Kamis, 26 Februari 2009

Cinta itu...


Cinta itu...
mensucikan akal..
mengenyahkan kekhawatiran...
memunculkan keberanian..
mendorong berpenampilan rapi..
membangkitkan selera makan..
menjaga akhlak mulia..
membangkitkan semangat..
mengenakan wewangian..
memperhatikan pergaulan yang baik..
serta menjaga adab dan kepribadian..

Tapi..
cinta juga merupakan ujian..
bagi orang-orang yang shaleh..
dan cobaan bagi ahli ibadah..,


(Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin memberikan komentar mengenai pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang.)

Kalau Bukan...


Kalau bukan karena kasih Allah...
Tentulah manusia tak terlahir kedunia ini...
Kalau bukan karena inayah Allah...
Tentu sang bayi tak mampu menghisap susu dengan instingnya...
Kalau bukan karena hidayah Allah...
Tentu manusia tumbuh tanpa panca inderanya...
Kalau bukan karena rahmat Allah...
Tentu panca indera akan bertindak tanpa akal...
Kalau bukan karena kerahiman Allah...
Tentu akalpun akan terjerumus tanpa bimbingan agama...
Kalau bukan karena taufiq dari Allah...
Tentu agama tak akan semulia Islam ini...

Jika bukan kepadamu ya Allah...
Kemana lagi hati ini akan mengadu...
Jika bukan di bumi milikmu ya Allah...
Kemana lagi kaki ini akan berpijak...
Jika bukan nikmat darimu ya Allah...
Nikmat dari mana yang mampu menggerakan nafas ini...
Jika bukan pertolonganmu ya Allah...
Pertolongan mana lagi yang mampu menjauhkan mara bahaya ini...
Jika bukan karena kasih sayangmu ya Allah...
Niscaya diri ini telah tersesat jauh dari jalanMu...
Jika bukan karena mengharap rahmatmu ya Allah...
Niscaya diri ini telah hancur sejak dosa pertama kali...

Rabu, 25 Februari 2009

Selalu Saja...



Selalu saja ada hal-hal yang menyakitkan hati..
Meskipun kita tidak bermaksud untuk itu..
Selalu saja ada hal yang membuat diri merasa bersalah..
Akan hal dosa-dosa yang nampak sangat kecil..

Selalu saja hati ini menjadi gundah..
Ketika tahu akhir peristiwa tak berpihak pada diri..
Selalu saja tak selamanya kebaikan itu dianggap sebagai ketulusan..
Selalu saja ada fitnah yang mengotori jalan-jalan ini..

Selalu saja keinginan berbuat baik tak selamanya berakhir baik...
Ada saja syetan yang lewat menghalangi pandangan kita..
Selalu saja..
Selalu saja yang menurut kita baik tanpa cela..
Ada saja cela yang muncul tanpa kita sadari..

Selalu saja ada kebijakan yang kita anggap sebagai kebajikan..
Dan ada saja kebijakan itu malah menghancurkan kebajikan itu sendiri..
Selalu saja..
Ini terjadi kepada kita..

Ya muqollibal qulub, tsabit qolbi 'ala dinnikuli wa to'atiq

Diluar Sana, Debu itu Sangat Tebal Istriku..

Istriku...
Ku buat puisi ini hanya untuk mu..
Agar engkau merasa nyaman dalam ruang-ruang hidupku..
Agar aku menjadi damai dalam ruang-ruang hidupmu..

Istriku..
Aku tahu, engkau adalah manusia biasa..
Yang mudah menangis jika tersentuh..
Atau marah bila terluka..
Tak sulit bagiku memahami apa yang tertoreh dihatimu..
Saat diammu menelisik kedalam kalbu ku..

Istriku..
Telah sembilan tahun bahtera ini terlewati..
Dan kita percaya bahtera ini masih berlayar menuju arah yang benar..
Arah pencarian hidup kepada ridha Nya..
Saat kita berikrar dimihrab dulu..

Istriku..
Ketika antara kita mulai merasa panas dengan sempitnya ruang hati..
Kita bisa meminjam teduhnya ruang hati anak-anak kita..
Disana kita bisa berlari dan bernyanyi..
Dalam relung-relung yang damai milik sang bocah..
Tidakkah kita merasa tenteram bersama mereka?

Istriku..
Ketika rumah hati ini mulai sempit dan panas untuk kita berteduh..
Jangan kau pergi keluar untuk mencari udara sejuk..
Sebab diluar sana banyak debu tebal yg akan mengotori hati ini..
Biarlah Anak-anak kita yang akan meluaskan hati ini..
Sampai datangnya kebahagian Abadi..

Maafkan Aku..

Selasa, 24 Februari 2009

"Menggugat Karomah Pak Kyai"

Iseng-iseng searching file2 lama saya eh ketemu.. lumayan buat arsip

----- Original Message -----
From: "Rojali Dahlan" <rojali@...>
To: <is-lam@...>
Sent: Thursday, July 27, 2000 1:17 PM
Subject: [is-lam] "Menggugat Karomah Pak Kyai".


"Menggugat Karomah Pak Kyai".

