Manusia,
Dalam perjalanan hidupnya
Selama waktu yang telah digariskan
Selama masa yang telah ditetapkan
Adalah sebagai pengembara,
Ia yang ditugaskan Tuhannya untuk pergi dari satu tempat ketempat lainnya,
Dari tempat bernama dunia menuju tempat tujuan bernama akhirat,
Dalam masa dan perjalanan panjang bersama sang waktu,
Melewati gurun tandus dan gersang sepanjang perjalanan.
Keringat dan peluh, serta bau badan yang menusuk karena debu-debu yang bertebaran,
Kaki-kaki yang luka karena duri-duri yang berserak ditengah jalan,
Dan perih mata karena tertusuk angin penuh debu dan kotoran liar yang menyaput tiada henti.
Mereka yang dikaruniai kelebihan harta, merasa nyaman dengan tandu-tandu dan gerobak yang didorong oleh keledai.
Mereka merasa nyaman dalam kesenangan sementara, terkantuk-kantuk dalam tenda yang bergoyang oleh kerikil-kerikil yang menyusuri jalan.
Sedang mereka yang diberi hidup pas-pasan, berjuang dengan keringat dan darah, dengan telanjang kaki tanpa sepatu dan alaskaki, dengan penutup tubuh seadanya, sekedar menghilangkan panas dari teriknya matahari dan dinginnya malam,
Mencoba berjalan dengan jiwa-jiwa kuat dan penuh harap, kapankah perjalanan ini akan tiba ditujuan.
Rasa haus dan lapar, rasa dahaga dan perih lambung yang menyertai, sebenarnya akan hilang jika telah sampai ditempat istirahat sementara, sebelum tiba ditujuan...
Tuhanpun sayang kepada manusia, Dia telah menyiapkan tempat untuk rehat, dalam sebuah oase yang damai, yang penuh dengan air dari telaga kautsar, dan pohon-pohon penuh buah untuk tempat berteduh.
Tuhan telah menyiapkan sebuah oase dalam setiap satu masa perjalanan, yang kadarnya adalah satu bulan untuk satu tahun.
Di oase itu, disana engkau dapat minum dan menyucikan diri, membasuh hati dan muka yang kotor karena debu perjalanan.
Mencuci dan membersihkan pakaian-pakaian mu dengan shodaqoh dan zakat, mengairi tenggorokan dengan basuhan quran, berteduh dalam naungan shaf-shaf sholat berjamaah, bergembira dan bercengkrama dalam nikmatnya berbuka.
Dalam oase itu, kita juga bisa berselimut tahajud dan qiyamul lail, merebahkan diri dalam hangatnya dzikir, dan berolahraga dengan rakaat-rakaat tarawih.
Bagi mereka kaum papa, yang merasakan panasnya perjalanan dengan telanjang kaki, sampainya kepada oase, seolah-olah seperti telah sampai kepada tempat tujuan. Tiba pada bulan oase adalah kesempatan yang sangat diharapkan, sembari mengumpulkan kembali kantung-kantung perbekalan untuk masa perjalanan berikutnya.
Juga bagi mereka kaum kaya, tetapi tidak silau akan kekayaan dunia, yang menganggap kekayaannya hanya sebatas titipan, justru merindukan saat oase itu untuk memberikan semua kekayaannya kepada kaum papa, dan mengisi kantung-kantung air mereka untuk perjalanan berikutnya pula.
Tapi bagi mereka yang merasa kaya, yang telah lupa akan adanya oase, yang asyik dalam tenda-tenda, yang asyik dan tertidur didalam tandu-tandu, mereka tidak menyadari nikmatnya beristrirahat di oase itu. Mereka tidak perduli dengan keriuhan riak-riak dalam oase, mereka tidak peduli dengan nikmat dan kenyamanan dalam guyuran-guyuran air takwa, dan basuhan-basuhan sejuk keimanan, hingga ketika tiba ditujuan, mereka terkejut bahwa saat mereka telah tiba, sedang perbekalan tak satupun mereka punya, karena habis dimakan selama perjalanan hidupnya.
Tapi yang lebih celaka lagi, bagi mereka yang papa, yg berjalan tanpa alas kaki, yang berlindung hanya dengan sehelai kain, tetapi tidak peduli dan tidak tahu dengan oase itu sendiri. Akhirnya perjalanan mereka berlalu dengan berat, dan bekalpun tak ada yang didapat. Hidup di dunia menderita dan di akhirat mendapat sengsara.
Adalah kebodohan dan ketidak pedulian akan belajar yang membuat mereka tidak mengetahui, bahwa dalam perjalanan panjang dunia, ada satu bulan tempat istrirahat, dalam perjalanan panjang digurun bertandus, ada satu oase tempat untuk rehat, dan oase itu bernama Ramadhan.
Itulah saat-saat yang paling menyenangkan dalam hidup. Seandainya manusia tahu, mungkin mereka akan meminta, bahwa seluruh bulan adalah bulan Ramadhan, seluruh tempat perjalanan adalah oase keimanan.
Wallahualam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar