Selasa, 22 Desember 2009

Lengkung Waktu Buat Ibu

I dedicated this poem for every mother in this world...

Ibu..
Peluk hangatmu masih mengalir di dalam nadiku...
Benih Cintamu masih merekah dalam relung-relung hatiku...
Kedamaian kasihmu masih membekas di sudut-sudut jiwaku..
Meski jarak dan waktu telah begitu jauh..
Memisahkan aku dan dirimu...

Ibu..
Ketika kaki kecilku masih lemah menapak..
Ketika lengan mungilku masih lemah menggenggam..
Ketika bibir kecilku masih lirih berucap..
Ketika punggungku masih ringkih menegak..
Ketika tubuh mungilku masih lemah merangkak..
Cintamu hadir menjadikan tapak-tapak ini kuat..
Hangatmu hadir menjadikan lengan-lengan ini mengepal..
Kasihmu menjadikan bibir ini mampu bersulang kata..
Sayangmu mampu menegakkan punggung ini..
Dan curahan hatimu yang damai membuat tubuh ini mampu menegakkan kepala..

Ibu..
Andai aku bisa memutar waktu..
Ku ingin engkau kembali seperti dulu..
Mendamaikan keributan dihati ini..
Mendamaikan kegelisahan dijiwa ini..

Ibu..
Andai ku bisa menggulung hari..
Ku ingin engkau selalu disini..
Mengusap kepalaku dari debu..
Mengecup luka di kaki dan tubuhku..
Menemaniku tidur saat ku gelisah dan takut..
Mencairkan bekunya airmata yang aku lupa kapan terakhir ia jatuh..
Mengadu kepadamu tentang kelemahanku..

Ibu..
Ku harap aku bisa mengerti..
Ku harap aku bisa memahami
Hadirmu dibumi sebagai permadani..
Tempat aku, kakak dan adikku bermain dan bernyanyi..

Tuhan ku..
Aku berharap bisa melengkungkan waktu..
Dan aku persembahkan kepada ibu..
Menjadikan anak-anak gadis kami kelak akan seperti dirimu..
Menjadikan mereka kelak meneladani sifat-sifatmu..
Menjadi tempat bernaung bagi bocah-bocah seperti kami..
Menjadi tempat sekolah dan masa depan kami..
Dan menjadi bahu tempat bersandar cita-cita kami..

Ibu..
Semoga Tuhan menerima amal baik mu..
Semoga engkau bahagia disana..
Semoga penghuni langit menyambutmu dengan gembira..
Dan memberikan tempat yang terbaik disisiNYA..

Amin.


Selasa, 03 November 2009

Secarik doa untukmu...

Sayangku,
Ada saat dimana diriku terdiam membisu
Tak mengerti apa yang harus kulakukan
Tak jua ku bisa melakukan sedikit asa untukmu
Hanya secarik harapan dan doa yg mengiringi...

Sayangku,
Jikalau harta bisa merubah itu
Jikalau materi mampu mewujudkannya
Mungkin kita bisa menukar itu dengan semua yang kita miliki
Demi mewujudkan kebahagiaan dirimu
Dan kebahagiaan keluarga kita...

Tapi tidak, bukan itu yang sanggup memberi makna
Bukan itu yang memberikan bahagia
Sebab hal itu hanya membuat fitnah kepada manusia
Sebab hal itu bukan yang kita minta...

Sayangku,
Dalam riak-riak air mata yang tercurah
Dalam sendu-sendu yg menyelusup dalam sanubari
Dalam senggal-senggal nafas yang tertahan
Aku pun menghiba-harap kepada sang Pencipta
Semoga memberi apa yang kau pinta
Sebab DIAlah maha pemberi sesuatu

Sayangku,
Bakti dan sayangmu menjadi penguat rindu
Senyum dan kasihmu menjadi perantara cinta
Sujud-sujud mu kepadaNYA menjadi mahligai terindah
Dan butir-butir ikhlasku padamu pun bisa membuka tabir
Ketika engkau mengharap keharibaanNYA

Sayangku,
Ketika semua tak lagi berarti,
Ketika tak satupun bisa diharapkan
Ketika hatipun terasa sempit
Hanya doa kita yang membuat jiwamu kembali bertahta
Dalam tangisan-tangisan harap
Dalam rintihan-rintihan asa
Dalam pelukan-hangat selimut munajat
Dalam butiran-butiran air mata yang bergulir lambat
Dalam zikir-zikirmu yang semakin melemah
Dalam kecupan-kecupan doa yang terurai
Dalam sunyi-sunyi malam yang mulai merayap
Dalam ikhlas-ikhlas hati yang mulai bersemayam..

3 November 2009, tengah hari bolong, saat fikiran lagi mumet dan ide lagi macet...

Selasa, 20 Oktober 2009

Surat terbuka untuk Bapak Presiden

Assalamualaikum Wr. Wb.
Yth Bapak Presiden Republik Indonesia

Saya adalah seorang bocah laki-laki berumur 10 th, saya mempunyai kakak perempuan berusia 12 th dan adik berusia 5 th.

Kini kami bertiga telah yatim piatu dan sekarang sudah tidak bersekolah lagi, keadaan yang memaksa kami untuk hidup dijalanan, saya berdagang koran, kakak dan adik saya menjadi pengemis dan pengamen jalanan.

Bermula dari Lumpur itu

Dahulu sebelum bencana itu datang, keluarga kami masih mempunyai kehidupan normal, meski kami hanya hidup dalam rumah kecil dengan sedikit perabotan seadanya. Ayah seorang anak tunggal bekerja sebagai buruh, kemudian berhenti dan berwiraswasta membuka warung kelontong didepan rumah, sedangkan Ibu bekerja sebagai TKW di Timur tengah dan selalu mengirimkan uang tiap bulan kepada keluarga kami.

Kematian Ibu

Enam bulan sebelum lumpur itu menghancurkan rumah kami, musibah terjadi menimpa ibu, Ia hampir diperkosa majikannya tetapi berhasil kabur keluar rumah setelah menusuk majikan nya itu dengan sebuah pisau buah. Tetapi keluarga majikan malah memfitnah ibu dengan fitnah keji, ibu dituduh merayu dan membunuh majikan. Ketika Ibu ditangkap dan didakwa dengan hukuman gantung, Ibu sangat syok, tiada yang membelanya karena semua bukti direkayasa. Pemerintah dalam hal ini KBRI tidak bisa memberikan pertolongan apa-apa, kecuali hanya sekedar simpati. Disana ibu berjuang sendiri, tidak ada yang perduli dengan dirinya yang hanya sebagai korban, dan pertolongan pemerintah sebagai tempat terakhir seakan-akan seperti pungguk merindukan bulan. Para petinggi itu seakan tidak peduli akan nasib ibu, tidak ada usaha untuk membuktikan bahwa ibu difitnah oleh majikannya. Dalam masa penahanannya, ibu mengirim surat-suratnya kepada kami, surat-surat yang membuat kami menangis setiap hari, membuat bapak selalu pingsan dan membuat si bungsu dan kakak perempuanku merintih setiap malam. Hanya aku sebagai anak lelaki yang paling besar yang berusaha tabah dan menyabarkan keluargaku. Hari-hari ceria berubah menjadi kelam, canda tawa kami seketika menghilang dalam gelapnya episode yang akan kami lalui nanti. Sampai suatu ketika dalam surat terakhirnya, ibu menyuruh bapak untuk tabah dan kuat untuk melanjutkan kehidupan keluarga kami, ia memilih jalan yang terhormat ketimbang mati dalam kondisi difitnah. Dua hari setelah itu, kami mendengar ibu tewas bunuh diri didalam penjara. Ternyata jalan terhormat itu yang dimaksud ibu dalam surat terakhirnya adalah gantung diri.

Setelah kematian Ibu, kehidupan berjalan normal kembali dan bapak melaksanakan janjinya, ia tidak terlihat cengeng, bahkan lebih tegar, terbukti dengan niatnya berwiraswasta dengan membuka warung kelontong yang cukup ramai, bahkan bapak nekad meminjam uang untuk menambah modal usahanya. Ia katakan kepadaku kalau ingin besar harus berani mengambil resiko besar pula.

Bencana itu

Roda kehidupan berjalan bagai pedati menarik jerami, ia berputar kadang diatas dan kadang dibawah.
Belum lama kami berhasil tersenyum kembali sejak kematian ibu, bencana yang lebih besar datang, kampung halaman kami terendam lumpur yang berasal dari pipa pengeboran perusahaan swasta.Lumpur itu melululantahkan rumah-rumah kami dan terpaksa kami menjadi pengungsi dikampung halaman sendiri. Rumah kami, sekolah kami, surau kami kini hilang ditelan bumi, memang katanya ada penggantian dari perusahaan itu, tapi ternyata penggantian itu hanya berlaku untuk rumah-rumah yang terdaftar di lembaga penanggulangan lumpur milik pemerintah dengan mengajukan surat-surat tanah, sedang rumah kami, rumah kecil warisan dari kakek kami, yang hanya terletak diujung jalan tidak pernah dihitung oleh mereka. Kami berusaha melaporkan kepada Pak RT, tetapi Pak RT sendiri kami tak tahu dimana rimbanya, beliau sudah pergi entah kemana karena rumahnya pun telah hilang. Ayah kami yang lugu tak tahu harus meminta tolong kepada siapa, dan ia bingung harus melakukan apa, bahkan ia sering berteriak-teriak seperti orang gila karena tak sanggup menahan beban derita yang berkepanjangan karena ganti rugi tak jua dibayar-bayar. Sampai pada suatu ketika, ia menyuruh kami untuk ke Jakarta meneruskan sisa-sisa hidup kami untuk menumpang kepada seorang kerabat ibu disana. Dibekali secarik kertas alamat dan sedikit uang kami bertiga pergi ke jakarta menumpang bus malam diantar tetangga kami.
Sesampai di Jakarta, kami tak tahu harus kemana, kami pun tidak mengerti mengapa ayah menyuruh kami pergi ke kota besar ini, selain ia hanya bilang bahwa kita lebih baik tinggal bersama kerabat ibu yang tinggal disini. Ayah akan berjuang mendapatkan haknya untuk menuntut penggantian uang gantirugi atas rumah kami, begitu katanya sambil tertawa terbahak-bahak sambil menangis. Terakhir, kata tetangga kami ayah kami harus meninggal karena gantung diri sebab tak kuat lagi untuk menahan berat hidup.

Di jakarta, kami luntang-lantung tak tahu harus kemana, sampai akhirnya kami dirazia oleh satpol PP karena disangka kami pengemis dan gelandangan. Dan memang saat itu, tanpa sadar bahwa kami memang telah menjadi gelandangan. Kami tak punya siapa-siapa di kota besar ini, rumah tempat tinggal kami dipaksa untuk hilang dari muka bumi, sekolah kami dan masa depan kami dirampas dengan paksa oleh orang-orang itu yang entah siapa mereka dan apa kesalahan kami. Yang kami tahu kami dan teman-teman kami tercerai berai oleh bencana itu, bencana yang oleh Bapak Presiden dibilang sebagai “Musibah” sedang bagi kami tetaplah sebagai bencana.

Selepas dari pemeriksaan satpol PP, kami ditolong oleh seorang tua penjual koran yang juga tertangkap oleh petugas itu. Ia membawa kami untuk tinggal digubuknya yang sempit seraya berjanji untuk mencari alamat kerabat ibu kami. Digubuk yang terletak disamping rel itu, kami meneruskan sisa-sisa nafas kami, kami tinggalkan masa kanak-kanak kami dengan berjuang untuk bertahan hidup. Saat anak-anak yang lain bercengkerama dengan teman sekolahnya, adik kami yang seharusnya duduk dibangku TK, terpaksa berlari-lari dijalanan untuk mengemis dari satu kendaraan ke kendaraan lain tak peduli kaki mungilnya menghitam dan rambut kritingnya memerah karena sengatan matahari. Setiap ada kendaraan yg lewat dan berhenti, tangan kecilnya tak lupa untuk menengadah berharap ada pengendara yang berbaik hati memberikan sedekahnya. Sedangkan aku, berdiri dan berlari-lari diperempatan jalan sambil meneriakan koran yang aku jajakan sejak subuh tadi, semoga ada pembeli yang mau membaca koranku pagi ini. Dan kakakku, karena ia memiliki suara merdu, ia menjadi pengamen jalanan dengan sebuah kericikan ditangan. Ia yang seharusnya duduk di bangku SMP dengan kecerdasan yang dimilikinya, seharusnya bisa merenda masa depan yang lebih baik. Semua pekerjaan itu kami lakukan dengan terpaksa, dari pagi hingga malam demi menyambung hari esok, demi menggapai impian-impian anak-anak kecil seperti kami.

Bapak Presiden yang saya hormati.

Karena seringnya membaca koran, kini aku menjadi tahu tentang siapa dirimu, dan apa saja yang bisa engkau lakukan dengan kekuatan hebat yang engkau miliki. Karena sering membaca koran itu juga aku bisa menulis surat ini untuk mu, Ternyata engkaulah orang yang selama ini aku cari-cari. Engkaulah orang yang bisa merubah nasib kami dengan sekali perintah saja, orang yang memiliki kesanggupan untuk merubah dunia ditangannya. Orang yang bisa merubah nasib Ibuku jika saat itu ia mau tahu dan membantu dengan bantuan hukum, orang yang bisa mengembalikan rumah kami yang hilang terendam lumpur, orang yang bisa menyembuhkan sakit gila ayahku, orang yang bisa menyekolahkan si bungsu adikku, juga aku dan kakakku, orang yang bisa menampung anak-anak seperti kami dalam rumah yg nyaman, orang yang bisa membuat cerah masa depan kami dan ribuan anak-anak jalanan lainnya yang terjebak dalam kondisi ini bukan karena inilah nasib mereka, tetapi karena dipaksa oleh orang dewasa yang tidak berprikemanusiaan.

Bapak Presiden, yang aku kagumi,

Pagi ini setelah melihat berita engkau dilantik, aku ingin engkau menggunakan kekuatan hebatmu untuk membantu kami menemukan kembali kebahagiaan kami yang hilang. Mengembalikan keceriaan sibungsu, memuluskan kembali jari-jari tangannya yang terbakar aspal dan memutihkan kembali mukanya yang tertutup debu jalanan. Juga mengembalikan tawa riang kakak kami yang menghilang sejak ayah sakit jiwa dan menyegarkan kembali wajahnya yang cantik dengan untaian senyumnya seperti beberapa tahun lalu. Juga membantuku mewujudkan cita-cita Ibu dan harapan ayah pada diriku untuk menjadi orang yang berguna bagi sesama. Engkau Juga adalah orang yang bisa melindungi anak-anak seperti kami yang terpaksa mencari nafkah dijalanan, dari jeratan undang-undang ketertiban milik pemda yang senantiasa bisa menjerat kami kedalam penjara.

Bapak Presiden yang aku hormati,
Jika engkau tidak bisa menggunakan kekuatan hebatmu untuk kami, tidak mengapa, aku tidak akan marah, begitu juga adik dan kakak ku. Kami terbiasa tidak meminta kepada orang lain, kami terbiasa tidak menggantungkan hidup kepada manusia lain. Keluarga kami terbiasa hidup keras dan tidak lemah. Satu-satunya tempat bergantung kami hanyalah Allah, Tuhan pemilik dunia ini, itulah yang sering almarhum ibu sampaikan kepada kami, untuk menghibur diri kami saat kami jauh darinya.
Jika engkau sulit untuk mewujudkan harapan kami, juga harapan ribuan anak jalanan lainnya, juga harapan jutaan kaum yang senasib dengan kami, kami hanya meminta kepada engkau untuk mengaminkan doa kami saja, semoga kami bisa menggantikan posisi engkau ketika kami dewasa nanti. Karena kami ingin menolong orang yang bernasib seperti ibu kami, kami ingin menolong orang yang senasib dengan keluarga kami, juga keluarga-keluarga lainnya yang kurang beruntung hidup dinegeri ini.
Sampaikan salam kami untuk para pembantu engkau, agar beliau juga mengamini doa kami, agar kami dapat menggantikan posisi mereka kelak jika kami besar. Agar Si bungsu kelak akan tercapai cita-citanya menjadi orang yg menyayangi orang lain dengan sepenuh hati seperti sayangnya pak tua penjual koran itu kepada kami, setiap pagi ketika hidup mulai bergulir kembali.

Bapak Presiden yang kami hormati, semoga engkau membaca surat kami.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Dari anak negeri yg terhempas di jalanan karena nasib yang kurang beruntung.


20 Oktober 2009, Tengah malam bertepatan dengan pelantikan Presiden/Wakil Presiden RI periode 2009-2014

Suatu Siang Di Seberang Istana (IWAN FALS)


Sore Tugu Pancoran (IWAN FALS)

Jumat, 02 Oktober 2009

Nak, Tuhan sangat sayang kepadamu...

Sore itu,
puluhan anak sedang asyik mengisi saat senggang mereka dengan kesibukan
puluhan bocah sedang giat mewujudkan impian mereka
puluhan generasi pengganti mengisi hari-hari mereka dengan kebaikan ilmu
saat anak-anak lain duduk tertawa di depan televisi
mereka mengernyitkan dahi memutar otak membahas pelajaran demi pelajaran
dalam suatu majelis ilmu bernama gama
di sebuah kota bernama padang
sebuah kota di negeri kami tercinta..

Tiba-tiba,
suara gemuruh datang dan gedung bergoyang
dalam sekejap mata mereka terbenam
kekhusukan berubah menjadi tangis
keheningan berubah menjadi iba
hati-hati para belia pun luruh dalam kepasrahan..
dalam doa-doa lirih yang tak sanggup lagi mereka ucapkan..

Tersentak hati menangis dan jiwa tak mampu berdiri
kepala tak sanggup untuk ditegakkan..
tajam luka hati ini melihat kondisi engkau wahai anak-anakku
dalam kesyahidan mencari ilmu
dalam kemulyaan engkau dipanggil sang pencipta..

Saat asa untuk hidup mengiringi harapan mereka
detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam hingga hari berganti..
pertolongan tak jua datang, ia hanya bisa mengankat sebongkah batu,
ia hanya bisa menjemput satu dan dua jiwa saja,
sedang jiwa-jiwa lain dijemput oleh sang pencipta,
dalam gelap mereka meringis, dalam haus mereka menangis...
dalam rintik hujan mereka pasrah dijemput penciptanya...

Nak...
ketahuilah..
Tuhan sangat sayang kepada engkau,
kepada teman-teman mu, juga kepada yang lain..
engkau lebih mulia dari kami,
engkau lebih berjasa dari para pahlawan manapun..
pahala syahid pun telah menunggu engkau..
dalam menuntut ilmu bagi dirimu, bagi orang tuamu, bagi agamamu dan bagi negaramu..

engkau patut bangga..
engkau tak pernah bermain-main dengan hidup mu,
engkau tak pernah menyia-nyiakan waktu mu,
sedang kami, disini ditempat yang jauh dari mu,
para orang tua, para mahluk dewasa kadang tak sadar telah banyak menyia-nyiakan hidup
telah banyak menyia-nyiakan waktu hanya untuk bermaksiat kepadaNYA
Seharusnya bencana itu bisa menampar hati kami,
seharusnya bencana itu bisa membuka mata kami,
seharusnya bencana itu dapat menyadarkan kami,
dan seharusnya kesyahidan mu itu membuat malu diri kami...

Nak..
sampaikan salamkan kami kepada orangtuamu
sampaikan iri kami kepada ayah bundamu yang sangat tabah
yang telah melahirkanmu sebagai mujahid
dalam mengabdi kepada ilmu
dalam mengisi ruang-ruang waktu
dengan kemulyaan seorang ulama..


Untuk anak-anakku korban gempa di Padang ketika sedang menuntut ilmu dalam gedung gama, kami semua sayang kamu..

Jumat, 18 September 2009

Yang Datang, Yang Pergi dan Yang Kembali

Ramadhan,
Pagi ini adalah pagi terakhir engkau hadir dibumi untuk tahun ini,
Engkau sambangi rumah-rumah kami
Engkau bangunkan kami pada sepertiga malam
Engkau ceriakan anak-anak kami
Engkau senyumkan bibir-bibir kering kami
Engkau ramaikan masjid-masjid kami
Engkau ringankan tangan-tangan kami
Engkau luruhkan kerasnya hati kami
Engkau basahi pipi-pipi kami
Engkau lembutkan sujud-sujud kami
Dan engkau sibukan hati-hati kami dengan seruan mu
Dalam ibadah kepadaNYA.
Kini,
Engkau pergi dengan segala takdir
Demi sunnatullah yang harus terjaga
Sebab sang Fitri akan hadir menggantikanmu
Sebab sang fajar baru akan datang menghampiri bumi.

Ramadhan,
Maafkan kami
Kalau penyambutan kami kepadamu terasa hambar
Kalau suguhan kami tak terasa istimewa
Kalau jamuan kami tak sesuai harapan
Kalau kami senantiasa hanya sibuk dengan urusan kami
Dan kalau kami senantiasa hampir tak menyadari kehadiran mu

Jikalau bukan karena keceriaan sahur dan berbuka itu
Niscaya engkau pasti terlupakan
Sedang engkau datang hanya untuk kebahagiaan kami
Sedang engkau hadir karena kasih sayang Tuhan kami.

Ramadhan,
Jangan kau pergi untuk tak kembali
Jangan kau pergi hanya untuk mengganti masa
Sampaikan salam kami kepada Rabb mu,
Agar mengijinkan engkau untuk bertamu kembali
Di tahun depan nanti

Ramadhan
Terimakasih atas kebersamaan selama satu bulan ini
Meski hari-hari kami tak seperti matahari
Yang senantiasa berkilau dengan tahlil, tahmid dan tasbih
Yang senantiasa bersinar dalam cahaya keimanan
Tapi,
Setidaknya hari-hari kami itu
Menjadi lentera yang berkelap-kelip
Sekedar menerangi gelapnya malam
Sekedar menghantar petunjuk jalan…

Ramadhan
Sebelum kami meminta maaf kepada manusia
Sebelum hati kami meminta keikhlasan hati manusia
Kami memohon maaf kepada dirimu dahulu
Kami mohon maaf atas kekhilafan kami dalam menyambutmu
Kami mohon maaf atas kesalahan kami menjamumu
Semoga engkau tak marah atas usaha-usaha kami
Semoga engkau masih sudi menyambangi kami
Meskipun kami tahu
Hadirmu adalah untuk melahirkan diri kami kembali
Kedatangan mu adalah untuk menyambut fitrah kami kembali
Dan kepergianmu adalah untuk jiwa-jiwa mereka yang ingin kembali
Jiwa yang ingin kembali kepada fitrah sejati
Dalam naungan kasih illahi robbi.

Taqqoballahu minna waminkum
Shiyaamana wa shiyaamakum
Taqqoballahu yaa kariim….

Rabu, 26 Agustus 2009

Oase itu bernama Ramadhan

Manusia,
Dalam perjalanan hidupnya
Selama waktu yang telah digariskan
Selama masa yang telah ditetapkan
Adalah sebagai pengembara,

Ia yang ditugaskan Tuhannya untuk pergi dari satu tempat ketempat lainnya,
Dari tempat bernama dunia menuju tempat tujuan bernama akhirat,
Dalam masa dan perjalanan panjang bersama sang waktu,
Melewati gurun tandus dan gersang sepanjang perjalanan.

Keringat dan peluh, serta bau badan yang menusuk karena debu-debu yang bertebaran,
Kaki-kaki yang luka karena duri-duri yang berserak ditengah jalan,
Dan perih mata karena tertusuk angin penuh debu dan kotoran liar yang menyaput tiada henti.

Mereka yang dikaruniai kelebihan harta, merasa nyaman dengan tandu-tandu dan gerobak yang didorong oleh keledai.
Mereka merasa nyaman dalam kesenangan sementara, terkantuk-kantuk dalam tenda yang bergoyang oleh kerikil-kerikil yang menyusuri jalan.

Sedang mereka yang diberi hidup pas-pasan, berjuang dengan keringat dan darah, dengan telanjang kaki tanpa sepatu dan alaskaki, dengan penutup tubuh seadanya, sekedar menghilangkan panas dari teriknya matahari dan dinginnya malam,
Mencoba berjalan dengan jiwa-jiwa kuat dan penuh harap, kapankah perjalanan ini akan tiba ditujuan.

Rasa haus dan lapar, rasa dahaga dan perih lambung yang menyertai, sebenarnya akan hilang jika telah sampai ditempat istirahat sementara, sebelum tiba ditujuan...
Tuhanpun sayang kepada manusia, Dia telah menyiapkan tempat untuk rehat, dalam sebuah oase yang damai, yang penuh dengan air dari telaga kautsar, dan pohon-pohon penuh buah untuk tempat berteduh.
Tuhan telah menyiapkan sebuah oase dalam setiap satu masa perjalanan, yang kadarnya adalah satu bulan untuk satu tahun.
Di oase itu, disana engkau dapat minum dan menyucikan diri, membasuh hati dan muka yang kotor karena debu perjalanan.
Mencuci dan membersihkan pakaian-pakaian mu dengan shodaqoh dan zakat, mengairi tenggorokan dengan basuhan quran, berteduh dalam naungan shaf-shaf sholat berjamaah, bergembira dan bercengkrama dalam nikmatnya berbuka.
Dalam oase itu, kita juga bisa berselimut tahajud dan qiyamul lail, merebahkan diri dalam hangatnya dzikir, dan berolahraga dengan rakaat-rakaat tarawih.

Bagi mereka kaum papa, yang merasakan panasnya perjalanan dengan telanjang kaki, sampainya kepada oase, seolah-olah seperti telah sampai kepada tempat tujuan. Tiba pada bulan oase adalah kesempatan yang sangat diharapkan, sembari mengumpulkan kembali kantung-kantung perbekalan untuk masa perjalanan berikutnya.
Juga bagi mereka kaum kaya, tetapi tidak silau akan kekayaan dunia, yang menganggap kekayaannya hanya sebatas titipan, justru merindukan saat oase itu untuk memberikan semua kekayaannya kepada kaum papa, dan mengisi kantung-kantung air mereka untuk perjalanan berikutnya pula.

Tapi bagi mereka yang merasa kaya, yang telah lupa akan adanya oase, yang asyik dalam tenda-tenda, yang asyik dan tertidur didalam tandu-tandu, mereka tidak menyadari nikmatnya beristrirahat di oase itu. Mereka tidak perduli dengan keriuhan riak-riak dalam oase, mereka tidak peduli dengan nikmat dan kenyamanan dalam guyuran-guyuran air takwa, dan basuhan-basuhan sejuk keimanan, hingga ketika tiba ditujuan, mereka terkejut bahwa saat mereka telah tiba, sedang perbekalan tak satupun mereka punya, karena habis dimakan selama perjalanan hidupnya.

Tapi yang lebih celaka lagi, bagi mereka yang papa, yg berjalan tanpa alas kaki, yang berlindung hanya dengan sehelai kain, tetapi tidak peduli dan tidak tahu dengan oase itu sendiri. Akhirnya perjalanan mereka berlalu dengan berat, dan bekalpun tak ada yang didapat. Hidup di dunia menderita dan di akhirat mendapat sengsara.
Adalah kebodohan dan ketidak pedulian akan belajar yang membuat mereka tidak mengetahui, bahwa dalam perjalanan panjang dunia, ada satu bulan tempat istrirahat, dalam perjalanan panjang digurun bertandus, ada satu oase tempat untuk rehat, dan oase itu bernama Ramadhan.
Itulah saat-saat yang paling menyenangkan dalam hidup. Seandainya manusia tahu, mungkin mereka akan meminta, bahwa seluruh bulan adalah bulan Ramadhan, seluruh tempat perjalanan adalah oase keimanan.

Wallahualam bishowab.

Jumat, 07 Agustus 2009

Muhasabah dalam Munajat

Tuhanku
Di keheningan malam ini ku bersimpuh kepada Mu
Ku bersujud mengharap kasih sayang Mu
Dalam balutan perih dan pedih
Yang menyertai langkah-langkah ini

Tuhanku
Kepada siapa lagi aku mengadu
Kepada siapa lagi aku bermunajat
Sedang engkau adalah pemilik semesta ini
Sedang engkau adalah pemilik jiwa dan raga ini

Tuhanku
Meski air mata ini mengalir deras
Meski mata ini sembab karena tangis tak berkesudahan
Meski hati ini sesak karena rasa sesal tak jua bisa terurai
Meski kening mengerut dan mata kaki bengkak karena sujud-sujud penyesalan
Aku tahu semua itu belum pantas bagiku
Untuk mendapatkan maghfirah atas ampunan dariMu.

Tuhanku
Dalam perjalanan hidupku yang kini menginjak lebih dari separuh usia Rasul Mu
Ku tahu,
Hanya sedikit waktu yang sempat kuberikan khusus untukMu,
Hanya sedikit masa yang mampu aku persembahkan untuk mendekat kepadaMu,
Hanya sedikit hari-hari yang ku lakukan untuk bisa beribadah kepadaMu,

Tuhanku
Silaunya dunia membuat aku banyak melupakan diriMu,
Gemerlapnya dunia membuat aku terseret lautan dosa dan maksiat kepadaMu,
Karatnya hati ini karena penyakit wahn telah merasuk sampai ke urat nadiku,
Membuat jiwaku gersang akan fitrah dan ruhku sepi akan munajat kepadaMu.

