Syukur, sebuah ungkapan rasa terimakasih kepada Sang Pencipta atas nikmat yang telah diberikan, atas sukses yang dicapai dan atas kemenangan yg digapai.
Syukur, sebuah ritual untuk membetulkan kembali posisi relasional antara hamba dan Pencipta, antara mahluk dan Khaliq.
Posisi yang menegaskan bahwa seorang hamba tidaklah berarti apa-apa tanpa kuasa sang Pencipta,seorang mahluk tidaklah berdaya tanpa rahmat sang Khaliq.
Syukur, sebagai suatu pembuktian dari seorang hamba yang tahu diri dan mengerti posisi.
Sebagai lambang kerendahan hati, ketawadhu’an jiwa dan kezuhudan diri.
Syukur, membuat manusia selalu percaya diri bahwa apapun yang dilakukan, bagaimanapun kondisinya dan seberat apapun nilainya tetap akan diberikan poin oleh Allah SWT.
Syukur melahirkan jiwa-jiwa yg qona’ah, membentuk spirit ketaqwaan dan melahirkan batin yang bening.
Dengan syukur terjalin komunikasi yang harmonis antara ruh dan jasad, antara jiwa dan fisik serta antara jasmani dan ruhani.
Syukur adalah perbuatan mulia yang dilakukan oleh hamba-hamba yg salih, kaum-kaum penghuni firdaus, dan para penduduk arsy.
Dan dengan syukur pula Allah membalas kembali berlipat-lipat amalan para hambanya.
Sahabat,
Ada satu pertanyaan yang menggelitik hati saya, pada saat kapankah syukur itu paling tepat kita panjatkan.
Sering diantara kita semua syukur itu kita lakukan ketika mendapat kegembiraan, kesenangan dan hal-hal lain yang menggembirakan hati.
Saat lulus ujian, saat pernikahan, saat anak lahir, saat diterima kerja, saat kenaikan gaji, saat kenaikan jabatan, saat mendapat proyek dan lain sebagainya.
Betul dan saya sangat setuju ketika semua kegembiraan itu kita ukir dengan cara bersyukur.
Tapi saya lebih sangat setuju ketika seorang hamba melakukan syukur sebelum kegembiraan itu datang, contoh : bersyukur masih diberi kesempatan untuk ikut ujian meski belum tentu lulus, bersyukur masih diberi kesempatan untuk menikah meskipun belum tentu lamarannya diterima, bersyukur masih diberi kesempatan untuk hamil, meskipun belum tentu lahir dengan selamat, bersyukur masih diberi kesempatan untuk ujian test kerja, meskipun belum tentu diterima, bersyukur masih diberi kesempatan untuk test kenaikan gaji/pangkat meskipun belum tentu lulus, dan bersyukur masih diberi kesempatan ikut tender, meskipun belum tentu menang.
Pra-Syukur semacam ini lebih baik dan lebih menguatkan jiwa saat hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan dan lebih melipatgandakan rasa syukur, jika sesuai dengan hasil yg diharapkan.
Pra-syukur semacam ini membuat seorang hamba lebih nyaman dalam menghadapi kehidupan, sekeras apapun itu. Disemua kejadian baik senang atau susah ia tetap bersyukur. Jika susah dia akan bersabar plus bersyukur, jika senang syukurnya akan berlipat-lipat. Satu syukur saja Allah akan melipat gandakan, bagaimana dengan syukur kuadrat? Wow...tentu langit dan bumi semuanya akan diberikan oleh Allah SWT kepada kita.
Jadi bagaimana kalau mulai sekarang kita BERPRASYUKUR, minimal kita bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bersyukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar