Minggu, 23 Januari 2011

Cerita Tentang Sebuah Kalung

Oleh : Ibnu Hasan Ath-Thobari

"Kalung yang mengenyangkan orang lapar, menutupi yang telanjang dan mencukupi yang miskin serta membebaskan seorang budak".

Seusai shalat berjamaah, Rasulullah saw duduk dan para sahabat melingkari beliau tiba-tiba datang seorang tua yang hampir saja tak berdaya menopang tubuhnya karena lapar.

Orang tua itu berkata : " Ya Rasulallah, aku kelaparan, berilah aku makan, aku tidak punya pakaian, beri aku pakaian dan aku miskin beri aku kecukupan ". Rasul yang dermawan itu berkata : " Aku tak punya apapun untukmu, akan tetapi orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan ganjarannya sama dengan orang yang melakukannya, karena itu cobalah datang ke rumah orang yang mencintai Allah dan RasulNya dan dicintai oleh Allah dan RasulNya, tentu dia akan mendahului Allah ketimbang dirinya sendiri, pergilah ke rumah Fatimah, hai Bilal, tolong antarkan ia ke rumah Fatimah.

Maka berangkatlah mereka ke rumah putri Rasul yang mulia Fatimah, sesampainya didepan rumah Fatimah, ia memanggil dengan suara keras : assalamu`alaikum, wahai keluarga Nabi shallallahu alaihi wa sallam, keluarga dimana Jibril as menurunkan alqur`an dari Rab semesta alam ".


Setelah menjawab salam, Fatimah bertanya : " siapakah bapak? " Ia menjawab : " aku orang tua dari suku arab baduy, aku telah bertemu ayahmu, pemimpin umat manusia, sementara aku wahai putri Rasul, adalah orang yang tidak berpakaian, lapar dan miskin, bantulah aku, semoga Allah memberkahimu ".

Saat itu, Rasulullah dan Keluarga beliau juga sedang mengalami kesulitan yang sama, sejak tiga hari lalu mereka belum makan, Rasul pun mengetahui kondisi mereka, maka Fatimah pun mengambil kulit domba yang biasa dipakai Hasan-Husain untuk alas tidur kedunya.

" Ambillah ini, semoga bapak mendapatkan sesuatu yang lebih baik darinya " kata Fatimah sambil memberikan kulit itu. Orang tua itu berkata : " Wahai putri Nabi, aku mengadukan keadaanku yang lapar, tapi engkau hanya memberi kulit domba ini ? apa yang bisa aku perbuat dengan kulit ini? ".

Mendengar ucapan orang tua itu, Fatimah mengambil kalung yang dikenakanya dan hanya itulah satu-satunya milik yang paling berharga, diserahkanya kalung tersebut sambil berkata : " Ambillah ini dan juallah. Semoga Allah memberimu sesuatu yang lebih baik ".

Orang itupun menerima kalung itu dengan gembira lalu pergi ke masjid untuk menjumpai Rasulullah, sesampainya di masjid ia menigatakan kepada Rasulullah : " Ya Rasulallah, Fatimah putrimu telah memberikan kalung ini dan ia berkata : " Juallah kalung ini, semoga Allah memberimu sesuatu yang lebih baik ".

Mendengar itu, Rasulullah pun menangis. Ammar pun berdiri seraya berkata : "Ya Rasulallah apakah anda mengizinkanku untuk membeli kalung itu? ". Rasulullah menjawab : ”Belilah wahai Ammar, sekiranya jin dan manusia ikut membelinya tentu Allah tidak akan menyiksa mereka dengan api neraka”. Ammar bertanya : ”Dengan harga berapa engkau akan menjual kalung itu wahai saudaraku?”.

Orang itu menjawab :”Seharga roti dan daging yang akan menghilangkan rasa laparku, selembar kain yaman yang akan menutupi auratku agar aku dapat shalat menghadap Rabbku dan satu dinar uang untuk pulang menemui keluargaku”.

Kemudian Ammar menjual bagian harta rampasan perang yang didapatkannya dari Rasulullah, tidak ada yang tersisa sedikitpun, ia berkata kepada orang arab baduy itu : "Anda akan saya beri uang 20 dinar 200 dirham, sehelai kain yaman, kendaraanku untuk mengantarkanmu sampai ke rumahmu dan rasa kenyang dari roti dan daging”.
Orang itu berkata : “Duhai, betapa pemurahnya tuan ini. Semoga Allah memberkahi anda wahai tuan yang mulia”.

Ammar mengajak orang itu ke rumahnya dan memberikan semua yang dijanjikan kepadanya. Kemudian orang itu menjumpai Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yang kemudian berkata : ”Sudahkah anda kenyang dan berpakaian?” Orang itu berkata : "Sudah Ya Rasulallah, bahkan demi Allah, aku menjadi orang yang kaya saat ini”.
Rasulullah bersabda :”Jika demikian, balaslah Fatimah atas perbuatannya”.

Orang itu berdoa :” Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan, kami tidak mengabdi melainkan hanya pada-Mu. Ya Allah berilah kepada Fatimah hal-hal yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terbayang oleh hati manusia”.

Rasulullah mengamini doa orang itu lalu menjumpai para sahabat seraya berkata : "Sesungguhnya Allah telah memberikan hal itu kepada Fatimah di dunia, demikian itu karena aku adalah ayahnya, tidak ada seorangpun yang semisal denganku, Ali adalah suaminya, tidak ada orang yang sebanding dengannya, Allah juga memberinya Hasan dan Husain tidak ada manusia yang semisal dengan keduanya di alam ini keduanya adalah pemimpin pemuda surga”.

Diantara sahabat mulia yang hadir saat itu adalah Miqdad ibn Amr, Ammar, dan Salman radhiyallahu anhum, Rasulullah bertanya : ”Maukah aku tambah lagi?” “Mau Ya Rasulallah”. Jawab mereka singkat.

Rasulullah bersabda :”Baru saja malaikat Jibril datang padaku dan berkata : ”Jika Fatimah telah dipanggil oleh Allah dan saat di kuburnya akan ditanya, siapa Tuhanmu? Maka ia menjawab : Tuhanku adalah Allah, kemudian ditanya: Siapakah Nabimu? Maka ia akan menjawab : Nabiku adalah ayahku. Siapa yang berziarah kepadaku setelah wafatku seolah dia mengunjungiku pada saat hidupku dan siapa yang berziarah kepada Fatimah, seakan ia berziarah kepadaku”.

Ammar pulang ke rumahnya mengambil kalung itu lalu meneteskan minyak misik dan membungkusnya dengan kain Yaman, ia memiliki seorang budak yang bernama Sahmun yang ia beli dari ghanimah yang didapatkannya saat perang kahibar. Kalung itu diserahkan kepada budaknya seraya berkata : ”Berikan ini kepada Rasulullah dan engaku sendiri aku hadiahkan untuk beliau”.

Budak itupun mengambil bungkusan kalung tersebut dan membawanya kepada Rasulullah lalu menyampaikan apa yang dikatakan Ammar. Rasulullah bersabda : "Pergilah kepada Fatimah, berikan kalung itu kepadanya dan engkau menjadi miliknya”.
Datanglah budak itu menyampaikan apa yang dikatakan Rasulullah kepada Fatimah, Fatimah lalu menerima kalung itu, kemudian membebaskan Sahmun dari statusnya sebagai budak. Sahmun pun tertawa.

Fatimah bertanya :” Apa yang membuatmu tertawa ya ghulam?” Sahmun berkata : "Betapa besarnya keberkahan kalung ini, inilah yang membuatku tertawa. Kalung ini telah mengenyangkan orang yang lapar, memberi pakaian orang yang telanjang, menjadikan kaya orang yang miskin dan memerdekakan seorang budak, lalu kembali kepada pemiliknya”.

Sumber : http://www.eramuslim.com/syariah/bercermin-salaf/keberkahan-seuntai-kalung-putri-rasul-yang-mulia.htm


Senin, 10 Januari 2011

Sebuah Rahasia

Pada sabtu siang, selepas dari rumah orang tua (alm), saya menyempatkan diri mampir ke rumah teman masa kecil yang sedang ditimpa musibah kecelakaan, hingga kaki kanannya harus di gips karena terlindas taxi. Syukurlah ia masih hidup dan hanya menderita patah tulang kaki (tipikal orang indonesia yang tetap bersyukur meski apapun terjadi :)),Asyik bercerita ngalor ngidul tak berasa hingga dua setengah jam waktu berlalu. Saya belajar banyak dari kejadian itu bahwa kita bukanlah pemilik jasad ini, meski kita berusaha menggapai kebahagiaan atau bencana, jika takdir Allah menentukan bahwa bahaya akan menemui kita, maka ia akan terjadi. Sahabat saya ini, mempunyai karakter asli periang, dan tak pernah pusing akan takdir yang ia terima. Meski awalnya sempat drop, melihat tulang kaki kanannya hancur, tapi tidak berlangsung lama, ia bisa kembali menjadi dirinya sendiri. Ia tetap periang dan senang berguyon, bahkan sakitnya itu menjadi bahan candaanya sendiri. Raut wajahnya tetap sama, tidak terlihat bahwa ia sedang tertimpa musibah. Mungkin suggesti seperti itu yang membuat luka cepat pulih. Sulit menemukan orang yang tetap ceria dalam kondisi apapun yang terjadi, selain mematut diri, bisa kah saya setegar beliau jika mengalami kondisi yang sama. Satu mutiara hikmah yang bisa diambil sebagai ibroh. Hmm sangat sulit untuk dijalani dan tidak semua orang bisa.

