Prolog:
Tak sengaja seorang kawan berkonsultasi tentang temannya yang sepasangan suami istri yang rumah tangganya sedang dilanda prahara. Mereka menikah karena patuh kepada orangtua, dijodohkan.
Kisah ini bukan tentang perselingkuhan tapi tentang kelainan sang suami yang hobi menyiksa istrinya sebelum bertugas.
Saya terhenyak dan iba, hingga tak kuasa memenuhi permintaan sang teman untuk membuatkan puisi bagi sang istri untuk diteruskan kepada suaminya.
Saya tahu, sang istri lebih memilih untuk berpisah kepada suaminya ketimbang mendapat siksaan fisik dan bathin. Tapi saya masih menaruh harapan agar sang suami berubah, berobat kepada dokter atau psikiater, sehingga keutuhan rumah tangga mereka dapat tercipta seutuhnya.
Inilah goresan pena saya.
Assalamu’alaikum wr wb
Untuk Abangku di sana
Kutulis puisi ini sambil menata hati yang tercerai berai
Kutulis puisi ini sambil menyusun jemari dan merangkai
doa
Kutulis puisi ini bersama sajadah yang basah oleh bulir
air mata tak henti mengalir…
Abang…
Tahukah engkau…
Ketika ayahku bertanya apakah aku siap menikah dengan mu
Aku meminta Allah yang menjawabnya
Ketika ibuku bertanya apakah benar-benar aku akan menjadi
istrimu
Aku meminta Allah untuk menjadi penguat jawabanku
Dan aku menikahimu dengan Allah sebagai sandaranku
Dan aku menikahimu dengan ikhlas sebagai pondasinya.
Perlu abang tahu…
Sebelum abang datang, sebenarnya aku sudah mempunyai
pilihan
Tapi pilihan orangtuaku lebih utama dari pilihanku
Aku ingin berbakti kepada mereka dan pasrah akan pilihan
mereka yaitu kamu
Aku merelakan sudut hatiku sakit demi membahagiakan hati
kedua orangtuaku
Aku merelakan mimpi-mimpiku melayang, demi sebuah bakti
anak kepada orangtuanya
Dan aku melepas kebahagiaan ku demi kebahagian
orangtuaku, demi kebahagiaanmu dan demi kebahagiaan orang-orang yang
menginginkan kita bersatu.
Aku yakin, melepas satu kebahagian demi kebahagian orang
lain akan membuat aku lebih bahagia dari sebelumnya.
Dan aku yakin, aku akan bahagia bersamamu, mengapa?
Karena melalui kasih sayang dan cinta tulusmu kepada ku
Membawaku kepada bahagia sesungguhnya
Aku yakin ikhlasku akan mu dalam pernikahan ini
Akan membawaku kepada sakinah, kepada mawaddah dan kepada
rahmah sesuai dengan janji Allah kepada kita.
Aku yakin pula, ketika keikhlasan menjadi dasar
perkawinan, maka ia akan mengabadi hingga akhir zaman nanti.
Tapi abang
Engkau dan aku adalah manusia biasa
Yang kadang bodoh dan sulit mengerti bagaimana
mendefinisikan bahagia
Kadang tak mengerti bahwa yang kita berikan sebenarnya
adalah penderitaan, bukan kebahagiaan kepada kekasih kita
Kasih sayang yang seharusnya hadir bersama kelembutan
dalam percintaan
Kurasakan bagaikan siksa dineraka
Syahwat kepada lawan jenis yang seharusnya menjelma
menjadi kebahagiaan saat ia saling berpagut
Justru kurasakan sebagai azab yang tak terperi
Hasratmu kepadaku yang seharusnya membuat aku damai, tenang
dan berujung kenikmatan tiada tara
Kurasakan sebagai derita yang tak biasa
Aku tak mengerti mengapa bercinta bagiku seperti berjalan
di api yang membara
Menghanguskan jasad dan jiwaku, dan menggoreskan luka
dihati begitu dalam.
Abang
Aku tak tahu
Apakah ini adalah ujian bagiku
Aku hanya berharap semoga allah memaafkan dirimu dan
diriku
Aku hanya berharap keikhlasanku saat menerima pinanganmu
berbalas pahala dariNYA
Abang
Yang aku ingin hanya sederhana
Saat aku benar-benar berusaha mencintaimu, dengan darah
dan airmata ini
Aku berharap semoga bahagia hidup bersamamu,
Menjalin cinta dan rasa bersama
Dalam suka maupun duka, dalam sedih atau bahagia
Aku hanya ingin seperti teman-temanku yang lain
Yang menemukan surga dirumah tangganya.
Abang
Aku tak tahu apakah ada sesuatu dalam dirimu
Yang melanggar syariat yang dibenarkan
Sehingga bukan kelembutan dan kesyahduan yang aku dapat saat
kita bercinta
Abang, sungguh aku tak ingin suamiku mendapat murka dari
Allah
Tatkala ia menyiksa istrinya
Bukankan sang nabi pernah bersabda
Laki-laki terhormat adalah laki-laki yang memuliakan dan
membahagiakan wanita
Dan sang nabi adalah orang yang paling memuliakan wanita
Memang aku tak ingin engkau sesempurna sang nabi
Tapi aku tak ingin engkau sezhalim kaum nabi luth
Yang tega menyiksa kaum wanita termasuk istrinya
Demi mendapatkan kepuasan syahwatnya
Abang
Jika engkau tahu ada yang salah dalam dirimu
Tolong obati dirimu kemanapun engkau bisa
Dan obati hatimu dengan taubat nasuha
Abang
Jika engkau mencintaiku
Aku yakin engkau tahu apa yang harus engkau lakukan
Demi kebahagiaan seorang wanita yang kini telah menjadi
istrimu
Yang merelakan dirinya, hatinya dan jasadnya untuk
mengikuti kemana engkau pergi
Demi membangun generasi
berikutnya yang diidam-idamkan ayah dan bunda kita
Tapi Abang
Jika engkau tak bisa berubah
Atau engkau sulit menerima permintaanku
Aku pasrahkan diriku untuk engkau ceraikan
Kau kembalikan diriku kepada orangtuaku
Yang pastinya akan menangis pilu menyaksikan anak
gadisnya terlunta dan teraniaya
Sebab patuh kepada perintah kedua ibu bapaknya
Tapi aku yakin
Mereka akan menerima
Sebab menikah seharusnya membawa sakinah
Sebab cinta itu seharusnya membawa bahagia
Maafkan aku abang.