Pak kyai...
Lima belas tahun lalu kami duduk disamping lekar-mu dalam surau itu ...
Lima belas tahun lalu kami pun duduk dalam majelismu mendengarkan engkau berfatwa dan Lima belas tahun lalu kami masih menjadi santrimu...
Saat itu...
Engkau bercerita, bahwa Allah dan Rasulnya melarang kami bermaksiat kepadanya...
Jangan mencuri, jangan berzina, jangan berbohong, jangan berjudi, jangan mubazir, jangan memfitnah, jangan menghardik anak yatim dan orang tua, jangan berbuat zolim, jangan menyakiti hamba yang tak berdosa, jangan berbuat aniaya, dan sejuta hikmah agung lain yang mengalir dari mulut bijakmu...
Saat itu engkau adalah panutan kami, uswah kami, teladan kami dan penunjuk jalan kami...
Pak Kyai...
Kini kami sudah dewasa, lukisanmu tentang akhlak disanubari kami tak pernah lapuk dimakan hujan dan tak pernah lekang ditelan panas.
Kami masih meneguhkan hati kami terhadap nasehatmu tentang kemanusiaan.
Tapi kini...
Mengapa kami merasa harus menggugat dirimu...
Entahlah,
Apakah kami nanti akan kualat atau tidak disebabkan berbeda pendapat denganmu..
Yang jelas, sejak engkau menjadi UMARA di dusun ini, engkau banyak berubah sekali Pak kyai...
Engkau sekarang sulit ditemui, karena pagar betis dari pengawalmu,dan lingkaran besi pengikut fanatik mu.
Bahkan engkau melupakan wasiat yang pernah engkau berikan kepada kami.
"Wahai muridku, berdirilah diatas semua golongan, karena Islam adalah rahmatan lil alamin, janganlah engkau berfihak, karena islam tak pernah berfihak kecuali kepada kebenaran Ilahi."
Pak Kyai, setahun lalu saat kami mendengar saudara kami seakidah mengalami musibah dianiaya kaum kafir, kami ingin membantunya, tapi engkau melarang.
Saat kami ingin membela hak kami yang tertindas, engkau membungkam kami.
Engkau hanya membela dan berjuang hanya untuk atasanmu bahkan engkau rela mati untuknya.
Bahkan yang membuat kami menangis, engkau tega memprovokasi teman kami untuk
bertempur melawan kami hanya kami sekarang berbeda pendapat kepadamu.

Pak Kyai...
Bolehkah kami menggugat karomah mu....
Tidak untuk masa lalu...
Tapi untuk hari ini, sejak engkau mempunyai seorang atasan.
sejak engkau menjadi umara di republik ini.

...

Senin, 23 Februari 2009

Sebelum Rezeki

Tuhan...
Pagi ini Engkau baik sekali kepadaku..
Kau berikan aku nikmat kecil sebelum rezeki pagiku tiba

Nikmat kecil yang mendesir dihatiku..
Saat melihat sang bayi kecil tersenyum mengantarku pergi..
Selaksa berdoa untuk kelancaran bisnis sang ayah..

Nak.. berdoalah sebisamu...
Katakan apasaja yang engkau ingin katakan..
Mintalah apapun yang engkau ingin pinta...
Mumpung tak ada jarak antara dirimu dan Tuhan..

Nak...
Tenangkan hati ayahmu dengan senyummu..
Gembirakan hati ayahmu dengan doamu..
Dan hapus gurat diwajah ayahmu dengan tertawamu..
Mumpung malaikat masih menjaga disisimu..

Terima kasih Nak..
Terima kasih Tuhan..

(Pagi hari menjelang berangkat kerja)

Meledek Tuhan

Teman..
Aku ingin kamu juga tahu
Ketika aku berdoa meminta kepadaNYA
Menghiba sujud memburai airmata
Beralibi dgn sejuta pengakuan dosa
Merasa sebagai manusia pendurja
Dengan tangis-tangis di sela-sela selaput mata...

Kusulam jari kurangkai pinta
Kutengadah telapak tangan kelangit
Mengharap rahmat turun dari sisinya
Berprasangka sebagai orang suci yang pantas diterima..

Tak lama hari kembali sendiri...
Sang pendoa diberi nikmat kembali
Nikmat sedikit yang membutakan mata...
Lalu kembali merangkul dosa...

Teman...
Aku ingin engkau bantu aku..
Bantu aku meminta maafku..
Aku malu kepadaNYA..
Yang sering meledek dalam do'a dan nyata ku...

The Convergensi Sin

Sahabat...
Sudah lebih dari tiga puluh lima tahun usia ini terjalani
Tak ada yang bisa dibanggakan
Tak ada pula yang bisa di sesalkan
Semua sudah berlalu
Tinggal kenangan yang harus dipertangungjawabkan

Sahabat...
Ketika engkau merasa hidup, pernahkah engkau merasa begitu berguna...
atau..
Ketika engkau merasa ajalmu sudah dekat, pernahkan engkau merasa hidupmu ini sia-sia...
Itulah yang aku alami dari separuh perjalanan hidup ini...
Aku merasa, semakin hari semakin berat beban dosa yang aku lakukan,
Semakin berat juga jalan-jalan yang harus aku lakukan..
Demi sepotong mimpi..
Sepotong mimpi yang membuat kegelisahan hidup membuncah nyaris pecahkan dada.
Mimpi tentang anak manusia yang ingin hidup bahagia...


Sahabat...
Dalam siang dan malam dan dalam gelap dan terang...
Aku merasa tak ada yang bertambah dalam timbangan kebajikan milikku..
Kalaupun ada selalu hilang tersapu angin gibah dan kedengkian hatiku..
Terhadap mereka yang bernasib beruntung...
Dikarunia Allah hidup sejahtera dan damai...

Sahabat..
Bukannya aku ingin menggugat takdir...
Tetapi hanya pertanyakan sampai kapan kah semua ini akan berakhir..
Ketika jiwa ini selalu saja gelisah meskipun dahi telah hitam oleh sujud-sujud malam..
Tatkala datang pertanyaan tentang takdir itu sendiri...
Apakah Ujian, cobaan ataupun azab yang datang..
Ataukah Tuhan mempunyai cara yang berbeda...
Bagaimana menyayangi umatnya...

Februari 2009