Sebuah fenomena, sekedar intermezzo.
Suatu ketika dalam pengadilan akhirat, seorang hamba protes kepada Allah mengapa dirinya tetap dijebloskan kedalam neraka.Sedang ia merasa melakukan semua perintah allah dan menjauhi larangannya. Lalu Allahpun berbaik hati kepadanya dan membuatkan untuknya syurga virtual(maya), loh kok bisa?.
Kembali kepada tahun 2000an saat sang hamba masih hidup, dimana era internet sedang berkembang dahsyat dan fenomena media sosial seperti facebook sedang melanda dunia, masing-masing manusia diseantero dunia tak mau ketinggalan untuk eksis didunia maya itu. Begitupula sang hamba. Sebenarnya sang hamba termasuk mukmin yang soleh, bahkan bisa juga disebut ustad karena kesalihannya itu, TETAPI ada yang terlupakan dari dirinya semenjak ia berjumpa dengan mahluk yang namanya facebook.
Karena begitu antusiasnya ia menggunakan facebook sebagai ajang yang katanya sebagai sarana dakwah maka ia selalu mengupdate dan memposting kegiatannya setiap detik demi mengajak rekan-rekannya untuk bertaqwa, kembali kepada allah. Status bertuliskan "Sedang Tahajud, mari kita gapai nikmat allah" atau "nikmatnya dhuha" atau "sedang menanti adzan maghrib" maksutnya sedang menunggu berbuka, juga status ketika berada di pengajian, di mushola, dimesjid, ditempat taklim, bahkan ayat-ayat alquran berseliweran distatusnya yang katanya ayat inilah yang sedang beliau baca, juga kalimat "sudahkan anda sholat" "sudahkah anda baca quran" dan lain-lain mengiringi status beliau ketika melakukan ibadah. Sepintas memang tidak ada yang salah dengan status-status itu, justru status itu adalah status terbaik dalam dunia maya, daripada bikin status yang membuat orang lain marah, atau status bernada pornografi atau menjelek-jelekan orang alias ghibah. Tapi dibalik cemerlangnya logam, ada setitik celah yang mampu membuat logam itu hancur karena karat, dan disanalah iblis lebih pintar daripada sang hamba, ketika manusia terlena karena pujian dan sanjungan, ketika komentar indah dan jempol diangkat meninabobokan amal sholeh, maka saat itulah manusia menjadi lengah dan ketika manusia lengah ada saja bibit dosa yang disamarkan oleh iblis kehati manusia, ia tak terlihat mata telanjang, tersamar bagai tirai kaca, halus bagai partikel-partikel oksigen diudara, tetapi efeknya sangat luar biasa dahsyatnya. Dan bibit itu adalah riya. Ketika sang hamba melakukan aktifitas beribadah kepada allah dan secara sengaja mempublikasikannya dengan harapan orang lain mengikutinya, maka secara paralel ada sifat riya yang membonceng dalam statusnya itu. bagaimana tidak muncul riya, sebab media sosial seperti facebook bagaikan sebuah toa(speaker) mesjid, ketika seseorang sedang beribadah, misalnya sedang tahajud atau mengaji, lalu ia teriak-teriak di toa "Woi saya sedang tahajud..." yang didengar oleh seluruh orang kampung menunjukan bahwa sang hamba sedang riya, begitupun amalan-amalan lain yang dilakukan sang hamba pribadi lantas diupdate dalam statusnya juga merupakan sebuah riya, tanpa sang hamba sadari meski ia merasa sedang melakukan dakwah.
Lalu ketika hari penghitungan tiba dan sang hamba protes mengapa amal baiknya tidak dinilai oleh Allah, mungkin allah akan menjawab bahwa dalam dunia nyata amal sang hamba telah hangus dimakan oleh sifat riya tadi, tapi dialam virtual, sang akun hamba tadi tetap mendapatkan ganjaran atas amalnya yakni surga virtual tadi.
Dan para penghuni facebookpun banyak yang mendapatkan surga virtual atas amal baiknya…hihihi.
Mungkin kata kuncinya : innama a'malu bin niat.
BalasHapusWallahu A'lam....