Rabu, 26 Agustus 2009

Oase itu bernama Ramadhan

Manusia,
Dalam perjalanan hidupnya
Selama waktu yang telah digariskan
Selama masa yang telah ditetapkan
Adalah sebagai pengembara,

Ia yang ditugaskan Tuhannya untuk pergi dari satu tempat ketempat lainnya,
Dari tempat bernama dunia menuju tempat tujuan bernama akhirat,
Dalam masa dan perjalanan panjang bersama sang waktu,
Melewati gurun tandus dan gersang sepanjang perjalanan.

Keringat dan peluh, serta bau badan yang menusuk karena debu-debu yang bertebaran,
Kaki-kaki yang luka karena duri-duri yang berserak ditengah jalan,
Dan perih mata karena tertusuk angin penuh debu dan kotoran liar yang menyaput tiada henti.

Mereka yang dikaruniai kelebihan harta, merasa nyaman dengan tandu-tandu dan gerobak yang didorong oleh keledai.
Mereka merasa nyaman dalam kesenangan sementara, terkantuk-kantuk dalam tenda yang bergoyang oleh kerikil-kerikil yang menyusuri jalan.

Sedang mereka yang diberi hidup pas-pasan, berjuang dengan keringat dan darah, dengan telanjang kaki tanpa sepatu dan alaskaki, dengan penutup tubuh seadanya, sekedar menghilangkan panas dari teriknya matahari dan dinginnya malam,
Mencoba berjalan dengan jiwa-jiwa kuat dan penuh harap, kapankah perjalanan ini akan tiba ditujuan.

Rasa haus dan lapar, rasa dahaga dan perih lambung yang menyertai, sebenarnya akan hilang jika telah sampai ditempat istirahat sementara, sebelum tiba ditujuan...
Tuhanpun sayang kepada manusia, Dia telah menyiapkan tempat untuk rehat, dalam sebuah oase yang damai, yang penuh dengan air dari telaga kautsar, dan pohon-pohon penuh buah untuk tempat berteduh.
Tuhan telah menyiapkan sebuah oase dalam setiap satu masa perjalanan, yang kadarnya adalah satu bulan untuk satu tahun.
Di oase itu, disana engkau dapat minum dan menyucikan diri, membasuh hati dan muka yang kotor karena debu perjalanan.
Mencuci dan membersihkan pakaian-pakaian mu dengan shodaqoh dan zakat, mengairi tenggorokan dengan basuhan quran, berteduh dalam naungan shaf-shaf sholat berjamaah, bergembira dan bercengkrama dalam nikmatnya berbuka.
Dalam oase itu, kita juga bisa berselimut tahajud dan qiyamul lail, merebahkan diri dalam hangatnya dzikir, dan berolahraga dengan rakaat-rakaat tarawih.

Bagi mereka kaum papa, yang merasakan panasnya perjalanan dengan telanjang kaki, sampainya kepada oase, seolah-olah seperti telah sampai kepada tempat tujuan. Tiba pada bulan oase adalah kesempatan yang sangat diharapkan, sembari mengumpulkan kembali kantung-kantung perbekalan untuk masa perjalanan berikutnya.
Juga bagi mereka kaum kaya, tetapi tidak silau akan kekayaan dunia, yang menganggap kekayaannya hanya sebatas titipan, justru merindukan saat oase itu untuk memberikan semua kekayaannya kepada kaum papa, dan mengisi kantung-kantung air mereka untuk perjalanan berikutnya pula.

Tapi bagi mereka yang merasa kaya, yang telah lupa akan adanya oase, yang asyik dalam tenda-tenda, yang asyik dan tertidur didalam tandu-tandu, mereka tidak menyadari nikmatnya beristrirahat di oase itu. Mereka tidak perduli dengan keriuhan riak-riak dalam oase, mereka tidak peduli dengan nikmat dan kenyamanan dalam guyuran-guyuran air takwa, dan basuhan-basuhan sejuk keimanan, hingga ketika tiba ditujuan, mereka terkejut bahwa saat mereka telah tiba, sedang perbekalan tak satupun mereka punya, karena habis dimakan selama perjalanan hidupnya.

Tapi yang lebih celaka lagi, bagi mereka yang papa, yg berjalan tanpa alas kaki, yang berlindung hanya dengan sehelai kain, tetapi tidak peduli dan tidak tahu dengan oase itu sendiri. Akhirnya perjalanan mereka berlalu dengan berat, dan bekalpun tak ada yang didapat. Hidup di dunia menderita dan di akhirat mendapat sengsara.
Adalah kebodohan dan ketidak pedulian akan belajar yang membuat mereka tidak mengetahui, bahwa dalam perjalanan panjang dunia, ada satu bulan tempat istrirahat, dalam perjalanan panjang digurun bertandus, ada satu oase tempat untuk rehat, dan oase itu bernama Ramadhan.
Itulah saat-saat yang paling menyenangkan dalam hidup. Seandainya manusia tahu, mungkin mereka akan meminta, bahwa seluruh bulan adalah bulan Ramadhan, seluruh tempat perjalanan adalah oase keimanan.

Wallahualam bishowab.

Jumat, 07 Agustus 2009

Muhasabah dalam Munajat

Tuhanku
Di keheningan malam ini ku bersimpuh kepada Mu
Ku bersujud mengharap kasih sayang Mu
Dalam balutan perih dan pedih
Yang menyertai langkah-langkah ini

Tuhanku
Kepada siapa lagi aku mengadu
Kepada siapa lagi aku bermunajat
Sedang engkau adalah pemilik semesta ini
Sedang engkau adalah pemilik jiwa dan raga ini

Tuhanku
Meski air mata ini mengalir deras
Meski mata ini sembab karena tangis tak berkesudahan
Meski hati ini sesak karena rasa sesal tak jua bisa terurai
Meski kening mengerut dan mata kaki bengkak karena sujud-sujud penyesalan
Aku tahu semua itu belum pantas bagiku
Untuk mendapatkan maghfirah atas ampunan dariMu.

Tuhanku
Dalam perjalanan hidupku yang kini menginjak lebih dari separuh usia Rasul Mu
Ku tahu,
Hanya sedikit waktu yang sempat kuberikan khusus untukMu,
Hanya sedikit masa yang mampu aku persembahkan untuk mendekat kepadaMu,
Hanya sedikit hari-hari yang ku lakukan untuk bisa beribadah kepadaMu,

Tuhanku
Silaunya dunia membuat aku banyak melupakan diriMu,
Gemerlapnya dunia membuat aku terseret lautan dosa dan maksiat kepadaMu,
Karatnya hati ini karena penyakit wahn telah merasuk sampai ke urat nadiku,
Membuat jiwaku gersang akan fitrah dan ruhku sepi akan munajat kepadaMu.

Saat Lahir
Betapa aku sangat mensyukuri nikmat Mu atas kelahiran diriku,
Bertemu dengan keluarga sederhana yang memiliki latar belakang keislaman
Meskipun aku hanya seorang muslim keturunan,
Setidaknya hidayahMu mengalir sejak diriku masih bayi
Hingga aku mengerti bahwa itu adalah nikmat paling besar dalam hidupku

Saat Balita
Aku bersyukur kepadaMu atas cinta kasih yang diberikan oleh kedua orangtuaku
Yang merawat diriku sejak masih kecil dengan kasih sayang
Yang cintanya tak pernah bisa aku balas
Meski dengan pengorbanan seluruh hidupku
Ya Allah ampunilah kedua orang tuaku
Bahagiakan mereka dengan kasih sayangMu
Lapangkan dan terangilah kuburnya
Maafkan aku yang belum bisa memberikan kebahagiaan kepada mereka
Maafkan aku yang belum mampu memberikan kedamaian dihati mereka
Hingga saat-saat terakhir mereka

Tuhanku
Ampuni aku yang pernah bersikap kasar kepada keduanya
Ampuni aku yang pernah membantah keduanya
Ampuni aku yang pernah berkata “ahh” kepadanya
Maafkan aku yang pernah membuat luka dihatinya,
Tuhanku
Ikhlaskan amal-amal kami untuknya
Lapangkan hati kami dalam mendoakan kebaikan kepadanya
Dan sampaikan salam dan rasa hormat kami kepada keduanya

Tuhanku
Jika aku belum sempat membalas kebaikan keduanya selama mereka masih hidup
Izinkan aku menjadi anak yang saleh untuknya, dalam sisa-sisa usiaku
Beri aku kekuatan untuk menjadikannya tauladan bagi diriku dan anak-anakku
Beri aku kelapangan dalam menjalankan amanat-amanatnya
Jadikan mereka merasa bangga atas diri kami
Karena pengorbanan mereka terhadap kami tak pernah sia-sia.

Tuhanku,
Saat remaja tiba
Aku ingat masa-masa jahiliyah itu,
Masa-masa remaja yang membuat para pemuda terlena
Masa-masa remaja yang naif dan congak akan dunia
Masa-masa remaja yang sombong dan angkuh dalam mencari jati diri mereka
Yang berkata inilah aku, inilah duniaku, dan aku tak pernah perduli siapapun diriMu,
Tuhanku
Kalau bukan karena rahmat dan kasih sayangMu
Mungkin saat itu diriku telah menjadi sampah masyarakat
Yang mati muda dalam kesia-siaan
Yang tewas dalam kebodohan dan kejumudan

Tuhanku
Maafkan diriku yang melewati saat-saat indah itu dengan sia-sia
Saat dimana engkau berjanji kepada para pemuda dan para pemudi
Akan memberikan naungan kepada mereka di yaumil mashyar
yang membaktikan masa mudanya dalam keimanan kepadaMu, yang mencondongkan hatinya kepada mesjid-mesjid milikMu.

Saat Dewasa dan Menikah
Tuhanku,
Dengan segala kebaikan dan anugerah dariMu
Kau berikan aku pekerjaan dan penghidupan yang layak
Kau berikan cinta seorang manusia kepada diriku
Kau berikan istri sholehan dan anak-anak yang lucu
Kau berikan aku mahligai rumahtangga yang sakinah
Kau berikan aku bahtera keluarga yang mawaddah
Dan kau berikan aku kehidupan dua insan yang penuh rahmah

Tuhanku,
Dari semua nikmat yang engkau berikan kepadaku sejak aku lahir, balita, remaja, dewasa Hingga menikah
Aku tahu hanya sedikit sekali aku bersyukur kepadaMu,
Hanya sedikit sekali tasbih dan hamdalah yang terucap dari bibirku,
Hanya sedikit sekali tangan ini berada diatas untuk beribadah kepadaMu,
Sedang rahmatMu tak pernah putus kepadaku.

Tuhanku,
Dalam munajatku malam ini
Dalam muhasabahku kali ini
Tiada yang kupinta hanya mohon ampun kepadaMu
Dan mohon keridhaanMu atas diriku,

Tuhanku,
Engkaulah penguasa segala sesuatu, Engkaulah pemilik segala sesuatu
Tiadalah daun yang jatuh ditengah rimba tanpa sepengetahuan diriMu,
Tiadalah semut hitam yang berjalan ditengah malam diatas batu hitam yang tidak engkau ketahui.
Sampaikan salamku untuk junjungan kami, kekasihMu Rasulullah Muhammad SAW.
Sampaikan salawat kami untuknya, juga untuk sahabatnya dan untuk pengikutnya hingga akhirzaman nanti.
Sampaikan salam rindu kami, untuknya, sampaikan salam takzim kami kepadanya
Meski kami berjarak ribuan tahun dengan dirinya,
Tapi cinta kami tetap hangat untuknya
Beri kekuatan kepada kami untuk meniru suri tauladannya.

Tuhanku,
Dalam munajatku kali ini,
Engkau tahu,
Kami adalah selemah-lemahnya manusia
Kami adalah tempat berkumpulnya salah dan dosa
Jika bukan karena kasih sayangMu,
Tak mungkin kami bisa meminta
Meski dalam hati yang berbicara.

Tuhanku,
Ramadhan telah dekat,
Bantu kami menggapai barokah bulan suci Mu,
Bantu kami menggapai derajat yang tinggi dalam naungan saum-saum kami,
Dalam qiyamulail-qiyamulail yang akan kami lewati,
Jangan biarkan malam-malam kami terlewat begitu saja
Jangan biarkan siang-siang kami berlalu sia-sia
Tuhanku,
Kalau bukan pada Ramadhan kali ini kami berharap
Kami tak pernah tahu apakah akan berjumpa kembali dengan Ramadhan-Ramadan berikutnya

Tuhanku,
Meski lelah tubuh ini bersimpuh dihadapanMu,
Tapi tak lelah hati ini untuk memohon ampun kepadaMu,
Tak pernah lelah jiwa ini mengadu kepadaMu,
Meskipun airmata ini telah mengering sejak tadi
Tapi rasa harap ini tak pernah berhenti
Karena hati ini selalu naik dan turun
Karena iman ini tak pernah stabil
Siang ku ingat malam ku alpa lagi
Malam ku bermunajat siang ku bermaksiat lagi
Ya Tuhanku,
Kami butuh pertolonganMu yaa Zat yang membolak-balikan hati
Kami butuh bimbinganMu untuk meneruskan sisa-sisa usia kami
Agar jiwa-jiwa ini tak lagi gelisah
Agar hati ini tak lagi merasa resah
Saat ketetapanMu datang menjemput kami
Saat takdirmu menyapa umur kami

Lirih kami berucap dalam hening malam..
Dalam sepi yang menemani..
Dalam desir angin sayup-sayup terdengar..
Dalam gumam kecil yang membasahi bibir..

Subhanallah walhamdulillah walaailahailallah wallahuakbar
Subhanallah walhamdulillah walaailahailallah wallahuakbar
Subhanallah walhamdulillah walaailahailallah wallahuakbar

Sesungguhnya Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. QS 39:42