Saat Lahir
Betapa aku sangat mensyukuri nikmat Mu atas kelahiran diriku,
Bertemu dengan keluarga sederhana yang memiliki latar belakang keislaman
Meskipun aku hanya seorang muslim keturunan,
Setidaknya hidayahMu mengalir sejak diriku masih bayi
Hingga aku mengerti bahwa itu adalah nikmat paling besar dalam hidupku

Saat Balita
Aku bersyukur kepadaMu atas cinta kasih yang diberikan oleh kedua orangtuaku
Yang merawat diriku sejak masih kecil dengan kasih sayang
Yang cintanya tak pernah bisa aku balas
Meski dengan pengorbanan seluruh hidupku
Ya Allah ampunilah kedua orang tuaku
Bahagiakan mereka dengan kasih sayangMu
Lapangkan dan terangilah kuburnya
Maafkan aku yang belum bisa memberikan kebahagiaan kepada mereka
Maafkan aku yang belum mampu memberikan kedamaian dihati mereka
Hingga saat-saat terakhir mereka

Tuhanku
Ampuni aku yang pernah bersikap kasar kepada keduanya
Ampuni aku yang pernah membantah keduanya
Ampuni aku yang pernah berkata “ahh” kepadanya
Maafkan aku yang pernah membuat luka dihatinya,
Tuhanku
Ikhlaskan amal-amal kami untuknya
Lapangkan hati kami dalam mendoakan kebaikan kepadanya
Dan sampaikan salam dan rasa hormat kami kepada keduanya

Tuhanku
Jika aku belum sempat membalas kebaikan keduanya selama mereka masih hidup
Izinkan aku menjadi anak yang saleh untuknya, dalam sisa-sisa usiaku
Beri aku kekuatan untuk menjadikannya tauladan bagi diriku dan anak-anakku
Beri aku kelapangan dalam menjalankan amanat-amanatnya
Jadikan mereka merasa bangga atas diri kami
Karena pengorbanan mereka terhadap kami tak pernah sia-sia.

Tuhanku,
Saat remaja tiba
Aku ingat masa-masa jahiliyah itu,
Masa-masa remaja yang membuat para pemuda terlena
Masa-masa remaja yang naif dan congak akan dunia
Masa-masa remaja yang sombong dan angkuh dalam mencari jati diri mereka
Yang berkata inilah aku, inilah duniaku, dan aku tak pernah perduli siapapun diriMu,
Tuhanku
Kalau bukan karena rahmat dan kasih sayangMu
Mungkin saat itu diriku telah menjadi sampah masyarakat
Yang mati muda dalam kesia-siaan
Yang tewas dalam kebodohan dan kejumudan

Tuhanku
Maafkan diriku yang melewati saat-saat indah itu dengan sia-sia
Saat dimana engkau berjanji kepada para pemuda dan para pemudi
Akan memberikan naungan kepada mereka di yaumil mashyar
yang membaktikan masa mudanya dalam keimanan kepadaMu, yang mencondongkan hatinya kepada mesjid-mesjid milikMu.

Saat Dewasa dan Menikah
Tuhanku,
Dengan segala kebaikan dan anugerah dariMu
Kau berikan aku pekerjaan dan penghidupan yang layak
Kau berikan cinta seorang manusia kepada diriku
Kau berikan istri sholehan dan anak-anak yang lucu
Kau berikan aku mahligai rumahtangga yang sakinah
Kau berikan aku bahtera keluarga yang mawaddah
Dan kau berikan aku kehidupan dua insan yang penuh rahmah

Tuhanku,
Dari semua nikmat yang engkau berikan kepadaku sejak aku lahir, balita, remaja, dewasa Hingga menikah
Aku tahu hanya sedikit sekali aku bersyukur kepadaMu,
Hanya sedikit sekali tasbih dan hamdalah yang terucap dari bibirku,
Hanya sedikit sekali tangan ini berada diatas untuk beribadah kepadaMu,
Sedang rahmatMu tak pernah putus kepadaku.

Tuhanku,
Dalam munajatku malam ini
Dalam muhasabahku kali ini
Tiada yang kupinta hanya mohon ampun kepadaMu
Dan mohon keridhaanMu atas diriku,

Tuhanku,
Engkaulah penguasa segala sesuatu, Engkaulah pemilik segala sesuatu
Tiadalah daun yang jatuh ditengah rimba tanpa sepengetahuan diriMu,
Tiadalah semut hitam yang berjalan ditengah malam diatas batu hitam yang tidak engkau ketahui.
Sampaikan salamku untuk junjungan kami, kekasihMu Rasulullah Muhammad SAW.
Sampaikan salawat kami untuknya, juga untuk sahabatnya dan untuk pengikutnya hingga akhirzaman nanti.
Sampaikan salam rindu kami, untuknya, sampaikan salam takzim kami kepadanya
Meski kami berjarak ribuan tahun dengan dirinya,
Tapi cinta kami tetap hangat untuknya
Beri kekuatan kepada kami untuk meniru suri tauladannya.

Tuhanku,
Dalam munajatku kali ini,
Engkau tahu,
Kami adalah selemah-lemahnya manusia
Kami adalah tempat berkumpulnya salah dan dosa
Jika bukan karena kasih sayangMu,
Tak mungkin kami bisa meminta
Meski dalam hati yang berbicara.

Tuhanku,
Ramadhan telah dekat,
Bantu kami menggapai barokah bulan suci Mu,
Bantu kami menggapai derajat yang tinggi dalam naungan saum-saum kami,
Dalam qiyamulail-qiyamulail yang akan kami lewati,
Jangan biarkan malam-malam kami terlewat begitu saja
Jangan biarkan siang-siang kami berlalu sia-sia
Tuhanku,
Kalau bukan pada Ramadhan kali ini kami berharap
Kami tak pernah tahu apakah akan berjumpa kembali dengan Ramadhan-Ramadan berikutnya

Tuhanku,
Meski lelah tubuh ini bersimpuh dihadapanMu,
Tapi tak lelah hati ini untuk memohon ampun kepadaMu,
Tak pernah lelah jiwa ini mengadu kepadaMu,
Meskipun airmata ini telah mengering sejak tadi
Tapi rasa harap ini tak pernah berhenti
Karena hati ini selalu naik dan turun
Karena iman ini tak pernah stabil
Siang ku ingat malam ku alpa lagi
Malam ku bermunajat siang ku bermaksiat lagi
Ya Tuhanku,
Kami butuh pertolonganMu yaa Zat yang membolak-balikan hati
Kami butuh bimbinganMu untuk meneruskan sisa-sisa usia kami
Agar jiwa-jiwa ini tak lagi gelisah
Agar hati ini tak lagi merasa resah
Saat ketetapanMu datang menjemput kami
Saat takdirmu menyapa umur kami

Lirih kami berucap dalam hening malam..
Dalam sepi yang menemani..
Dalam desir angin sayup-sayup terdengar..
Dalam gumam kecil yang membasahi bibir..

Subhanallah walhamdulillah walaailahailallah wallahuakbar
Subhanallah walhamdulillah walaailahailallah wallahuakbar
Subhanallah walhamdulillah walaailahailallah wallahuakbar

Sesungguhnya Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. QS 39:42

Kamis, 23 Juli 2009

Yang tersendiri (Saat jiwa terasa rapuh)

Manusia...
Dalam perjalanannya sebagai hamba
Tiada saat yang selalu bahagia
Tiada pula saat yang selalu menyenangkan hati
Begitu pula sebaliknya
Tiada saat yang selalu menderita
Tiada saat pula yang selalu merana

Ia datang seperti siang dan pergi seperti malam
Ia kadang di barat, kadang pula di timur
Kadang di utara dan kadang di selatan
Kadang mengulum senyum
Kadang menarik air mata
Kadang membuat tertawa
Kadang membelalakan mata

Ketika mentari bersinar terang dan bahagia datang,
Saat-saat senyum mengulum, hati merekah dan jiwa bahagia
Tiada beban yang menggayut lengan dan membungkukan badan
Dunia terasa lapang dan kegembiraan mencengkeram
Semua manusia pasti sanggup melewatinya,

Tapi bagaimana saat kegelapan datang mencengkeram
Saat jiwa rapuh hati merana dan dunia terasa sempit
Saat nikmat seolah-olah tercerabut dari dasar tubuh
Saat rahmat seolah-olah menghilang dan menjauh perlahan
Sanggupkan manusia melewati masa-masa itu

Ia yang dulu kekar dan perkasa
Kini lemah di pembaringan tak berdaya
Tubuh perkasa kini mulai renta dimakan usia
Teman-teman pergi satu persatu meninggalkan kenangan
Sanak family mulai menghilang dalam kesibukan
Anak wanita pun pergi dibawa orang yang mencintainya
Dan Anak lelakipun tersandera keluarganya,

Wahai jiwa,
Kemana engkau akan mengadu
Dimanakah kecongkakan masa muda mu,
Dimana kecantikan dan ketampanan parasmu
Saat kulit mengeriput dan wajahmu mengerut,
Apakah yang engkau banggakan kini?

Saat hati tersadar bahwa yang ada hanya kenangan,
Yang ada hanya penyesalan dan penyesalan
Masa-masa muda terlewati begitu saja
Amal-amal baik selalu tertunda dan tertunda
Seluruh hidup hanya habis ternoda, separuh nyawa hanya habis tersia-sia

Kini
Dipembaringan ini, jiwa merintih dan hati menangis
Air mata mengalir deras tak henti-henti
Mengingat dosa-dosa masa silam
Mengingat semua perbuatan terlanjur kelam

Saat jiwa rapuh dan hati menyendiri
Kepada siapa lagi diri ini memohon ampun
Selain kepada sang pemilik jiwa
Meminta rahmat dan kasih sayangNYA
Di rintihan-rintihan nafas yang tersenggal-senggal
Di untaian terakhir bulir hidup yang tersisa
Mudah-mudahan mendapat berkah dan sejahtera
Dengan taubatan nasuha...

Sabtu, 06 Juni 2009

Ketika Sepi Menghampiri

Dalam hidup..
Sepanjang jiwa-jiwa yang menyandangnya,
Penuh cerita suka dan duka,
Ada gelak dan tawa,
Ada tangis dan perih
Ada ramai dan gembira
Ada sepi dan sunyi..

Dalam hidup,
Ketika ia dimulai,
Manusia datang dalam kesendirian..
Lalu masa datang meramaikan..
Melupakan saat-saat itu.

Ketika hidup mulai berjalan,
Ketika ramai mulai merasuk dalam nadi,
Ketika kegembiraan mulai mengisi hari-hari,
Mulailah manusia melupakan hakikat,
Bahwa ia kelak akan sendiri lagi,

Kesendirian dalam sepi,
Kesendirian dalam alam takdir,
Dimana semua mahluk akan dihampiri,
Dimana segala kenikmatan akan diputus,
Dimana para sanak famili akan menangis,
Dimana para sahabat akan kehilangan..

Siapakah yang sudi menemani saat-saat sepi itu,
Selain amal-amal baik yang setia memberi kehangatan,
Selain amal-amal soleh yang menjadi teman seperjalanan..

Sahabat,
Jika engkau kini merasa gembira dalam keramaian,
Ingatlah bahwa suatu saat engkau akan merasa kesepian,
Dan jika engkau sekarang merasa kesepian,
Ingatlah Allah yang akan menemanimu dalam sepi mu itu,
Semoga sepimu dalam khusuk ibadahmu itu,
Meramaikan kesepianmu nanti yang sesungguhnya..

Jumat, 05 Juni 2009

Tanggung Jawab Itu...

Ketika pikiran buntu dan hati tak menentu..
Saat hati bertanya dalam ragu..
Mau dibawa kemana perahu organisasi bisnis kecil ini?
Sedang disana ada banyak tangan-tangan kecil yang butuh perlindungan,
ada keluarga-keluarga kecil yg butuh sandaran..
dan ada istri-istri yg butuh kedamaian...

Ya Tuhan kami, beri kami kekuatan menjaga kapal ini agar tidak hancur di hempas gelombang..
Jika maksiat-maksiat kami membuat Engkau menahan rizki kami, maka ampunilah dosa kami,
dan jika tambahan rizki darimu tidak membuat kami lebih taat kepada Mu, maka maafkanlah kesalahan kami.

Ya Rabbi, sungguh bukan satu kemauan kami untuk memegang amanah ini,
Tapi karena sayang kami kepada mereka yang menyebabkan kami mau menerima tanggung jawab ini,
Jika kami tidak bisa mengemudikan biduk ini ke jalur yang benar maka bantu kami meluruskannya...
Jika kami tak bisa memenuhi harapan mereka, maka Engkaulah maha pemberi segala sesuatu...

Ya Allah yang maha pemberi kekuatan..
Beri kami kekuatan untuk menegakkan layar bahtera ini..
Beri kami kekuatan untuk mengais-ngais rezeki yang halal melalui perahu ini..
Beri kami kekuatan hati untuk melihat setiap kesempatan itu..
Beri kami keyakinan untuk menenangkan hati anak-anak dan istri kami..
Satukan keluarga-keluarga yang menyertai perjalanan ini..
Dengan segala rahmat dan karuniamu..

Ya Tuhan kami, jika memang kami tak layak mendapatkan anugrahMu karena dosa-dosa kami,
Sungguh anak-anak kami yang membuat kami tak lagi malu meminta KepadaMu,
Sungguh istri-istri kami yang membuat kami rela menghinakan diri dihadapanMu,
Kalau bukan karena mereka, sungguh jiwa-jiwa ini menjadi kerdil tak bernyawa,
Sungguh jiwa-jiwa ini menjadi pecundang dihadapan MU.
Sungguh hati-hati ini akan hancur berkeping-keping..

Tapi karena Rahmat dan kasih sayangMU..
Sungguh Jiwa ini kembali tegar selaksa karang..
Kembali damai selaksa malam..

Amin

Rabu, 03 Juni 2009

Pra-Syukur ( Bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bersyukur)

Syukur, sebuah ungkapan rasa terimakasih kepada Sang Pencipta atas nikmat yang telah diberikan, atas sukses yang dicapai dan atas kemenangan yg digapai.
Syukur, sebuah ritual untuk membetulkan kembali posisi relasional antara hamba dan Pencipta, antara mahluk dan Khaliq.
Posisi yang menegaskan bahwa seorang hamba tidaklah berarti apa-apa tanpa kuasa sang Pencipta,seorang mahluk tidaklah berdaya tanpa rahmat sang Khaliq.

Syukur, sebagai suatu pembuktian dari seorang hamba yang tahu diri dan mengerti posisi.
Sebagai lambang kerendahan hati, ketawadhu’an jiwa dan kezuhudan diri.

Syukur, membuat manusia selalu percaya diri bahwa apapun yang dilakukan, bagaimanapun kondisinya dan seberat apapun nilainya tetap akan diberikan poin oleh Allah SWT.

Syukur melahirkan jiwa-jiwa yg qona’ah, membentuk spirit ketaqwaan dan melahirkan batin yang bening.
Dengan syukur terjalin komunikasi yang harmonis antara ruh dan jasad, antara jiwa dan fisik serta antara jasmani dan ruhani.

Syukur adalah perbuatan mulia yang dilakukan oleh hamba-hamba yg salih, kaum-kaum penghuni firdaus, dan para penduduk arsy.

Dan dengan syukur pula Allah membalas kembali berlipat-lipat amalan para hambanya.

Sahabat,

Ada satu pertanyaan yang menggelitik hati saya, pada saat kapankah syukur itu paling tepat kita panjatkan.
Sering diantara kita semua syukur itu kita lakukan ketika mendapat kegembiraan, kesenangan dan hal-hal lain yang menggembirakan hati.
Saat lulus ujian, saat pernikahan, saat anak lahir, saat diterima kerja, saat kenaikan gaji, saat kenaikan jabatan, saat mendapat proyek dan lain sebagainya.
Betul dan saya sangat setuju ketika semua kegembiraan itu kita ukir dengan cara bersyukur.
Tapi saya lebih sangat setuju ketika seorang hamba melakukan syukur sebelum kegembiraan itu datang, contoh : bersyukur masih diberi kesempatan untuk ikut ujian meski belum tentu lulus, bersyukur masih diberi kesempatan untuk menikah meskipun belum tentu lamarannya diterima, bersyukur masih diberi kesempatan untuk hamil, meskipun belum tentu lahir dengan selamat, bersyukur masih diberi kesempatan untuk ujian test kerja, meskipun belum tentu diterima, bersyukur masih diberi kesempatan untuk test kenaikan gaji/pangkat meskipun belum tentu lulus, dan bersyukur masih diberi kesempatan ikut tender, meskipun belum tentu menang.

Pra-Syukur semacam ini lebih baik dan lebih menguatkan jiwa saat hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan dan lebih melipatgandakan rasa syukur, jika sesuai dengan hasil yg diharapkan.
Pra-syukur semacam ini membuat seorang hamba lebih nyaman dalam menghadapi kehidupan, sekeras apapun itu. Disemua kejadian baik senang atau susah ia tetap bersyukur. Jika susah dia akan bersabar plus bersyukur, jika senang syukurnya akan berlipat-lipat. Satu syukur saja Allah akan melipat gandakan, bagaimana dengan syukur kuadrat? Wow...tentu langit dan bumi semuanya akan diberikan oleh Allah SWT kepada kita.

Jadi bagaimana kalau mulai sekarang kita BERPRASYUKUR, minimal kita bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bersyukur.

Kamis, 28 Mei 2009

Belahan Jiwa (I LOVE MY FAMILY)

Sepuluh Tahun Lalu..
Saat ku bermunajat kepada Mu, tentang sebuah keinginan,
Keinginan yg datang dari hati kecil, tentang sebuah rencana besar..
Yang membuat dada para pemuda bergelora, yg membuat jiwa para pemudi bergetar..
Sebuah keinginan untuk membuat keputusan, keputusan mencari pendamping hidup.
Saat hati mantap dan jiwa merasa kuat, kususun jemari kurangkai doa, semoga diberikan belahan jiwa yang mampu mendamaikan keributan di hati ini.
Yang mampu meluruskan pandangan, yang mampu menegakkan dagu, yg mampu menuntun jemari saat mata terasa gelap, yang mampu memberi teduh saat panas emosi membakar sanubari, yang mampu memberikan perlindungan saat jiwa melemah karena angkara murka.
Yang mampu menguatkan visi serta mampu meluaskan pandangan, yang mampu menyadarkan diri akan rasa syukur atas hidup ini, Serta yang mampu mengingatkan akan kewajiban sebagai hamba.

Sayangku...
TuhanKu pun mengirimkan engkau sebagai jawaban doaku..
Doa yg tak henti-hentinya aku panjatkan dalam malam-malam penuh tangis..
Tangis yg selalu datang ketika teringat akan harapan, kapan masa itu akan tiba..
Dan dalam siang-siang saat diri terjaga, mengais-ngais harap di rimbunan asa..

Sayangku...
Engkau adalah anugrah terbesar yang Allah berikan kepadaku,
Kesederhanaan sifatmu mampu melunakan kesombonganku,
Keluguan hatimu meredamkan emosi jiwaku,
Pun tak ada dunia yg kau pinta, kecuali menjaga keutuhan keluarga ini sampai akhir hayat bahkan sampai di surga kembali.

Saat anak-anak lahir..
Genap sudah nikmat dari Tuhanku..
Tubuh yang lemah dan pikiran yg lelah, kini hilang semua tersaput senyum manis sang bocah..
Semangat yang melemah kembali bergelora saat mengingat tugas dan kewajiban menjaga amanah..
Menjaga jundi-jundi kecil melalui masa-masanya, sampai ia mengenal siapa dirinya, siapa Tuhannya.
Menjaga hidup agar tetap berjalan pada relnya, menjaga mimpi agar mencapai cita-citanya, menjaga harapan agar sampai ketujuannya.

Ketika badai dan riak-riak kecil datang menghampiri perahu keluarga ini..
Kitapun bersama-sama menyatukan tekad, jangan sampai bahtera ini tenggelam menghanyutkan kita dan menenggelamkan anak-anak yang tak mengerti apa-apa..
Kitapun menyatukan niat untuk kembali kepada komitmen awal..
Bahwa pernikahan ini adalah sebagai sarana, bukan sebagai tujuan..
Sarana untuk mengabdikan diri kepada sang Pencipta, sebagai bekal menuju keharibaannya..

Sayangku, Doakan aku agar kuat memegang tali kemudi ini..
Anak-anakku, doakan ayah agar mampu menjaga kalian sampai tiba ditempat tujuan..
Tangan-tangan kecilmu mampu membuat ayah tetap terjaga,
Mimpi-mimpi kamu mampu membuat ayah tetap terpesona.
Bantu kuatkan pijakan kaki ayah agar tetap pada tempatnya..
Bantu perahu ini agar berlayar dengan selamat..

Tuhanku, hanya syukur yg bisa hamba ucapkan pada Mu.
Meski Engkau tahu hamba kadang tak patuh kepada Mu,
Meski maksiat tetap menghampiri hari-hari kami, tapi kasih sayangMu tetap mengalir dalam diri kami.
Tuhanku, jadikanlah diri ini hamba-hamba yang selalu bersyukur kepada Mu.
Jadikanlah keluarga ini keluarga yang patuh kepadaMU,
Seperti keluarga Imran, seperti keluarga Ibrahim dan seperti keluarga junjungan kami Nabi Muhammad SAW..
Amin..
I LOVE MY FAMILY

Minggu, 24 Mei 2009

Mencoba Mengerti Arti Persahabatan

Sahabat,
Maafkan aku yang sedikit memaksamu untuk ikut dalam situs pertemanan ini,
Aku tak bermaksud membuatmu gundah, apalagi sampai membuatmu gulana,
Aku hanya ingin engkau melupakan sejenak beban-beban yang ada dipundakmu.
Aku hanya ingin engkau mau berbagi dengan kami, atas apapun dukamu itu.

Sahabat,
Disana, ada keceriaan-keceriaan yang mungkin dapat meringankan penderitaan mu,
Disana ada simpul-simpul tali silaturahmi yang dapat kita rekat kembali,
Disana ada pula hikmah-hikmah yang dapat diambil manfaatnya untuk kita,
Bukankah bersilaturahim dapat memanjangkan umur dan membuka pintu-pintu rezeki?

Sahabat,
Jika engkau lebih menyukai memendam semua nestapa itu,
Atau jika memang engkau belum siap untuk berbagi dengan kami,
Tak mengapa engkau diam saja di situ, atau pergi meninggalkan dunia maya ini.
Di dunia nyata pun ada doa kami untukmu, dan sayang kami untukmu.

Sahabat
Rentang waktu sekian tahun yang memisahkan kita,
Mungkin membuat aku tak mampu mengenalmu kembali seperti dulu,
Atau mungkin mampu membuatmu berubah bagai orang lain bagi diriku,
Mungkin lain waktu ketika jiwa mu sudah mampu menggenggam kekuatan kembali.
Atau ketika kita sudah menemukan bahasa kalbu yang mampu mencairkan kebekuan selama ini.
Kita dapat bercengkrama kembali tentang apa saja yg engkau mau.
Semoga niat yang tulus dapat menunjukan jalan bagi kita,
Tentang arti persahabatan sesungguhnya...

Jumat, 08 Mei 2009

Cukup Nafsu Lawamah, Jangan Nafsu Amarah...

Meretas ingatan mencari jawaban...
Saat emosi sulit sekali ditaklukan..
Menjadikan jiwa terlihat kerdil..
Saat yang tak bersalah menjadi korban kebengisan...

Tuhanku, sebagaimana Adam melupakan wasiatmu..
Dan Iblispun menentang titah Mu..
Tiada yang mampu meringkus hawa nafsu itu..
Kecuali ikhlas malaikat Mu dititiskan ke jiwa-jiwa kami..

Sulit menahan walau sedetik saja..
Saat angkara murka membutakan mata..
Saat para mahluk durjana mengipasi hati..
Jadilah penyesalan menghantui diri..

Bukan hendak melempar kesalahan..
Saat belenggu amarah terlalu keras mencekik leher..
Saat wajah sendu tak lagi mampu meneduhkan mata..
Saat rintihan-rintihan ketakutan tak lagi bisa mendamaikan..
Yang ada hanya mental-mental para pecundang..
Yang tak bisa redam gelombang kemarahan..

Tuhanku, berilah kami sedikit air dari telaga kautsar milik rasulMu..
Untuk mensucikan hati kotor kami..
Sedikit saja tak mengapa,
Untuk membasuh jelaga-jelaga yang menutupi karat jiwa kami..
Agar diri ini tidak lagi menjadi sumber malapetaka..
Bagi jiwa-jiwa yang ingin terlindungi..

Rabu, 08 April 2009

Mayatku Masih Disini

aku cuma rakyat biasa
tapi aku adalah tangan penguasa
--aku tak punya cita-cita
--tapi aku punya pemimpin yg pemimpi
aku tak punya harta
tapi aku punya suntikan dana
--aku tak bisa bergerak
--tapi aku punya gerakan massa
aku masih hidup
tapi aku terlihat mati
--tubuhku gemuk
--tapi fikiran ku kurus
dogmaku tetap hidup
tapi anak buahku mati
--jiwaku telah pergi
--tapi mayatku masih disini

Rabu, 01 April 2009

Sang Penenang Jiwa (Prosa)

Suatu saat aku menyempatkan berdialog dengan Anak-anakku, Si sulung 8 thn kelas II SD dan yang nomor dua kelas TKB.
Dialog tentang berbagai macam hal tentang kehidupan menurut pandangan mereka, menurut versi mereka.
Sejauh mana mereka bisa memahami permasalahan yang dihadapi dunia orang dewasa dan dunia mereka sendiri.
Ketika membahas tentang harta dan bagaimana pentingnya harta bagi kelangsungan hidup manusia.
Akupun menjelaskan sembari meminta maaf bahwa aku tidak bisa memberikan harta yang cukup bahkan terbilang pas-pasan untuk mereka, alhamdulilah mereka bisa memahami dan mengerti, bahkan lebih meresap kedalam kalbu, hal itu ku ketahui ketika suatu hari aku mendengar percakapan anakku dengan temannya tentang posisi orang kaya dan orang miskin dan bagaimana posisi keluarga kami. Anakku menjawab dengan jawaban yang membuatku bangga. "Kami bukan orang kaya, dan kami juga bukan orang miskin. Keluarga kami adalah keluarga sederhana, tapi dengan begitu kami pernah merasakan sebagai orang kaya, kami pernah berlibur dan menginap di villa, pernah pulang kampung bawa mobil tapi kami juga pernah kekurangan uang".

Ketika aku berbicara tentang harta warisan dan aku mengatakan seandainya tak bisa mewariskan harta yang cukup kecuali hanya mewariskan ilmu kepada mereka,
Anakku yang sulung menjawab "Abi, kami tidak butuh harta dari Abi, yang kami butuhkan hanya kasih dan sayang dari Abi dan Ummi"
Subhanallah, jawaban yang mengetarkan jiwa, yang membuatku terharu dan hampir menangis. Ku peluk keduanya sambil ku usap-usap kepalanya. "
Bagus Nak, memang seharusnya kamu paham tentang itu".
Jawaban kamu menenangkan jiwa kami.

Senin, 23 Maret 2009

CINTA DAN BENCI

Allah mencintai orang kaya yang dermawan
Tapi, Allah lebih mencintai orang miskin yang dermawan

Allah membenci orang kaya yang sombong
Tapi, Allah lebih membenci kepada orang miskin yang sombong

Allah mencintai orang tua yang bertaubat
Tapi, Allah lebih mencintai anak muda yang bertaubat

Allah membenci pemuda yang bermaksiat
Tapi, Allah lebih membenci kepada orangtua yang masih bermaksiat

Allah mencintai masyarakat yang adil
Tapi, Allah lebih mencintai pemimpin yang adil

Allah membenci pemimpin yang zalim
Tapi, Allah lebih membenci kepada masyarakat yang zalim

Allah mencintai orang-orang yang sabar
Tapi, Allah lebih mencintai orang teraniaya yang sabar

Allah membenci orang pemarah
Tapi Allah lebih membenci orang yang tak pernah marah karena akidahnya dilecehkan..

Allah mencintai orang-orang baik
Tapi Allah lebih mencintai generasi-generasi terbaik.

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS 3:110)

Kamis, 19 Maret 2009

Kesuksesan itu...

Sahabat..
Apakah kesuksesan itu..?

Sukses adalah ketika kita berhasil mencapai cita-cita kita..
Sukses adalah ketika kita berhasil menyelesaikan pendidikan kita ke jenjang yang lebih tinggi..
Sukses adalah ketika kita berhasil mendapatkan istri impian kita..
Sukses juga adalah ketika kita berhasil memenangkan proyek dan menjadikan kita pengusaha kaya raya..
Dan Sukses juga adalah ketika kita berhasil menduduki jabatan tinggi..

Sukses adalah ketika kita berhasil mengantar anak-anak kita belajar ke luar negeri..
Sukses adalah ketika kita mempunyai pengaruh di masyarakat..
Sukses adalah ketika kita berhasil menjadi pemimpin yang dikagumi..
Dan Sukses adalah ketika kita berhasil menggenggam dunia..

Sahabat..
Bagiku sukses adalah..
Saat kita terbujur kaku dalam kain kafan penghantar pergi kehidupan fana..
Kita berhasil mendapatkan anak-anak disisi kita..
Ada anak-anak yang bisa mendoakan kita, dan meminta ampun atas dosa dan kesalahan kita..
Ada anak-anak yang pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan melalui orangtuanya..
Ada anak-anak yang menentramkan hati dengan baktinya kepada ayah ibunya..
Ada anak-anak yang bisa memaafkan kesalahan kedua orangtuanya semasa beliau hidup..
Ada anak-anak yang perbuatannya mengharumkan nama baik keluarga..

Ya Allah ya Tuhan kami..
Ajari kami cara mendidik anak-anak kami..
Ajari kami memberi kasih sayang kepada mereka..
Ajari kami mencintai mereka dengan setulus hati..
Ajari kami memberi jalan yang benar kepada mereka..
Ajari kami memberikan pemahaman yang lurus kepada mereka..
Ajari kami menjadi seperti Luqmanul Hakim..
Yang bijaksana mendidik anak-anak mereka..
Sehingga menjadi tauladan sepanjang masa..
Agar kami bisa meraih kesuksesan itu..
Menyambung generasi dengan sebaik-baik generasi..

Rabu, 18 Maret 2009

Yang Paling Menakutkan..

Kita..
Pasti takut akan kemiskinan..
Pasti takut akan kesengsaraan..
Pasti takut akan kefakiran..
Karena kemiskinan, kesengsaraan dan kefakiran akan membawa kepada kekufuran..

Kita..
Pasti takut akan musibah..
Pasti takut akan bencana..
Pasti takut akan malapetaka..
Karena semua itu akan membawa kepada keputusasaan..

Kita juga,
Pasti takut akan suramnya masa depan..
Pasti takut akan gelapnya hari esok..
Pasti takut akan punahnya kebahagiaan..

Dan Kita..
Menginginkan semua itu berjalan sempurna..
Hidup megah, kaya raya, sejahtera dan bahagia selamanya..

Tapi..
Tidakkah kita merasa takut..
Ketika hidup ini terasa mulus-mulus saja..
Artinya Tuhan membiarkan kita..
Terjerumus dalam dosa-dosa..

Tapi..
Ketika dunia telah berada dalam genggaman..
Ketika bahagia dan sejahtera mengalir dalam nadi-nadi kita..
Bukankah ada satuhal yang paling menakutkan kita..
Yakni kita menjadi pecinta dunia dan takut mati..

Sabtu, 14 Maret 2009

Saat tiba detik-detik itu

Saat tiba detik-detik itu
Yang melenyapkan kenikmatan..
Yang menghilangkan harapan..
Yang menutup pintu taubat..
Yang membuka semua aib..
Yang memutus nadi kehidupan..

Saat tiba detik-detik itu..
Tak pernah bisa dimaju atau dimundurkan..
Tak pernah bisa diajak kompromi
Tak pernah bisa diajak mengerti..
Tak pernah datang tanpa suratan..
Tak pernah datang membawa senyuman..

Saat tiba detik-detik itu..
Saat yang ditakuti semua mahluk..
Saat siap atau tidak siap..
Saat semua harus lenyap..
Kembali kepada Tuhannya..

Ooo andai datang pada kita saat detik-detik itu..
Mata pun terbelalak, hati pun gusar dan jiwapun merana..
Sadar diri tak pernah menyadari..
Bahwa saat itu akan tiba dan akan bergulir..
Pada diri dan masing-masing dari kami..
Siapkah jasad menerima takdir ini..

Ooo andai datang pada kita saat detik-detik itu..
Saat jiwa terlumat dalam maksiat..
Saat hati runtuh dan iman meluruh..
Saat diri meluncur ke titik nadir..
Ooo kemana lagi diri ini meminta taubat..
Sedang pintu-pintu telah tertutup rapat..
Jadilah kami orang yang sangat khianat..

Tetapi...

Andai datang pada kita saat detik-detik itu..
Saat jiwa siap dan hatipun mantap..
Saat rindu dendam dan cinta pada sang Rabb
Membuncah dada merelungi seluruh sukma..
Saat para malaikat memberi selamat..
Saat salam Tuhan mengetarkan Arsy..
Ooo andai kami bisa seberuntung itu..
Detik-detik itu pun sangat dirindu..

Yaa ayyuhan nafsul muthmainnah ‘irjii ilaa robbiki roodhiatam mardiyah fadkhulli fii ‘ibaadii wadkhuli jannati.
“Hai jiwa yang tenang Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku.”(QS 89:27-30)

Dimata Tuhan, semua itu telah selesai.

Sahabat..
Mengapa kita begitu ambisi..
Mengejar cita-cita akan dunia ini..
Mengejar mimpi akan kekuasaan ini..
Mengejar ambisi akan harta benda ini..

Kawan..
Mengapa kita begitu bernafsu..
Memeluk dunia dalam genggaman..
Atas alibi untuk kesejahteraan..
Atas alasan untuk nafkah keluarga..
Atas jawaban untuk anak-anak tercinta..

Sahabat..
Bukankah semuanya telah kita miliki..
Bukankah semuanya telah berada dalam genggaman ini..
Kalaupun kita minta lebih, Allah pasti menambahi..
Tapi mengapa kita masih merasa tak pernah puas..

Kawan..
Jika semua yang telah kita miliki ini..
Jika semua yang ada dalam genggaman ini
Tak mampu membuat kita bahagia..
Mengapa kita masih terus mencari..
Bukankah dimata Tuhan, semua ini telah selesai. kawan?
Mengapa masih saja dunia ini yang kita cari..
Bukankah ridhaNya lebih berarti?

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.(QS 63-9)

Rabu, 11 Maret 2009

Kapankah giliran ku..?


Ya Robbi...
Temanku telah mendapatkan kebahagiaannya..
Ia berbahagia dengan kekhusu'an ibadahnya..
Mencari jalan kepadaMu dengan jalan iqronya..

Tuhanku...
Sahabatku telah menemukan kegembiraannya..
Ia gembira dengan perubahan yg didapatnya..
Dengan sabar sebagai jalannya..
Ia pun terbungkus rapat dalam jilbab keimanannya..

Ya Robbi...
Karibku telah mendapatkan ketenangannya..
Ia merasa tenang dengan posisi pekerjaannya..
Yang jauh dari maksiat subhat dan haramnya suap..
Meski harta benda pergi meninggalkannya..

Tuhanku...
Kapankah giliran diriku menemukan kebahagiaan, kegembiraan dan ketenangan itu..
Sedang diri ini sudah letih menanti..
Membungkuk badan, mengusap jiwa serta merangkai jemari..
Dalam sujud-sujud malam yang selalu saja terlewatkan..

Ya Robbi..
Mengapa hati ini masih membeku..
Dan kaki-kaki ini masih terbujur kaku..
Dalam kemaksiatan yang tak pernah jemu..

Tuhanku...
Sepuluh menit saja aku tak bisa..
Menuntun hatiku menatap wajahMu..
Dalam khusu' yang merangkul jiwaku..
Merasuki masa-masa indah itu..

Ya Robbi...
Kapankah giliranku..?


Untuk para sahabatku yang telah mendapatkan indahnya sabar dalam keimanan.
Congratulations and keep in touch with your faith..

Senin, 02 Maret 2009

Cermin Terbalik


Kita...
Tak Pernah tahu akan dosa..
Sampai kita berkaca..
Akan masa lalu..


Kita..
Tak Pernah tahu akan kesalahan masa lalu..
Sampai kita berkaca..
Pada cermin itu..

Tapi..
Bagaimana kita berkaca..
Jika cermin yang kita pakai itu ternyata terbalik..
Membelakangi kita..

Tuhan..
Sungguh besarkah dosa kita..
Sampai cermin pun enggan merefleksi kita..
Sampai kristalnya pun enggan memantulkan wajah kita..

Wahai Cermin..
Apa yang membuat engkau enggan memantulkan wajah kami..
Apa Salah kami sehingga engkau begitu menghindari rupa kami..
Duhai cermin..
Aku ingin menghisab diri dengan keberadaanmu..
Dan aku ingin bermuhasabah dengan pertolonganmu..

Jawab Cermin..
"Aku tidak terbalik kawan.."
"Aku tetap seperti dulu.."
"Yang engkau lihat seperti ini adalah muka depan ku yg tertutupi oleh tebalnya kotoran-kotoran dan debu yang menempel yang sejak lama telah lupa engkau bersihkan.."
"Bagaimana engkau bisa berkaca, jika engkau tidak membersihkan diriku dulu"

"Kawan.."
"Aku ini ibarat hatimu yg telah berkarat.."
"Bagaimana mungkin engkau bisa menghisab diri"
"Sedang hatimu telah karat oleh tebalnya debu kemaksiatan"
"Bagaimana mungkin engkau bisa bermuhasabah"
"Sedang jiwamu tercampur kotor air kesombongan"

"Kawan"
"Jika hatimu bersih dan bersinar.."
"Tak perlulah engkau cermin itu.."
"Sebab engkau sendirilah yang akan menjadi cermin.."
"Cermin bagi kehidupan manusia sekelilingmu.."

Minggu, 01 Maret 2009

Diantara dua kebaikan..

Ketika pilihan itu datang..
Kepada manusia-manusia pilihan..
Yang ada hanya dua kebaikan..
Dia bersabar atau bersyukur..

Ketika pilihan itu datang..
Kepada manusia-manusia pilihan..
Yang ada hanya dua kebaikan..
Hidup mulia atau mati syahid..

Ketika pilihan itu datang..
Kepada manusia-manusia pilihan..
Yang ada hanya dua kebaikan..
Surga atau bertemu Robbnya..

Ketika pilihan itu datang..
Kepada manusia-manusia pilihan..
Didalam musibah ia bersabar..
Adalah satu kebaikan..
Didalam kemakmuran, ia pun bersyukur..
Adalah juga satu kebaikan..

Ketika pilihan itu datang..
Kepada manusia-manusia pilihan..
Hidupnya mengabdi untuk Ummat
Adalah satu kemuliaan..
Dan matinya untuk kesyahidan..
Adalah juga satu kemenangan

Ketika pilihan itu datang..
Kepada manusia-manusia pilihan..
Tuhannya pun memberikan Surga kepadanya ..
Adalah sebuah kenikmatan
Tuhannya jua ingin berjumpa dengannya
Adalah Nikmat tiada tara..

Ketika pilihan itu datang..
Kepada manusia-manusia pilihan..
Tiada lagi sebuah pilihan..
Melainkan semua adalah kebaikan..

Kamis, 26 Februari 2009

Cinta itu...


Cinta itu...
mensucikan akal..
mengenyahkan kekhawatiran...
memunculkan keberanian..
mendorong berpenampilan rapi..
membangkitkan selera makan..
menjaga akhlak mulia..
membangkitkan semangat..
mengenakan wewangian..
memperhatikan pergaulan yang baik..
serta menjaga adab dan kepribadian..

Tapi..
cinta juga merupakan ujian..
bagi orang-orang yang shaleh..
dan cobaan bagi ahli ibadah..,


(Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin memberikan komentar mengenai pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang.)

Kalau Bukan...


Kalau bukan karena kasih Allah...
Tentulah manusia tak terlahir kedunia ini...
Kalau bukan karena inayah Allah...
Tentu sang bayi tak mampu menghisap susu dengan instingnya...
Kalau bukan karena hidayah Allah...
Tentu manusia tumbuh tanpa panca inderanya...
Kalau bukan karena rahmat Allah...
Tentu panca indera akan bertindak tanpa akal...
Kalau bukan karena kerahiman Allah...
Tentu akalpun akan terjerumus tanpa bimbingan agama...
Kalau bukan karena taufiq dari Allah...
Tentu agama tak akan semulia Islam ini...

Jika bukan kepadamu ya Allah...
Kemana lagi hati ini akan mengadu...
Jika bukan di bumi milikmu ya Allah...
Kemana lagi kaki ini akan berpijak...
Jika bukan nikmat darimu ya Allah...
Nikmat dari mana yang mampu menggerakan nafas ini...
Jika bukan pertolonganmu ya Allah...
Pertolongan mana lagi yang mampu menjauhkan mara bahaya ini...
Jika bukan karena kasih sayangmu ya Allah...
Niscaya diri ini telah tersesat jauh dari jalanMu...
Jika bukan karena mengharap rahmatmu ya Allah...
Niscaya diri ini telah hancur sejak dosa pertama kali...

Rabu, 25 Februari 2009

Selalu Saja...



Selalu saja ada hal-hal yang menyakitkan hati..
Meskipun kita tidak bermaksud untuk itu..
Selalu saja ada hal yang membuat diri merasa bersalah..
Akan hal dosa-dosa yang nampak sangat kecil..

Selalu saja hati ini menjadi gundah..
Ketika tahu akhir peristiwa tak berpihak pada diri..
Selalu saja tak selamanya kebaikan itu dianggap sebagai ketulusan..
Selalu saja ada fitnah yang mengotori jalan-jalan ini..

Selalu saja keinginan berbuat baik tak selamanya berakhir baik...
Ada saja syetan yang lewat menghalangi pandangan kita..
Selalu saja..
Selalu saja yang menurut kita baik tanpa cela..
Ada saja cela yang muncul tanpa kita sadari..

Selalu saja ada kebijakan yang kita anggap sebagai kebajikan..
Dan ada saja kebijakan itu malah menghancurkan kebajikan itu sendiri..
Selalu saja..
Ini terjadi kepada kita..

Ya muqollibal qulub, tsabit qolbi 'ala dinnikuli wa to'atiq

Diluar Sana, Debu itu Sangat Tebal Istriku..

Istriku...
Ku buat puisi ini hanya untuk mu..
Agar engkau merasa nyaman dalam ruang-ruang hidupku..
Agar aku menjadi damai dalam ruang-ruang hidupmu..

Istriku..
Aku tahu, engkau adalah manusia biasa..
Yang mudah menangis jika tersentuh..
Atau marah bila terluka..
Tak sulit bagiku memahami apa yang tertoreh dihatimu..
Saat diammu menelisik kedalam kalbu ku..

Istriku..
Telah sembilan tahun bahtera ini terlewati..
Dan kita percaya bahtera ini masih berlayar menuju arah yang benar..
Arah pencarian hidup kepada ridha Nya..
Saat kita berikrar dimihrab dulu..

Istriku..
Ketika antara kita mulai merasa panas dengan sempitnya ruang hati..
Kita bisa meminjam teduhnya ruang hati anak-anak kita..
Disana kita bisa berlari dan bernyanyi..
Dalam relung-relung yang damai milik sang bocah..
Tidakkah kita merasa tenteram bersama mereka?

Istriku..
Ketika rumah hati ini mulai sempit dan panas untuk kita berteduh..
Jangan kau pergi keluar untuk mencari udara sejuk..
Sebab diluar sana banyak debu tebal yg akan mengotori hati ini..
Biarlah Anak-anak kita yang akan meluaskan hati ini..
Sampai datangnya kebahagian Abadi..

Maafkan Aku..

Selasa, 24 Februari 2009

"Menggugat Karomah Pak Kyai"

Iseng-iseng searching file2 lama saya eh ketemu.. lumayan buat arsip

----- Original Message -----
From: "Rojali Dahlan" <rojali@...>
To: <is-lam@...>
Sent: Thursday, July 27, 2000 1:17 PM
Subject: [is-lam] "Menggugat Karomah Pak Kyai".


"Menggugat Karomah Pak Kyai".

Pak kyai...
Lima belas tahun lalu kami duduk disamping lekar-mu dalam surau itu ...
Lima belas tahun lalu kami pun duduk dalam majelismu mendengarkan engkau berfatwa dan Lima belas tahun lalu kami masih menjadi santrimu...
Saat itu...
Engkau bercerita, bahwa Allah dan Rasulnya melarang kami bermaksiat kepadanya...
Jangan mencuri, jangan berzina, jangan berbohong, jangan berjudi, jangan mubazir, jangan memfitnah, jangan menghardik anak yatim dan orang tua, jangan berbuat zolim, jangan menyakiti hamba yang tak berdosa, jangan berbuat aniaya, dan sejuta hikmah agung lain yang mengalir dari mulut bijakmu...
Saat itu engkau adalah panutan kami, uswah kami, teladan kami dan penunjuk jalan kami...
Pak Kyai...
Kini kami sudah dewasa, lukisanmu tentang akhlak disanubari kami tak pernah lapuk dimakan hujan dan tak pernah lekang ditelan panas.
Kami masih meneguhkan hati kami terhadap nasehatmu tentang kemanusiaan.
Tapi kini...
Mengapa kami merasa harus menggugat dirimu...
Entahlah,
Apakah kami nanti akan kualat atau tidak disebabkan berbeda pendapat denganmu..
Yang jelas, sejak engkau menjadi UMARA di dusun ini, engkau banyak berubah sekali Pak kyai...
Engkau sekarang sulit ditemui, karena pagar betis dari pengawalmu,dan lingkaran besi pengikut fanatik mu.
Bahkan engkau melupakan wasiat yang pernah engkau berikan kepada kami.
"Wahai muridku, berdirilah diatas semua golongan, karena Islam adalah rahmatan lil alamin, janganlah engkau berfihak, karena islam tak pernah berfihak kecuali kepada kebenaran Ilahi."
Pak Kyai, setahun lalu saat kami mendengar saudara kami seakidah mengalami musibah dianiaya kaum kafir, kami ingin membantunya, tapi engkau melarang.
Saat kami ingin membela hak kami yang tertindas, engkau membungkam kami.
Engkau hanya membela dan berjuang hanya untuk atasanmu bahkan engkau rela mati untuknya.
Bahkan yang membuat kami menangis, engkau tega memprovokasi teman kami untuk
bertempur melawan kami hanya kami sekarang berbeda pendapat kepadamu.

Pak Kyai...
Bolehkah kami menggugat karomah mu....
Tidak untuk masa lalu...
Tapi untuk hari ini, sejak engkau mempunyai seorang atasan.
sejak engkau menjadi umara di republik ini.

...

Senin, 23 Februari 2009

Sebelum Rezeki

Tuhan...
Pagi ini Engkau baik sekali kepadaku..
Kau berikan aku nikmat kecil sebelum rezeki pagiku tiba

Nikmat kecil yang mendesir dihatiku..
Saat melihat sang bayi kecil tersenyum mengantarku pergi..
Selaksa berdoa untuk kelancaran bisnis sang ayah..

Nak.. berdoalah sebisamu...
Katakan apasaja yang engkau ingin katakan..
Mintalah apapun yang engkau ingin pinta...
Mumpung tak ada jarak antara dirimu dan Tuhan..

Nak...
Tenangkan hati ayahmu dengan senyummu..
Gembirakan hati ayahmu dengan doamu..
Dan hapus gurat diwajah ayahmu dengan tertawamu..
Mumpung malaikat masih menjaga disisimu..

Terima kasih Nak..
Terima kasih Tuhan..

(Pagi hari menjelang berangkat kerja)

Meledek Tuhan

Teman..
Aku ingin kamu juga tahu
Ketika aku berdoa meminta kepadaNYA
Menghiba sujud memburai airmata
Beralibi dgn sejuta pengakuan dosa
Merasa sebagai manusia pendurja
Dengan tangis-tangis di sela-sela selaput mata...

Kusulam jari kurangkai pinta
Kutengadah telapak tangan kelangit
Mengharap rahmat turun dari sisinya
Berprasangka sebagai orang suci yang pantas diterima..

Tak lama hari kembali sendiri...
Sang pendoa diberi nikmat kembali
Nikmat sedikit yang membutakan mata...
Lalu kembali merangkul dosa...

Teman...
Aku ingin engkau bantu aku..
Bantu aku meminta maafku..
Aku malu kepadaNYA..
Yang sering meledek dalam do'a dan nyata ku...

The Convergensi Sin

Sahabat...
Sudah lebih dari tiga puluh lima tahun usia ini terjalani
Tak ada yang bisa dibanggakan
Tak ada pula yang bisa di sesalkan
Semua sudah berlalu
Tinggal kenangan yang harus dipertangungjawabkan

Sahabat...
Ketika engkau merasa hidup, pernahkah engkau merasa begitu berguna...
atau..
Ketika engkau merasa ajalmu sudah dekat, pernahkan engkau merasa hidupmu ini sia-sia...
Itulah yang aku alami dari separuh perjalanan hidup ini...
Aku merasa, semakin hari semakin berat beban dosa yang aku lakukan,
Semakin berat juga jalan-jalan yang harus aku lakukan..
Demi sepotong mimpi..
Sepotong mimpi yang membuat kegelisahan hidup membuncah nyaris pecahkan dada.
Mimpi tentang anak manusia yang ingin hidup bahagia...


Sahabat...
Dalam siang dan malam dan dalam gelap dan terang...
Aku merasa tak ada yang bertambah dalam timbangan kebajikan milikku..
Kalaupun ada selalu hilang tersapu angin gibah dan kedengkian hatiku..
Terhadap mereka yang bernasib beruntung...
Dikarunia Allah hidup sejahtera dan damai...

Sahabat..
Bukannya aku ingin menggugat takdir...
Tetapi hanya pertanyakan sampai kapan kah semua ini akan berakhir..
Ketika jiwa ini selalu saja gelisah meskipun dahi telah hitam oleh sujud-sujud malam..
Tatkala datang pertanyaan tentang takdir itu sendiri...
Apakah Ujian, cobaan ataupun azab yang datang..
Ataukah Tuhan mempunyai cara yang berbeda...
Bagaimana menyayangi umatnya...

Februari 2009