Dalam gulita malam ini
Mengadu hamba pada Mu Ya Robbi
Tentang rasa yg sama, tentang gundah yg sama
Tentang mimpi dan angan yg bergelayut dalam doa-doa hamba
Yang meretas kedalam ke nadi, merayu butir-butir darah agar menyampaikan kepada hati
Tentang keinginan itu, tentang hasrat itu.
Ya robbi..
Jikalau bukan karena Rahmat dari MU
Jikalau bukan karena kasih sayangMU
Jika bukan karena mengharap tetap beningnya airmata ini,
Jika bukan karena mengharap tetap sucinya niat ini,
Niscaya dosa itu telah terkepal dalam genggaman, niscaya alpa itu menjadi cengkraman dalam setiap hembusan nafas hamba
Menjadikan jiwa ini tersandera
Menjadikan hati ini terbebani oleh gulana yg meremukan hari-hari hamba detik demi detik.
Ya robbi...
Dunia ini begitu mempesona
Harta dan tahta berserak dalam benak hamba
Puja dan puji manusia bersenandung indah dalam pikiran hamba
Membangun surga fatamorgana dalam hati dan menebar kenikmatan maya yg tak pernah habis-habisnya menggoda
Hingga letih jiwa ini mengikutinya
Hingga perih kalbu ini tersayat lukanya
Sedangkan jasad tak sanggup lagi menemani langkah-langkahnya
Sedangkan fisik hanya bisa mengangguk menjalankan takdirnya
Dalam pekat gulita yg semakin gelap
Kupejamkan mata yg tak bisa lagi merapat
Sembab oleh airmata yg terlelap oleh kepedihan
Sedang ekormata masih berharap bahwa butiran terakhir kali ini masih mampu mengalir
Mencairkan kebekuan hati, mendamaikan gelisah dalam nurani.
Ya robbi..
Beri kami arti tentang diri ini
Beri kami makna tentang jiwa ini
Kami yang selalu hidup dalam kebekuan
Yang selalu merasa resah kala nikmat tak lagi meraja
Yang selalu merajuk tatkala bencana datang mengharu hiba
Yang selalu lupa kala bahagia
Yang selalu takut kala bala menyapa
Yang tak bosan-bosannya berkeluh kesah
Yang tak bosan-bosannya mengalungi airmata
Ya robbi
Dalam desah nafas dan gundah gulana
Dalam selimut malam yg semakin pekat
Ku hamparkan letih dalam pelukanMU
Seraya kususun jemari
Kurangkai doa dan kusulam kata pinta
Kupilin tasbih kuuntai kata harap
Semoga hati ini tetap padaMU
Semoga jiwa ini tetap bersamaMU
Semoga hidup ini tetap berada di jalanMU
Semoga lisan ini tetap berzikir mengingatMU.
'Ala bidzikrillah tatma'inul qulub'
Selasa, 15 November 2011
Jumat, 04 November 2011
Dan Surgapun Virtual
Sebuah fenomena, sekedar intermezzo.
Suatu ketika dalam pengadilan akhirat, seorang hamba protes kepada Allah mengapa dirinya tetap dijebloskan kedalam neraka.Sedang ia merasa melakukan semua perintah allah dan menjauhi larangannya. Lalu Allahpun berbaik hati kepadanya dan membuatkan untuknya syurga virtual(maya), loh kok bisa?.
Kembali kepada tahun 2000an saat sang hamba masih hidup, dimana era internet sedang berkembang dahsyat dan fenomena media sosial seperti facebook sedang melanda dunia, masing-masing manusia diseantero dunia tak mau ketinggalan untuk eksis didunia maya itu. Begitupula sang hamba. Sebenarnya sang hamba termasuk mukmin yang soleh, bahkan bisa juga disebut ustad karena kesalihannya itu, TETAPI ada yang terlupakan dari dirinya semenjak ia berjumpa dengan mahluk yang namanya facebook.
Karena begitu antusiasnya ia menggunakan facebook sebagai ajang yang katanya sebagai sarana dakwah maka ia selalu mengupdate dan memposting kegiatannya setiap detik demi mengajak rekan-rekannya untuk bertaqwa, kembali kepada allah. Status bertuliskan "Sedang Tahajud, mari kita gapai nikmat allah" atau "nikmatnya dhuha" atau "sedang menanti adzan maghrib" maksutnya sedang menunggu berbuka, juga status ketika berada di pengajian, di mushola, dimesjid, ditempat taklim, bahkan ayat-ayat alquran berseliweran distatusnya yang katanya ayat inilah yang sedang beliau baca, juga kalimat "sudahkan anda sholat" "sudahkah anda baca quran" dan lain-lain mengiringi status beliau ketika melakukan ibadah. Sepintas memang tidak ada yang salah dengan status-status itu, justru status itu adalah status terbaik dalam dunia maya, daripada bikin status yang membuat orang lain marah, atau status bernada pornografi atau menjelek-jelekan orang alias ghibah. Tapi dibalik cemerlangnya logam, ada setitik celah yang mampu membuat logam itu hancur karena karat, dan disanalah iblis lebih pintar daripada sang hamba, ketika manusia terlena karena pujian dan sanjungan, ketika komentar indah dan jempol diangkat meninabobokan amal sholeh, maka saat itulah manusia menjadi lengah dan ketika manusia lengah ada saja bibit dosa yang disamarkan oleh iblis kehati manusia, ia tak terlihat mata telanjang, tersamar bagai tirai kaca, halus bagai partikel-partikel oksigen diudara, tetapi efeknya sangat luar biasa dahsyatnya. Dan bibit itu adalah riya. Ketika sang hamba melakukan aktifitas beribadah kepada allah dan secara sengaja mempublikasikannya dengan harapan orang lain mengikutinya, maka secara paralel ada sifat riya yang membonceng dalam statusnya itu. bagaimana tidak muncul riya, sebab media sosial seperti facebook bagaikan sebuah toa(speaker) mesjid, ketika seseorang sedang beribadah, misalnya sedang tahajud atau mengaji, lalu ia teriak-teriak di toa "Woi saya sedang tahajud..." yang didengar oleh seluruh orang kampung menunjukan bahwa sang hamba sedang riya, begitupun amalan-amalan lain yang dilakukan sang hamba pribadi lantas diupdate dalam statusnya juga merupakan sebuah riya, tanpa sang hamba sadari meski ia merasa sedang melakukan dakwah.
