Kamis, 18 Agustus 2011

Mirage

Lembut angin malam menyusup ventilasi
meresap kedalam ruangan kosong
dimana sajadah terhampar
basah oleh resah sang pemiliknya
berusaha mendinginkan hati yg gulana
berusaha mecairkan geram yg membeku sejak tadi

Nun
Dunia sedang bercanda kepadanya
Nasib sedang bermain-main dengan kehidupannya
Meledeknya dengan gurauan-gurauan nasib milik orang sekelilingnya
dari mengusap lembut
sampai menghimpit dengan himpitan yg begitu tajam
dan meremuk dalam hingga ke tulang rusuk
menguras tenaga dan membekukan otaknya
hingga ia tak sanggup lagi untuk berfikir

Wahai jiwa yang resah
mengapa engkau tak merasa
sakit dan himpitan itu bukan datang karena takdir
tetapi ia datang karena kau undang untuk bersarang di lubuk hatimu
kau biarkan ia menari-nari mempermainkan perasaanmu
kau tumbuhkan bibit kedengkian dalam jiwamu
hingga merusak jiwa dan pola pikirmu

Wahai jiwa
mengapa kau senang melihat orang lain susah
mengapa kau susah melihat orang lain senang
bukankah rizki allah sudah tergaris untuk masing-masing hamba
bukankah bala dan bahaya sudah tersurat dalam kitab yang maha tinggi
mengapa engkau menyakiti jiwa mu sendiri
dengan membiarkan hasad bersarang di hatimu

wahai jiwa
mengapa engkau sakit ketika melihat saudaramu menerima rizkinya
mengapa engkau menderita ketika melihat kawanmu mendapatkan haknya
bahkan engkau menginginkan kebahagian milik mereka menghilang dari dirinya

wahai jiwa
mengapa engkau membunuh dirimu sendiri dengan fatamorgana
bukankah bahagia dan derita menggilir semua hamba
ketika engkau sakit, mereka pun pernah sakit
ketika engkau bahagia, merekapun pernah bahagia

wahai jiwa
jangan biarkan ibadahmu sia-sia
jangan biarkan sujud-sujudmu hanya menjadi penghias dahimu saja
jangan biarkan api kedengkian membakar pahala-pahalamu
jangan biarkan dosa-dosa mereka mengalir deras memenuhi dirimu
dan kerugian menjadi akhir kehidupan mu

wahai jiwa
ribuan tahun pun kau bersujud
jutaan kali pun kau mengunjungi baitullah
milyaran rupiah pun engkau berinfak dan bersodaqoh
bahkan bila sepanjang hidupmu pun kau berpuasa tanpa henti
akan sia-sia jika hasad dan dengki menyergap hatimu

wahai jiwa
mengapakah kita masih memikirkan dunia
jika sang Nabi pun enggan memilikinya
mengapakah kita masih mengharap dunia
jika akhiratpun lebih baik darinya

jika dunia yang membuatmu berat
mengapa tak kau kembalikan kepada pemiliknya

Jika dengki merasuki hati
maka akhirat tak lagi bisa dimiliki
Itulah orang-orang yang merugi