Jumat, 26 Maret 2010

Yang tak pernah khawatir

Semilir angin lembut bertiup
Merambat syahdu dalam pelukan
Merawat teduh dalam kenikmatan
Melupakan hamba akan ketaatan…

Saat khawatir hadir menelusup
Saat was-was datang menyergap
Saat kebingungan melanda jiwa-jiwa yg melupakan
Melupakan hidup yang mesti berganti rupa..

Sahabat…
Hanya hati yang darinya dihilangkan rasa kekhawatiran
Hanya hati orang-orang yang dipenuhi ketundukan
Hanya hati yang dipenuhi kepatuhan dan ketergantungan pada Allah
Yang tak pernah takut akan kekhawatiran
Yang tak pernah takut akan was-was itu,
Jika pun ia terpaksa khawatir
Jika pun ia terpaksa was-was
Kekhawatiran dan was-wasnya pun muncul
Hanya karena menanti apa yang akan Allah putuskan untuknya
Bukan khawatir karena takut resiko,
Bukan karena takut hasil yang tak sesuai,
Bukan karena nasib yang tak berfihak
Bukan karena manusia yang tak mendukung
Bukan karena hidup yang kurang beruntung
Bukan karena dunia yang tak lagi hadir disisi..
Sahabat..
Tahukah engkau hati siapakah itu..
Dialah hati para kekasih Allah
Dialah hati para waliyullah
Yang jiwa dan raganya tak pernah menjadi milik dirinya
Yang hidup dan matinya tak pernah dikuasai dunia
Sahabat..
Dimanakah hatimu kau letakkan..?

Minggu, 07 Maret 2010

Cinta yang tak pernah memudar

Ku rebahkan tubuh mungilnya perlahan pada tempat tidur itu
Ku sangga kepalanya dengan bantal
Ku kecup dahi kecilnya
Ku usap rambutnya dengan untaian doa..

Nak,
Aku tahu engkau pernah membuat kami marah
Engkau pernah memecahkan gelas kesayangan ibu
Engkau pernah merobek kertas kerja milik ayah
Bahkan engkau pernah nyaris meruntuhkan rumah ini,
Tapi kemarahan kami bukan karena kami benci kamu,
Kemarahan kami karena kami kurang sabar dalam menghadapimu...

Nak,
Senakal apapun kamu,
Sebandel apapun kamu,
Semua itu adalah masa yang harus kita lalui seperti masa yg selalu berulang dalam ikatan zaman,
Semua kenakalan dan kebandelan kamu,
Justru mengingatkan kami pada almarhum kakek dan nenekmu,
Betapa mereka ternyata lebih sabar menghadapi ayahmu,
Dibandingkan kami menghadapi ulah kamu.

Nak,
Jalan panjang masih membentang dihadapanmu,
Krikil-krikil tajam akan menghambat langkah kakimu,
Tawa dan tangis akan menunggumu dalam setiap persimpangan,
Kuatkanlah langkah kakimu dan tegakkanlah badan dan kepalamu,
Penuhi jiwamu dengan muroqobatullah, dan berkariblah dengan pencipta dirimu..
Sebab hanya DIA yang pantas engkau jadikan sahabat karib, dalam sedih atau senangmu,
Dalam duka atau tawamu...
Sementara itu, hanya doa-doa yang bisa kami panjatkan..
untuk menemani hari-hari panjang mu itu..

Nak, aku tahu...
Suatu saat engkau akan sendiri...
Engkau akan membawa pergi dirimu mengikuti mata angin dimana cita-citamu akan kau labuhkan..
Engkau akan meretas jalan hidupmu sendiri..
Bila ayah dan ibumu masih menjumpai mu saat itu..
Ayah akan menopangmu sekuat kaki ayah,
Dan ibumu akan memelukmu dengan kehangatan kasihnya..
Sementara jika tak ada kami disisimu..
Maka ada Allah yang akan menjaga dirimu selalu..

Nak,
Tangisanmu di pelukan ibumu,
Atau manja-mu di bahu ayah,
Masih tak seberapa indah dibanding dengan tangisanmu pada sajadah panjang,
Atau manja-mu dalam khusyuknya ibadah malam,
Sebab disana engkau akan menemukan kedamaian sesungguhnya,
Sebab engkau akan menemukan cinta sesungguhnya..
Cinta yang tak akan pernah memudar..
Meski ayah dan ibumu pergi meninggalkanmu..
Meski ayah dan ibumu tak ada lagi disamping mu..
---
Ku kecup sekali lagi keningnya,
Ku usap kembali pipinya yang basah oleh bulir airmata yg jatuh,
Ku rapihkan kain selimut yang menutupi tubuhnya,
Sambil beranjak aku bergumam dalam doa,
Semoga Tuhan selalu menjaganya..
Amin.

