Ya robbi,
Tak terasa hamba telah berada diujung ramadhan.
Tak terasa pula hari-hari hamba melaju begitu saja.
Tak terasa waktu terlempar sia-sia tanpa makna.
Meski hati meratap dan jiwa mengharap atas pengampunanMU di bulan berkah ini.
Janji yg terucap setahun lalu selaksa tanpa makna.
Saat hamba kembali sibuk pada urusan dunia.
Ya Robbi,
Betul di awal ramadhan hamba merasa dekat kepada mu.
Betul saat itu hati ini sangat syahdu mengucap kalam ilahiMu.
Tapi, seiring berjalan waktu, ketika kesibukan tugas menyergap tak kenal ampun, menelusup nadi dan mengancam idealisme kami sebagai hamba, hilang pula kesyahduan ibadah kami.
Yang ada hari-hari ramadhan berjalan seperti hari biasa, bahkan lebih keras dan kejam, karena terbeban oleh makna kemenangan idul fitri yg kami artikan hanya sebatas kemegahan dan kemewahan, ajang pamer materi antar manusia dan manusia lainnya. Jadilah kami para pemangsa buas sebuah materi bernama uang, dan dengan alibi tunjangan hari raya, kamipun menghalalkan segala cara.
Hari-hari kami pun lebih sibuk dengan urusan dunia. Jejaring sosial, sms, chating, bbm ataupun email, lebih menarik perhatian kami ketimbang kitab suci MU. Juga canda ria dan gelak tawa lebih mendominasi daripada harapan mohon ampun akan penyesalan diri di bulan suci ini.
Ya robbi.
Kini dimalam terakhir ramadhan Mu tahun ini. Kami bersujud dan bersimpuh mohon ampun atas kelalaian ini. Berusaha mengisi hati-hati kami dengan mengingatmu kembali. Meski kami tahu. Semua itu tak mengembalikan ramadhan kami lagi.
Jika Engkau bertanya kepada para hambaMu yang saleh, apakah ibadah terbaik kalian pada ramadhan tahun ini, mereka pasti dengan mudah menyebutnya dengan lantang.
Tapi jika engkau bertanya kepada kami, apakah ibadah terbaik kami ramadhan tahun ini?, maka kamipun hanya bisa terdiam.
Hanya lelehan airmata dan butiran penyesalan yang kami berikan.
Hanya tangisan yg menyesak dada yang menjadi jawaban.
Dan mungkin, hanya airmata penyesalan ini yang bisa menjadi ibadah terbaik kami, ya robbi.
Tiadalagi selain bulir-bulir bening yg jatuh perlahan di kelopak mata kami.
Mengingat tak satupun diantara kami yg tahu, apakah kami akan bertemu lagi dengan ramadhanMu tahun depan.
Atau ramadhan ini adalah ramadhan terakhir bagi kami...
Faghfirliii, faghfirliii yaa robbi..ini kuntu minadz dzholimiiin.
Ampuni kami ya robbi, sesungguhnya kami termasuk orang-orang yg zholim.
Emang..... (Bang Jali, kenape ente nggak tambahin widget buat bisa gampang nge-share article blog ente ke FB & Twitter spt di blog ane? coba aje, Bos).
BalasHapus