Lalu ketika hari penghitungan tiba dan sang hamba protes mengapa amal baiknya tidak dinilai oleh Allah, mungkin allah akan menjawab bahwa dalam dunia nyata amal sang hamba telah hangus dimakan oleh sifat riya tadi, tapi dialam virtual, sang akun hamba tadi tetap mendapatkan ganjaran atas amalnya yakni surga virtual tadi.
Dan para penghuni facebookpun banyak yang mendapatkan surga virtual atas amal baiknya…hihihi.
Suatu ketika dalam pengadilan akhirat, seorang hamba protes kepada Allah mengapa dirinya tetap dijebloskan kedalam neraka.Sedang ia merasa melakukan semua perintah allah dan menjauhi larangannya. Lalu Allahpun berbaik hati kepadanya dan membuatkan untuknya syurga virtual(maya), loh kok bisa?.
Kembali kepada tahun 2000an saat sang hamba masih hidup, dimana era internet sedang berkembang dahsyat dan fenomena media sosial seperti facebook sedang melanda dunia, masing-masing manusia diseantero dunia tak mau ketinggalan untuk eksis didunia maya itu. Begitupula sang hamba. Sebenarnya sang hamba termasuk mukmin yang soleh, bahkan bisa juga disebut ustad karena kesalihannya itu, TETAPI ada yang terlupakan dari dirinya semenjak ia berjumpa dengan mahluk yang namanya facebook.
Karena begitu antusiasnya ia menggunakan facebook sebagai ajang yang katanya sebagai sarana dakwah maka ia selalu mengupdate dan memposting kegiatannya setiap detik demi mengajak rekan-rekannya untuk bertaqwa, kembali kepada allah. Status bertuliskan "Sedang Tahajud, mari kita gapai nikmat allah" atau "nikmatnya dhuha" atau "sedang menanti adzan maghrib" maksutnya sedang menunggu berbuka, juga status ketika berada di pengajian, di mushola, dimesjid, ditempat taklim, bahkan ayat-ayat alquran berseliweran distatusnya yang katanya ayat inilah yang sedang beliau baca, juga kalimat "sudahkan anda sholat" "sudahkah anda baca quran" dan lain-lain mengiringi status beliau ketika melakukan ibadah. Sepintas memang tidak ada yang salah dengan status-status itu, justru status itu adalah status terbaik dalam dunia maya, daripada bikin status yang membuat orang lain marah, atau status bernada pornografi atau menjelek-jelekan orang alias ghibah. Tapi dibalik cemerlangnya logam, ada setitik celah yang mampu membuat logam itu hancur karena karat, dan disanalah iblis lebih pintar daripada sang hamba, ketika manusia terlena karena pujian dan sanjungan, ketika komentar indah dan jempol diangkat meninabobokan amal sholeh, maka saat itulah manusia menjadi lengah dan ketika manusia lengah ada saja bibit dosa yang disamarkan oleh iblis kehati manusia, ia tak terlihat mata telanjang, tersamar bagai tirai kaca, halus bagai partikel-partikel oksigen diudara, tetapi efeknya sangat luar biasa dahsyatnya. Dan bibit itu adalah riya. Ketika sang hamba melakukan aktifitas beribadah kepada allah dan secara sengaja mempublikasikannya dengan harapan orang lain mengikutinya, maka secara paralel ada sifat riya yang membonceng dalam statusnya itu. bagaimana tidak muncul riya, sebab media sosial seperti facebook bagaikan sebuah toa(speaker) mesjid, ketika seseorang sedang beribadah, misalnya sedang tahajud atau mengaji, lalu ia teriak-teriak di toa "Woi saya sedang tahajud..." yang didengar oleh seluruh orang kampung menunjukan bahwa sang hamba sedang riya, begitupun amalan-amalan lain yang dilakukan sang hamba pribadi lantas diupdate dalam statusnya juga merupakan sebuah riya, tanpa sang hamba sadari meski ia merasa sedang melakukan dakwah.
Lalu ketika hari penghitungan tiba dan sang hamba protes mengapa amal baiknya tidak dinilai oleh Allah, mungkin allah akan menjawab bahwa dalam dunia nyata amal sang hamba telah hangus dimakan oleh sifat riya tadi, tapi dialam virtual, sang akun hamba tadi tetap mendapatkan ganjaran atas amalnya yakni surga virtual tadi.
Dan para penghuni facebookpun banyak yang mendapatkan surga virtual atas amal baiknya…hihihi.
Langganan:
Postingan (Atom)