Esoknya, saya kembali mendapat mutiara hikmah yang tak kalah besar. Saya mendapat khabar Bibi saya (encang dalam bahasa betawi) meninggal dalam usia 88 tahun. Saya merasa menyesal sekali tidak bisa mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir karena suatu urusan. Beliau dikebumikan satu jam sebelum saya tiba dirumahnya. Bibi saya yang walau usianya sudah lanjut usia, tetapi tetap gagah dan enerjik. Sering saya berguyon dengannya, dan jika sudah ngobrol bisa berjam-jam. Ia bercerita tentang apapun yang ia ingin ceritakan, kadang suka menyentil kadang bikin saya terbahak-bahak. Yang saya paling suka cerita darinya adalah cerita tentang masa kecilnya, masa kecil ayah saya dan masa kecil adik-adiknya. Dari jaman belanda (ia kelahiran 1923), jaman jepang, jaman kemerdekaan, jaman gestapu, hingga jaman orde baru. Keahlian beliau paling disenangi orangtua dan ditakuti anak kecil, yakni urut/pijat. Anak saya meski masih kecil paling faham jika masuk ke gang rumah beliau pasti mengajak putar balik. Terakhir kali saya bertemu, saat lebaran tahun kemarin, saya sempat minta doa biar lancar dalam urusan bisnis dan karir. Nah ketika saya pamit, tiba-tiba beliau menyuruh saya kehadapannya, kening saya di usap dan ubun-ubun saya ditiup seraya membaca doa perlahan. Kemudian setelah saya selesai, tiba-tiba istri saya pun ditarik dan diperlakukan sama, diusap ubun-ubunnya dan dibacakan doa. Setelah selesai, saya bertanya, "Yang barusan buat ape cang aji?",beliau menjawab "biar bini lu patuh dan enggak galak sama elu",tukasnya..". Hahaha, saya dan istripun terpingkal-pingkal, kirain didoain biar karir bagus juga..hihihi.
Ibroh dari sisi kehidupan bibi saya ini adalah, jangan pernah lemah oleh usia, jangan malas karena umur, dan selalu positip thinking untuk semua apapun yang terjadi alias "smile forever whatever it takes" . Hmm sangat sulit untuk dijalani, tak semua orang bisa.

Dan pagi ini, saya kaget membaca berita, seorang komedian epy kusnandar divonis umurnya tinggal empat bulan lagi karena kanker otak. Saya kaget karena lagi-lagi mengetahui bahwa hidup dan mati itu sebuah misteri. Andai vonis itu jatuh ke saya, apakah yang saya bisa kerjakan, kecuali menangis dan menangis menyesali bahwa hidup ternyata telah berlalu begitu saja, masa telah terlewati tanpa makna. Dan waktu yang diberi tenyata tinggal sedikit tak lebih dari seumur jagung. Belum lagi mengingat istri dan anak-anak yang masih kecil. Tak akan sanggup beban ini mendapat cobaan seperti itu. Tapi ketika saya melihat sang komedian, dia hanya berkata, saya ikhlas, ikhlas akan takdir Tuhan. Saya pun tersentak, Wow itulah jawabannya dari dua pertanyaan saya diatas, Ikhlas, sebuah pernyataan hati yang membuat dunia dan seisinya terasa kecil mana kala ikhlas menjadi kata kunci. Mana kala ikhlas menjadi sebuah rahasia dalam menjalani hidup. Rahasia yang sebenarnya terang benderang diketahui manusia, tetapi seringkali hilang ketika dibutuhkan. Dalam setiap detik nafas, dalam setiap denyut jantung ikhlas itu sebenarnya hadir disekeliling manusia, tetapi keangkuhan dan kesombongan, harga diri dan emosi, menutupi jalan hati untuk menggapai keikhlasan itu sendiri, sehingga ketika bahaya datang, ketika cobaan tiba atau ketika musibah menghampiri, manusia selalu merasa Tuhan tidak adil, serasa manusialah pemilik jiwa dan
raganya, padahal Allah lah sang maha pemilik jiwa raga ini. Wallahua'lam bisshowab.