Jumat, 05 Maret 2010

Kado Terindah 2 - Sambungan

Sepasang pengantin baru saja mengakhiri masa lajangnya. Baru saja mengucapkan sebuah kalimat singkat padat dan dalam penuh makna, ucapan akad nikah seraya berjanji dalam hati bahwa masing-masing akan berazam pada dirinya sendiri, bahwa pernikahan yang akan dijalaninya nanti, keluarga yang akan dibentuknya nanti akan berlandaskan cinta kasih, berpondasikan ketaatan pada Allah, beratapkan sunnah dan memagarinya dengan kasihsayang dan rasa saling percaya. Malamnya sebelum keduanya menikmati rizki yg diberikan oleh Allah, keduanya saling memberikan sebuah hadiah berupa kado berisikan surat tentang impian-impian masing2, tentang asa dan harapan, tentang keinginan dan cita-cita juga tentang kelebihan dan kekurangan dirinya.

Inilah kado sang istri kepada sang suami:

Assalamualaikum wr.wb.
Untuk suamiku tercinta.
Aku bersyukur kepada Allah atas pernikahan ini, atas rahmatnya yang mengirim engkau untuk menjadi pangeranku. Aku berdoa kepada Allah seraya berkhusnudzon kepada ayahku; sebagai bakti kepadanya; yang menyetujui kamu sebagai suamiku meski aku tak begitu mengenal siapa dirimu. Aku berlindung kepada Allah atas niat yang buruk, atas rencana yang jahat dan atas segala keburukan dari sebuah peristiwa. Aku berserah diri kepada Allah atas pilihanku dan bertawakal kepadaNYA.

Suamiku sayang,
Aku yakin engkau suami soleh yang dikirim oleh Allah untuk ku, Aku yakin kepadamu karena engkau adalah pilihan ayahku dan jawaban dari istikharahku. Aku berharap pernikahan ini adalah pernikahan ku satu-satunya dan engkau adalah suami dunia akheratku. Jika aku tidak sempurna dimatamu, ku minta tunjukan padaku bagaimana cara menjadi istri sempurna, apapun aku lakukan untukmu, asal tidak melanggar syariat yg dibenarkan.
Suamiku sayang,
Ketika ayahku menyetujui aku menikah denganmu, sebenarnya aku kasihan kepadamu, sebab engkau belumlah sekuat ayahku dan setegar dirinya dalam menghadapi sikap dan tingkah lakuku, engkau bagiku seperti pemuda nekat yang datang berjuang dengan tangan kosong tapi aku yakin, ketulusanmu dan kesucian niatmu semoga membuat ridha allah mengaliri pernikahan kita.
Suamiku, sebagaimana sabda nabi bahwa kaum wanita seperti tulang rusuk yang bengkok, maka jika engkau ingin meluruskan aku, luruskanlah dengan kasih sayang dan dalam kondisi yg nyaman, karena jika engkau meluruskan aku dalam kondisi emosi dan tidak nyaman, aku tak yakin bahwa allah akan membantumu melaksanakan maksudmu, bahkan engkau akan menderita karena hal itu.

Suamiku, perlu engkau ketahui, sebagaimana atsar dari aisyah yang menyatakan bahwa perkawinan itu ibarat perbudakan bagi kaum perempuan, maka seyogyanya para wali mencarikan suami yang benar untuk anak atau saudara perempuannya. Maka jika bagimu kau inginkan pernikahan seperti itu, maka aku rela melakukannya, asal engkau bisa membantuku mengangkat derajatku ketempat yang lebih tinggi, agar aku bisa layak masuk syurga karenanya , bukankah dalam islam sangat mudah bagi wanita memperoleh tiket ke surga, ia hanya butuh ridha allah dan ridha suaminya.
Suamiku, sebagaimana suatu ikatan atau perjanjian dimana dalam perjanjian itu tidak boleh ada satupun yang menzhalimi atau merasa didzhalimi yg menyebabkan perjanjian itu menjadi haram dimata Allah, Maka ikatan pernikahan ini kuingin tak ada satupun diantara kita yang merasa dizhalimi atau menzhalimi. Ku ingin engkau mengerti perasaan setiap wanita, ku ingin engkau berempati kepada kaum perempuan, tanpa melanggar syariat yang dibenarkan, ku harap dengan izin tuhan bahwa aku ingin seperti fatimah azzahra, yang tidak pernah dimadu seumur hidupnya oleh Ali bin Abi Thalib. Jika engkau bisa memenuhi harapanku, semoga allah memberikan balasan kepadamu atas kebaikanmu kepada ku, jika tidak maka aku harap keputusan mu itu adalah keputusan yang paling darurat dan tanpa melanggar syariat serta tanpa menyakiti hati seorang manusiapun di muka bumi ini.

