Seorang pemuda duduk termenung
Menanti datangnya pendamping hidup
Berharap-harap dalam sepertiga malam
Semoga diberikan kekasih idaman
Seorang pemudi terpaku dalam lamunan
Menanti kapan tibanya khitbah sang pangeran
Menangis haru dalam gelap-gelap malam
Semoga tuhan mau berkenan
Sepasang suami istri bersimpuh dalam sujudnya
Menanti datangnya amanah dan titipan
Menanti masa yg bertahun2 tak jua tiba
Yang melengkapi kebahagian mereka,
Yang melengkapi dunia mereka
Seorang ayah yg miskin dan papa
Merajut tangisan dalam butiran-butiran airmata
Menghentak malam-malam sepi dalam munajat
Berharap sangat pada sang kuasa
Semoga nasib bisa cepat berubah
Seorang istri mengusap duka laranya
Yang hanyut ditelan lelehan airmata
Mengharap sang suami kembali padanya
Menanti bahagia kembali dalam hidupnya
Seorang suami tafakur dalam diam
Meratapi sepi yang mulai bergulir
Menahan sesak dalam dada yang semakin dalam
Menanti sang istri yang telah pergi
Dan tak tahu apakah akan kembali
Ketika manusia merasa dalam hampa
Ketika manusia terbenam dalam lautan duka
Tenggelam dalam haru dan airmata
Tersesat dalam gelapnya teka-teki kehidupan
Mengapa ia mudah sekali berputus asa
Mengapa ia mudah sekali lepas dari rahmat allah
Mengapa ia menghinakan dirinya dalam rasa suudzhon
Bahkan menyalahkan Allah sang pemilik jiwa raga
Padahal tiada yang hebat yang sedang ia lakukan
Padahal tiada yang fantantis yang sedang ia kerjakan
Ia hanya menjalankan sesi kehidupan biasa
Ia hanya menyambung nafas untuk kehidupannya esok
Ia hanya mengurutkan buliran-buliran peristiwa dalam hidupnya
Yang mungkin peristiwa itu hanya setetes debu dihadapan sang pencipta
Yang ada atau tidaknya ia,tidak mempengaruhi izzah dan wibawaNYA
Bahkan mempengaruhi rotasi atom dalam dirinya sekalipun
Tapi
Mengapa ia merasa begitu paling sengsara
Mengapa ia merasa begitu paling menderita
Padahal ia hanya melakukan sebuah hal yang biasa
Padahal ia hanya sedang menanti sebuah jawaban
Yang ia sendiri tidak berhak untuk bertanya
Apakah jawaban itu sesuai atau tidak dengan keinginan hatinya
Jika ia merasa bukan siapa-siapa
Mengapa tak menjadikan Allah sebagai jawabannya???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar