yang mengikutinya
Lalu akupun bertekad mengikuti caramu menyukai, mencintai dan menyayangiku
Dengan rasa iba sebagai pondasinya, rasa ikhlas sebagai dindingnya dan rasa saling memiliki sebagai atapnya, dalam naungan cinta illahi robbi

Kini, tiga belas tahun berlalu sejak sumpah janji suci itu
Rasa iba itu masih mencengkeram erat dalam nadiku
Hembusan-hembusan nafas cinta dan sayang masih mewangi dalam setiap canda rayumu
Dan dunia ini pun masih kurasakan milik kita berdua
Meski para jundi telah lahir meramaikan dunia kita

Terimakasih honey,  Selamat menikmati 13th perkawinan kita.
I luv U


Terimakasih ya Robbi,  Tuhan pemilik kebahagiaan, tetapkan hati kami selalu dalam ketaatan pada diriMu
Tetapkan hati kami dalam mensyukuri setiap nikmat dariMu
Dan jangan masukan kami kedalam orang-orang yang kufur terhadap nikmatMU.

Jumat, 06 Juli 2012

Sebuah Julukan


Kedekatan, kekariban dan rasa sayang membuat dua orang manusia saling membuat julukan/kata panggil untuk satu sama lain. Tujuannya agar menambah gizi/nilai dari panggilan terhadap orang yang disayangi.
Julukan biasa diberikan oleh sahabat dekat, kawan karib atau antara sepasang suami istri.
Memanggil dengan julukan membuat sang pemanggil merasa memiliki hal yang berbeda dengan panggilan umum yang biasa digunakan oleh orang lain, dan biasanya yang mengetahui itu hanyalah orang yang paling dekat. Julukan yang saya maksud disini beda dengan poyokan (betawi-red). Kalau poyokan dibuat sekedar untuk lucu-lucuan atau mengenang pada suatu peristiwa lucu tentang sang empunya nama, bisa juga dari nama kecil yang membuat karakter sang empunya nama mudah diingat.

Adalah Sang Nabi yang senang memangil istrinya ‘Aisyah dengan julukan khumairo (yang pipinya kemerah-merahan), dan ‘Aisyah sudah tentu senang dipanggil dengan julukan seperti itu. Meneladani sang nabi, banyak pasangan suami istri yang memanggil pasangannya dengan julukan, entah untuk menambah kemesraan, atau untuk menambah rasa sayang bagi hubungan mereka berdua, dan kamipun, jelas memiliki panggilan masing-masing, yang kalau didengar oleh orang lain terlebih-lebih sanak family, maka mereka akan mengernyitkan dahi tak mengerti apa maksutnya. Ya iyalah, panggilan itu hanya kami berdua yang mengerti. Hikmah dibalik penyebutan dengan julukan ternyata sangat besar, terbukti jika pasangan terlibat dalam konflik rumah tangga (tiada rumah tangga yang bebas dari konflik-red), penyebutan dengan julukan akan menyadarkan khittah awal, komitmen dasar dan mengajak masing-masing ke memori napak tilas, pertama kali mereka berjanji dalam ikatan suci pernikahan beberapa tahun lalu. Sepele, namun cukup membuat lubang-lubang konflik segera tertutup, retak-retak perpecahan segera terpadu kembali dan ujung-ujungnya pertengkaran akan berubah menjadi sentuhan hangat dan cumbuan mesra, setelah itu terserah pemirsa (sensor-red).

Jadi untuk para pasangan yang akan segera menikah, siapkan julukan untuk kekasih anda, semoga setiap kali pertengkaran tiba, julukan itu akan memadamkan api pertengkaran anda, dan jika tidak terjadi pertengkaran, julukan itu akan membuat anda semakin sadar bahwa ada berdua saling membutuhkan.

Untuk pasangan yang sudah kadaluarsa, jangan sedih, julukan masih bisa anda berikan dari sekarang, terserah anda apakah julukan itu berarti atau tidak, anda bebas memberi julukan pasangan anda. Saran dari saya berilah julukan yang mudah diingat seperti “endut”, “lebar” “biang lemari” “kulkas dua pintu” atau apalah yang penting anda bisa mesra. Hahaha.
Selamat memberi julukan pasangan masing-masing, semoga damai menyertai anda berdua, dan piring terbang tak lagi melayang diantara kepala anda”. 

Dan untuk para single fighter yang belum mempunyai pasangan atau sedang menunggu pasangan, tak perlu anda pusing-pusing atau repot-repot mencari julukan, saya sudah tahu julukan anda yakni ‘jomblo’ hahaha. Peace, semoga Allah mempercepat rezeki anda, amin.

PS: Panggilan kami berdua hanya satu huruf, yakni “i”. Jangan banyak tanya, sampe pohon rambutan berbuah jengkol juga tidak akan saya jelaskan.