Suamiku, aku ingin bercerita kepadamu tentang kemuliaan suatu niat, terutama niat dalam sebuah pernikahan, dimana pernikahan itu akan berkah atau tidaknya tergantung niat awal dari masing-masing pasangan. Suamiku pernahkah engkau mendengar kisah tentang ummu sulaim, sahabat wanita yang dimasa hidupnya telah dijamin oleh Allah masuk syurga, engkau pasti pernah mendengarnya, kalaupun lupa aku akan mengingatkannya tentang itu. Ummu sulaim, seorang sahabat wanita yang maharnya merupakan mahar terindah sepanjang sejarah, maharnya adalah syahadat suaminya meskipun suaminya sebelum itu; ingin memberikan segudang emas dan perak jika ia mau menikah dengannya, tetapi semua ditolaknya. Ia hanya menginginkan keislaman suaminya. Dari niat yang tulus dan benar itu, melahirkan rumah tangga yang kuat dan dipenuhi keberkahan, keduanya saling menjaga agar senantiasa keluarga mereka dipenuhi keimanan. Suatu ketika anak bungsu mereka meninggal dunia, malamnya suaminya Abu Tholhah baru saja pulang berdagang, tahukan engkau bagaimana ummu sulaim menenangkan suaminya, dijamunya suaminya dengan makanan yang nikmat, serta diberinya pelayanan yang menenangkan jiwa dan raga suaminya, setelah selesai diajaknya suaminya berdialog tentang amanat atau titipan yang harus dikembalikan jika sang empunya mengambilnya kembali. Tahukah kamu suamiku, rasulpun mendoakan semoga mereka mendapat ganti keturunan yang lebih baik, dan benar saja, kelak benih yang tertanam malam itu melahirkan anak-anak para penghafal alquran dari generasi tabiin.
Suamiku, dari kisah ummu sulaim tadi, aku hanya menginginkan aku dan kamu meluruskan niat pernikahan ini, semoga dengan lurusnya niat kita, memudahkan langkah-langkah kita ke depannya.

Suamiku sayangku, jika engkau menginginkan seorang istri yang saleh, ketahuilah aku bukanlah orang yang engkau maksud, justru aku ingin engkau membimbingku menjadi istri yang saleh, aku tak mau menjadi istri seperti istri nabi Nuh atau nabi Luth, yang mempunyai suami saleh, tetapi kesalehan suaminya tidak membawanya kepada kebaikan sama sekali.

Suamiku, ketika aku menyerahkan kemudi hidupku kepada mu, itu artinya adalah bahwa engkau menjadi pemimpin bagiku, dan bagi anak-anak kita nanti. Jadilah pemimpin yang baik dan adillah terhadap orang yang kamu pimpin. Berhasil atau tidaknya keluarga ini, selamat atau tidaknya bahtera keluarga kita, tergantung kepada dirimu sebagai nahkoda, aku sebagai istri hanya merupakan penumpang yang membantumu menavigasi arah perahu kita, tidak lebih dari itu.
Suamiku inilah yang bisa aku sampaikan kepada mu, tidak ada yang aku inginkan dari pernikahan ini melainkan kebaikan saja, siapapun dirimu, lebih atau kurangnya kamu, aku tak akan melihatnya, keberkahanlah yang aku inginkan dari pernikahan ini. Jika nanti engkau melihat banyak kekurangan pada diriku, itulah aku sebagai manusia biasa yang penuh salah dan dosa, dan jika nanti engkau melihat banyak kelebihan pada diriku, maka bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadamu, semoga engkau tidak salah memilih aku sebagai pendamping mu.

Salam hormat dan takzim untuk suamiku,

Dari istrimu.


Selepas membaca kado masing-masing, keduanya saling menangis haru, tiadalah kebahagiaan yang paling sempurna dimuka bumi setelah iman, selain kebahagian diberikan pendamping yang soleh dan solehah, yang akan menjadi sahabat dikala gembira dan menjadi pelipur lara dikala berduka. Tiada yang dapat mereka ucapkan selain tahmid dan tasybih seraya bersyukur atas nikmat yang sangat besar yang diberikan Allah kepadanya. Para jiwa menjadi tentram dan damai, para hatipun menjadi khusyuk. Ketika Allah telah menurunkan rizkinya kepada hamba, maka nikmat Tuhanmu mana lagikah yang kalian dustakan (Ar-rahman:18)