Senin, 10 Januari 2011

Sebuah Rahasia

Pada sabtu siang, selepas dari rumah orang tua (alm), saya menyempatkan diri mampir ke rumah teman masa kecil yang sedang ditimpa musibah kecelakaan, hingga kaki kanannya harus di gips karena terlindas taxi. Syukurlah ia masih hidup dan hanya menderita patah tulang kaki (tipikal orang indonesia yang tetap bersyukur meski apapun terjadi :)),Asyik bercerita ngalor ngidul tak berasa hingga dua setengah jam waktu berlalu. Saya belajar banyak dari kejadian itu bahwa kita bukanlah pemilik jasad ini, meski kita berusaha menggapai kebahagiaan atau bencana, jika takdir Allah menentukan bahwa bahaya akan menemui kita, maka ia akan terjadi. Sahabat saya ini, mempunyai karakter asli periang, dan tak pernah pusing akan takdir yang ia terima. Meski awalnya sempat drop, melihat tulang kaki kanannya hancur, tapi tidak berlangsung lama, ia bisa kembali menjadi dirinya sendiri. Ia tetap periang dan senang berguyon, bahkan sakitnya itu menjadi bahan candaanya sendiri. Raut wajahnya tetap sama, tidak terlihat bahwa ia sedang tertimpa musibah. Mungkin suggesti seperti itu yang membuat luka cepat pulih. Sulit menemukan orang yang tetap ceria dalam kondisi apapun yang terjadi, selain mematut diri, bisa kah saya setegar beliau jika mengalami kondisi yang sama. Satu mutiara hikmah yang bisa diambil sebagai ibroh. Hmm sangat sulit untuk dijalani dan tidak semua orang bisa.

Esoknya, saya kembali mendapat mutiara hikmah yang tak kalah besar. Saya mendapat khabar Bibi saya (encang dalam bahasa betawi) meninggal dalam usia 88 tahun. Saya merasa menyesal sekali tidak bisa mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir karena suatu urusan. Beliau dikebumikan satu jam sebelum saya tiba dirumahnya. Bibi saya yang walau usianya sudah lanjut usia, tetapi tetap gagah dan enerjik. Sering saya berguyon dengannya, dan jika sudah ngobrol bisa berjam-jam. Ia bercerita tentang apapun yang ia ingin ceritakan, kadang suka menyentil kadang bikin saya terbahak-bahak. Yang saya paling suka cerita darinya adalah cerita tentang masa kecilnya, masa kecil ayah saya dan masa kecil adik-adiknya. Dari jaman belanda (ia kelahiran 1923), jaman jepang, jaman kemerdekaan, jaman gestapu, hingga jaman orde baru. Keahlian beliau paling disenangi orangtua dan ditakuti anak kecil, yakni urut/pijat. Anak saya meski masih kecil paling faham jika masuk ke gang rumah beliau pasti mengajak putar balik. Terakhir kali saya bertemu, saat lebaran tahun kemarin, saya sempat minta doa biar lancar dalam urusan bisnis dan karir. Nah ketika saya pamit, tiba-tiba beliau menyuruh saya kehadapannya, kening saya di usap dan ubun-ubun saya ditiup seraya membaca doa perlahan. Kemudian setelah saya selesai, tiba-tiba istri saya pun ditarik dan diperlakukan sama, diusap ubun-ubunnya dan dibacakan doa. Setelah selesai, saya bertanya, "Yang barusan buat ape cang aji?",beliau menjawab "biar bini lu patuh dan enggak galak sama elu",tukasnya..". Hahaha, saya dan istripun terpingkal-pingkal, kirain didoain biar karir bagus juga..hihihi.
Ibroh dari sisi kehidupan bibi saya ini adalah, jangan pernah lemah oleh usia, jangan malas karena umur, dan selalu positip thinking untuk semua apapun yang terjadi alias "smile forever whatever it takes" . Hmm sangat sulit untuk dijalani, tak semua orang bisa.

Dan pagi ini, saya kaget membaca berita, seorang komedian epy kusnandar divonis umurnya tinggal empat bulan lagi karena kanker otak. Saya kaget karena lagi-lagi mengetahui bahwa hidup dan mati itu sebuah misteri. Andai vonis itu jatuh ke saya, apakah yang saya bisa kerjakan, kecuali menangis dan menangis menyesali bahwa hidup ternyata telah berlalu begitu saja, masa telah terlewati tanpa makna. Dan waktu yang diberi tenyata tinggal sedikit tak lebih dari seumur jagung. Belum lagi mengingat istri dan anak-anak yang masih kecil. Tak akan sanggup beban ini mendapat cobaan seperti itu. Tapi ketika saya melihat sang komedian, dia hanya berkata, saya ikhlas, ikhlas akan takdir Tuhan. Saya pun tersentak, Wow itulah jawabannya dari dua pertanyaan saya diatas, Ikhlas, sebuah pernyataan hati yang membuat dunia dan seisinya terasa kecil mana kala ikhlas menjadi kata kunci. Mana kala ikhlas menjadi sebuah rahasia dalam menjalani hidup. Rahasia yang sebenarnya terang benderang diketahui manusia, tetapi seringkali hilang ketika dibutuhkan. Dalam setiap detik nafas, dalam setiap denyut jantung ikhlas itu sebenarnya hadir disekeliling manusia, tetapi keangkuhan dan kesombongan, harga diri dan emosi, menutupi jalan hati untuk menggapai keikhlasan itu sendiri, sehingga ketika bahaya datang, ketika cobaan tiba atau ketika musibah menghampiri, manusia selalu merasa Tuhan tidak adil, serasa manusialah pemilik jiwa dan
raganya, padahal Allah lah sang maha pemilik jiwa raga ini. Wallahua'lam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar